Hi folks! Minggu kemarin adalah minggu yang super duper menyenangkan karena musikal favorit kecintaan gue, The Phantom of the Opera (kisah sosok misterius di balik danau) kembali ditayangkan sama salah satu channel YouTube (yeaaaaayy!!!!🎉).
Channel yang menayangkan musikal tersebut adalah The Shows Must Go On, yang bekerjasama dengan The Actors Fund dalam pengumpulan dana untuk membantu men-support para pekerja seni yang terdampak Covid-19, khususnya di bidang seni pertunjukan, berhubung hampir seluruh pertunjukan teater dihentikan produksinya sejak bulan Maret.
Btw, ada yang pernah dengar tentang karya masterpiece satu ini?
Drama musikal The Phantom of the Opera yang diusung Andrew Lloyd Webber ini sebetulnya diangkat berdasarkan novel karya Gaston Leroux, seorang penulis asal Perancis sekaligus mantan jurnalis yang diterbitkan pada tahun 1910 dengan judul sama—dalam bahasa Perancis; Le Fantôme de l'Opéra.
Berlatarkan Perancis pada abad ke-19, tepatnya di Garnier Opera House, Phantom of the Opera bercerita tentang seorang lelaki terpelajar yang sebetulnya sangat berbakat, hanya saja karena ia terlahir dengan wajah cacat, Sang Phantom yang—di dalam buku—bernama asli Erik ini dikucilkan oleh masyarakat, bahkan dia tidak diterima oleh ibu kandungnya sendiri sejak lahir. Oleh sebab itu, dia sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang dari siapapun.
Erik juga adalah seorang arsitek, komposer atau musisi, dan pesulap. Oleh karena dirinya yang tidak mendapat perlakuan baik, Erik melarikan diri ke sebuah Opera House dan membangun sendiri sarangnya di bawah tanah, dekat dengan danau kecil yang terletak di dasar bangunan opera itu. Disana, Phantom menciptakan opera, musik-musik klasik, dan melakukan beberapa penemuan (berdasarkan konstruksi bangunan yang telah dia pelajari pada gedung itu), salah satunya jalan rahasia di balik kaca yang menjadi penghubung antara dirinya dan Christine, dan sebuah labirin kaca (yang ini tidak ditampilkan pada drama musikal).
Sementara Christine Daeé, adalah gadis ballet di Opera House tersebut, seorang yatim piatu dari violinist ternama pada masa itu yang dicintai Erik. Christine yang ternyata memang memiliki bakat menyanyi dilatih secara tidak langsung oleh Phantom di dalam kamarnya yang mana terdapat jalan rahasia tersebut, agar Christine suatu hari bisa menjadi soprano dalam opera yang ditampilkan disana. Jadi, Phantom pada awalnya melihat Christine sebagai anak didik musiknya—sebelum akhirnya dia jatuh cinta dengan Christine, karena itu Erik menyalurkan passion-nya akan musik untuk mengajari Christine semua yang dia ketahui. Christine pun tertarik padanya karena ia melihat Phantom sebagai Malaikat Musiknya (sosok yang ayahnya sering sebut untuk menggantikan posisinya jika suatu waktu sang ayah telah tiada dan benar atau tidak, hal ini terus dipercaya oleh Christine), and she eventually pities Erik's existence of loneliness and darkness.
Seperti halnya drama romantis lain, di cerita ini juga dimunculkan sosok orang ketiga, Raoul Vicomte de Chagny, teman masa kecil Christine yang juga menaruh hati terhadap Christine Daeé saat kembali dipertemukan di Opera House. Bersama dengan Christine, mereka dan tokoh-tokoh di dalam Opera House itu harus menerima berbagai teror dari Phantom yang akhirnya terobsesi dengan Christine dan menghalalkan segala cara semata-mata untuk mendukung agar Christine dapat menjadi soprano utama di Opèra Garnier, bahkan dia tidak akan segan-segan untuk membunuh orang lain yang menghalangi rencananya di Opera House tersebut (tapi doi emang cinta banget sama si Christine, cuma caranya salah😭).
