The Phantom of the Opera: Di Balik Danau

by - Oktober 14, 2020

The Phantom of The Opera: Sosok Di Balik Danau

Hi folks! Minggu kemarin adalah minggu yang super duper menyenangkan karena musikal favorit kecintaan gue, The Phantom of the Opera (kisah sosok misterius di balik danau) kembali ditayangkan sama salah satu channel YouTube (yeaaaaayy!!!!🎉). 

Channel yang menayangkan musikal tersebut adalah The Shows Must Go On, yang bekerjasama dengan The Actors Fund dalam pengumpulan dana untuk membantu men-support para pekerja seni yang terdampak Covid-19, khususnya di bidang seni pertunjukan, berhubung hampir seluruh pertunjukan teater dihentikan produksinya sejak bulan Maret.

Btw, ada yang pernah dengar tentang karya masterpiece satu ini?

Drama musikal The Phantom of the Opera yang diusung Andrew Lloyd Webber ini sebetulnya diangkat berdasarkan novel karya Gaston Leroux, seorang penulis asal Perancis sekaligus mantan jurnalis yang diterbitkan pada tahun 1910 dengan judul sama—dalam bahasa Perancis; Le Fantôme de l'Opéra

Berlatarkan Perancis pada abad ke-19, tepatnya di Garnier Opera House, Phantom of the Opera bercerita tentang seorang lelaki terpelajar yang sebetulnya sangat berbakat, hanya saja karena ia terlahir dengan wajah cacat, Sang Phantom yang—di dalam buku—bernama asli Erik ini dikucilkan oleh masyarakat, bahkan dia tidak diterima oleh ibu kandungnya sendiri sejak lahir. Oleh sebab itu, dia sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang dari siapapun.

Erik juga adalah seorang arsitek, komposer atau musisi, dan pesulap. Oleh karena dirinya yang tidak mendapat perlakuan baik, Erik melarikan diri ke sebuah Opera House dan membangun sendiri sarangnya di bawah tanah, dekat dengan danau kecil yang terletak di dasar bangunan opera itu. Disana, Phantom menciptakan opera, musik-musik klasik, dan melakukan beberapa penemuan (berdasarkan konstruksi bangunan yang telah dia pelajari pada gedung itu), salah satunya jalan rahasia di balik kaca yang menjadi penghubung antara dirinya dan Christine, dan sebuah labirin kaca (yang ini tidak ditampilkan pada drama musikal). 

Sementara Christine Daeé, adalah gadis ballet di Opera House tersebut, seorang yatim piatu dari violinist ternama pada masa itu yang dicintai Erik. Christine yang ternyata memang memiliki bakat menyanyi dilatih secara tidak langsung oleh Phantom di dalam kamarnya yang mana terdapat jalan rahasia tersebut, agar Christine suatu hari bisa menjadi soprano dalam opera yang ditampilkan disana. Jadi, Phantom pada awalnya melihat Christine sebagai anak didik musiknya—sebelum akhirnya dia jatuh cinta dengan Christine, karena itu Erik menyalurkan passion-nya akan musik untuk mengajari Christine semua yang dia ketahui. Christine pun tertarik padanya karena ia melihat Phantom sebagai Malaikat Musiknya (sosok yang ayahnya sering sebut untuk menggantikan posisinya jika suatu waktu sang ayah telah tiada dan benar atau tidak, hal ini terus dipercaya oleh Christine), and she eventually pities Erik's existence of loneliness and darkness.

Seperti halnya drama romantis lain, di cerita ini juga dimunculkan sosok orang ketiga, Raoul Vicomte de Chagny, teman masa kecil Christine yang juga menaruh hati terhadap Christine Daeé saat kembali dipertemukan di Opera House. Bersama dengan Christine, mereka dan tokoh-tokoh di dalam Opera House itu harus menerima berbagai teror dari Phantom yang akhirnya terobsesi dengan Christine dan menghalalkan segala cara semata-mata untuk mendukung agar Christine dapat menjadi soprano utama di Opèra Garnier, bahkan dia tidak akan segan-segan untuk membunuh orang lain yang menghalangi rencananya di Opera House tersebut (tapi doi emang cinta banget sama si Christine, cuma caranya salah😭). 