Untuk plot summary-nya, gue akan cantumkan di sudut paling bawah in case teman-teman ingin tahu cerita lebih detailnya😁, karena akan sangat panjang untuk diceritakan disini. Selain ketiga karakter ini, ada tokoh-tokoh yang juga nggak kalah penting, yakni Madame Giry, Meg Giry (sahabat Christine), Gilles Andrè, Richard Firmin, Carlotta Giudicelli, dan Ubaldo Piangi.
Secara garis besar, apa yang ditampilkan dalam drama musikal dengan apa yang ada di buku tentu cukup berbeda. Banyak bagian di dalam buku yang tidak ditampilkan di drama musikal, contohnya beberapa tokoh kunci, seperti seorang Persia, satu-satunya relasi Erik, yang di musikal perannya digantikan oleh Madame Giry. Petunjuk mengenai keterkaitan Phantom dengan Persia ini sebetulnya ditampilkan melalui kera berbaju bak seorang Persia yang memegang simbal di music box milik Phantom. Selain itu, dalam drama musikal cerita dipusatkan pada kisah romansa cinta segitiga antara Phantom, Christine, dan Raoul. Meski dibalut dengan berbagai teror yang cukup mencekam, rasanya tidak akan semencekam seperti cerita di dalam novel, karena novelnya sendiri lebih berunsur misteri dibandingkan percintaan. Konon, Sang Phantom memang sudah sering meneror orang-orang yang bekerja di Opèra Garnier sebelumnya.
Tapi, kok bisa sih, si Phantom ini tinggal di bawah tanah Opera House, gimana caranya?
Dalam bagian terakhir / epilog buku, terungkap potongan-potongan kehidupan Erik, bahwa ia adalah putra seorang pemilik bisnis konstruksi, yang cacat sejak lahir. Dia kemudian melarikan diri dari Normandia, tempat asalnya untuk bekerja di beberapa pameran dan bergabung dengan karavans (kelompok petualang), mempelajari seni sirkus di seluruh Eropa dan Asia, hingga akhirnya membangun berbagai trik atau semacam jalan rahasia dan tempat-tempat khusus di beberapa bangunan resmi di Persia dan Turki. Kemudian dia kembali ke Perancis dan memulai bisnis konstruksinya sendiri. Setelah diberi mandat untuk mengerjakan fondasi Opèra Garnier, Erik diam-diam membangun sarang sendiri untuk menghilang, lengkap dengan lorong tersembunyi dan trik lain yang memungkinkannya untuk memata-matai para manajer di Opera House tersebut.
Baca juga: Keliling Paris Bersama Film Les Misérables
Pertama kali gue nonton musikal ini sebetulnya tanggal 19 April lalu di channel yang sama. FYI, channel The Shows Must Go On ini dibuat pada tanggal 17 Maret 2020 di masa awal pandemi yang memang tujuannya untuk menemani masa karantina semua orang di belahan dunia. This channel bringing us showtunes, backstage access and full performances from some of the best loved musicals in history.
Minggu awal Oktober ini, The Phantom of the Opera 25th Anniversary Concert kembali ditayangkan dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-34 sejak hari pertama dirilis di Her Majesty's Theater, London, pada 9 Oktober 1986 silam, yang menjadikan ini sebagai salah satu the longest musical in history, both in Broadway and West End. Sayang karena pandemi ini production-nya ditutup sampai batas waktu yang nggak ditentukan😫.
Sejujurnya, bisa dibilang gue agak egois, sih😂. Kenapa? Karena sejauh ini satu-satunya versi The Phantom of the Opera yang gue sukai dan nikmati ya yang versi 25th Anniversary at the Royal Albert Hall ini😁. Since gue nggak pernah nonton versi original-nya (karena memang nggak ada versi DVD), dan karena dari pengamatan gue lewat potongan-potongan adegan di yucub yang dilakoni oleh aktor-aktor lain, banyak sekali yang nggak membuat gue tertarik karena emosinya kurang sampai dan kurang erghh gimana gitu. Mungkin ada, tapi terasa kurang nyatu satu sama lainnya. Misal aktor yang memerankan Phantom menurut gue keren, tapi Christine nya kurang nenduangg, atau begitu sebaliknya.
So, versi konser ke-25 tahun ini yang betul-betul emosional dan melekat banget di hati gue (sampe nangis gue nonton ini, kurang keren apa lagi akting mereka😭). Thumbs up buat Ramin Karimloo as Phantom, and Sierra Boggess as Christine Daeé. Bahkan komposernya sendiri, Lloyd Webber mengakui kehebatan mereka dan nggak menyesal memilih keduanya untuk tampil di konser ulang tahun pada 2011 lalu. Chemistry mereka gak ada yang bisa ngalahin, sih, serius. Apalagi sebelumnya memang pernah berpasangan juga di sequel Phantom of the Opera (masih karya Andrew Lloyd Webber), yakni Love Never Dies.
Speaking of Love Never Dies, dibandingkan sequel-nya tersebut, Phantom of the Opera tentu berada jauh di peringkat atas dalam menarik hati penggemar. Walaupun score di dalamnya sama-sama menyayat hati dan indah, but still, nggak bisa mengalahkan scores di dalam prequel-nya seperti main score; The Phantom of the Opera, Music of the Night, All I Ask of You, Think of Me, Masquarade, Angel of Music, Wishing You Were Somehow Here Again (semuanya aja disebut😕), dan maaaasih banyak lagi yang menurut gue pribadi sangat memorable🤧.
Salah satu adegan favorit gue sendiri adalah I Remember/Stranger Than You Dreamt It, score yang dinyanyikan saat Christine—yang telah diajak oleh Phantom ke tempat persembunyiannya—terbangun oleh music box kesayangan Phantom lalu dengan penasaran membuka topengnya tanpa izin. Menurut gue adegan ini jadi perkenalan yang terasa dalam dan menyentuh dari Erik lewat penggalan lirik berikut:
Stranger than you dreamt itCan you even dare to lookOr bear to think of me?This loathsome gargoyle, who burns in hellBut secretly yearns for heavenSecretly... secretlyBut ChristineFear can turn to love—you'll learn to seeTo find the man behind the monsterThis repulsive carcass, who seems a beastBut secretly dreams of beautySecretly... secretlyOh, Christine
Kalau dilihat-lihat mungkin keseluruhan cerita dari drama ini terkesan klisé. Mirip-mirip dengan Beauty and the Beast tentang Beast yang sangar tapi mendambakan sosok Belle, atau bahkan mirip dengan cerita Joker, a good man who turns into evil karena berbagai perlakuan buruk yang didapatnya dan dendam akan trauma masa lalu. However, karena ini drama musikal, gue bisa jamin feel-nya akan terasa beda dari kedua film tersebut. Sebab, memang disitulah poin plus dari drama musikal ini. Selain akting, apa lagi kan kalau bukan scores yang syahdu dan bernilai musikal tingkat tinggi? Drama musikal inipun nggak seserius seperti kelihatannya kok, karena di dalamnya juga disisipi beberapa jokes yang—walaupun entah lucu apa nggak—bisa sedikit mencairkan suasana yang dark, biar gak ngebosenin.
Adegan favorit gue yang lain adalah Masquarade/Why So Silent, karena gue suka banget sama suasana dan kostum yang meriah, plus gue suka banget dengan adegan di Final Lair, saat Phantom menyadari bahwa ia harus melepaskan Christine karena mengingat dosa-dosanya selama ini, meski dia sudah tahu bahwa Christine juga mencintainya—dengan rasa iba akan kesepian dan kelamnya hidup Phantom.
Salah satu alasan lain yang membuat gue suka versi musikal ini karena pemeran Christine bener-bener put so much effort untuk menunjukan bahwa dia sangat peduli dengan Erik dan merasa bersalah ketika harus meninggalkan dia (dan dari sepengamatan gue di dalam buku sih memang seharusnya begitu)🤧. Rata-rata dari potongan adegan yang gue lihat di internet, Christine lain lebih memilih langsung pergi ninggalin Phantom gitu aja soalnya, hiks.
Okay, karena menurut gue postingan ini udah kepanjangan, sebelum mengakhiri ulasan kali ini, gue pingin berbagi beberapa video gue saat nge-cover scores dari musikal Phantom of the Opera ini, dan salah satunya score Music of the Night dari channel terkait, hitung-hitung ikut merayakan ulangtahun Phantom yang ke-34, yuhuuu!
Anyway, adakah di antara teman-teman yang juga suka drama musikal? Entah itu Disney Princesses atau drama musikal lainnya, let me know ya!