Untuk plot summary-nya, gue akan cantumkan di sudut paling bawah in case teman-teman ingin tahu cerita lebih detailnya😁, karena akan sangat panjang untuk diceritakan disini. Selain ketiga karakter ini, ada tokoh-tokoh yang juga nggak kalah penting, yakni Madame Giry, Meg Giry (sahabat Christine), Gilles Andrè, Richard Firmin, Carlotta Giudicelli, dan Ubaldo Piangi.

Secara garis besar, apa yang ditampilkan dalam drama musikal dengan apa yang ada di buku tentu cukup berbeda. Banyak bagian di dalam buku yang tidak ditampilkan di drama musikal, contohnya beberapa tokoh kunci, seperti seorang Persia, satu-satunya relasi Erik, yang di musikal perannya digantikan oleh Madame Giry. Petunjuk mengenai keterkaitan Phantom dengan Persia ini sebetulnya ditampilkan melalui kera berbaju bak seorang Persia yang memegang simbal di music box milik Phantom. Selain itu, dalam drama musikal cerita dipusatkan pada kisah romansa cinta segitiga antara Phantom, Christine, dan Raoul. Meski dibalut dengan berbagai teror yang cukup mencekam, rasanya tidak akan semencekam seperti cerita di dalam novel, karena novelnya sendiri lebih berunsur misteri dibandingkan percintaan. Konon, Sang Phantom memang sudah sering meneror orang-orang yang bekerja di Opèra Garnier sebelumnya.

Tapi, kok bisa sih, si Phantom ini tinggal di bawah tanah Opera House, gimana caranya?

Dalam bagian terakhir / epilog buku, terungkap potongan-potongan kehidupan Erik, bahwa ia adalah putra seorang pemilik bisnis konstruksi, yang cacat sejak lahir. Dia kemudian melarikan diri dari Normandia, tempat asalnya untuk bekerja di beberapa pameran dan bergabung dengan karavans (kelompok petualang), mempelajari seni sirkus di seluruh Eropa dan Asia, hingga akhirnya membangun berbagai trik atau semacam jalan rahasia dan tempat-tempat khusus di beberapa bangunan resmi di Persia dan Turki. Kemudian dia kembali ke Perancis dan memulai bisnis konstruksinya sendiri. Setelah diberi mandat untuk mengerjakan fondasi Opèra Garnier, Erik diam-diam membangun sarang sendiri untuk menghilang, lengkap dengan lorong tersembunyi dan trik lain yang memungkinkannya untuk memata-matai para manajer di Opera House tersebut.


Pertama kali gue nonton musikal ini sebetulnya tanggal 19 April lalu di channel yang sama. FYI, channel The Shows Must Go On ini dibuat pada tanggal 17 Maret 2020 di masa awal pandemi yang memang tujuannya untuk menemani masa karantina semua orang di belahan dunia. This channel bringing us showtunes, backstage access and full performances from some of the best loved musicals in history.

The Phantom of The Opera: Sosok Di Balik Danau

Minggu awal Oktober ini, The Phantom of the Opera 25th Anniversary Concert kembali ditayangkan dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-34 sejak hari pertama dirilis di Her Majesty's Theater, London, pada 9 Oktober 1986 silam, yang menjadikan ini sebagai salah satu the longest musical in history, both in Broadway and West End. Sayang karena pandemi ini production-nya ditutup sampai batas waktu yang nggak ditentukan😫.

Sejujurnya, bisa dibilang gue agak egois, sih😂. Kenapa? Karena sejauh ini satu-satunya versi The Phantom of the Opera yang gue sukai dan nikmati ya yang versi 25th Anniversary at the Royal Albert Hall ini😁. Since gue nggak pernah nonton versi original-nya (karena memang nggak ada versi DVD), dan karena dari pengamatan gue lewat potongan-potongan adegan di yucub yang dilakoni oleh aktor-aktor lain, banyak sekali yang nggak membuat gue tertarik karena emosinya kurang sampai dan kurang erghh gimana gitu. Mungkin ada, tapi terasa kurang nyatu satu sama lainnya. Misal aktor yang memerankan Phantom menurut gue keren, tapi Christine nya kurang nenduangg, atau begitu sebaliknya. 

So, versi konser ke-25 tahun ini yang betul-betul emosional dan melekat banget di hati gue (sampe nangis gue nonton ini, kurang keren apa lagi akting mereka😭). Thumbs up buat Ramin Karimloo as Phantom, and Sierra Boggess as Christine Daeé. Bahkan komposernya sendiri, Lloyd Webber mengakui kehebatan mereka dan nggak menyesal memilih keduanya untuk tampil di konser ulang tahun pada 2011 lalu. Chemistry mereka gak ada yang bisa ngalahin, sih, serius. Apalagi sebelumnya memang pernah berpasangan juga di sequel Phantom of the Opera (masih karya Andrew Lloyd Webber), yakni Love Never Dies.

Speaking of Love Never Dies, dibandingkan sequel-nya tersebut, Phantom of the Opera tentu berada jauh di peringkat atas dalam menarik hati penggemar. Walaupun score di dalamnya sama-sama menyayat hati dan indah, but still, nggak bisa mengalahkan scores di dalam prequel-nya seperti main score; The Phantom of the Opera, Music of the Night, All I Ask of You, Think of Me, Masquarade, Angel of Music, Wishing You Were Somehow Here Again (semuanya aja disebut😕), dan maaaasih banyak lagi yang menurut gue pribadi sangat memorable🤧. 

Salah satu adegan favorit gue sendiri adalah I Remember/Stranger Than You Dreamt It, score yang dinyanyikan saat Christine—yang telah diajak oleh Phantom ke tempat persembunyiannya—terbangun oleh music box kesayangan Phantom lalu dengan penasaran membuka topengnya tanpa izin. Menurut gue adegan ini jadi perkenalan yang terasa dalam dan menyentuh dari Erik lewat penggalan lirik berikut: 
Stranger than you dreamt it
Can you even dare to look
Or bear to think of me?
This loathsome gargoyle, who burns in hell
But secretly yearns for heaven
Secretly... secretly
But Christine

Fear can turn to love—you'll learn to see
To find the man behind the monster
This repulsive carcass, who seems a beast
But secretly dreams of beauty
Secretly... secretly
Oh, Christine

The Phantom of The Opera: Sosok Di Balik Danau

The Phantom of The Opera: Sosok Di Balik Danau
Sedih banget gak, sih😭 Segitu cuma di satu score, masih banyak score lain yang
bikin mewek🤧
 
Kalau dilihat-lihat mungkin keseluruhan cerita dari drama ini terkesan klisé. Mirip-mirip dengan Beauty and the Beast tentang Beast yang sangar tapi mendambakan sosok Belle, atau bahkan mirip dengan cerita Joker, a good man who turns into evil karena berbagai perlakuan buruk yang didapatnya dan dendam akan trauma masa lalu. However, karena ini drama musikal, gue bisa jamin feel-nya akan terasa beda dari kedua film tersebut. Sebab, memang disitulah poin plus dari drama musikal ini. Selain akting, apa lagi kan kalau bukan scores yang syahdu dan bernilai musikal tingkat tinggi? Drama musikal inipun nggak seserius seperti kelihatannya kok, karena di dalamnya juga disisipi beberapa jokes yang—walaupun entah lucu apa nggak—bisa sedikit mencairkan suasana yang dark, biar gak ngebosenin.

Adegan favorit gue yang lain adalah Masquarade/Why So Silent, karena gue suka banget sama suasana dan kostum yang meriah, plus gue suka banget dengan adegan di Final Lair, saat Phantom menyadari bahwa ia harus melepaskan Christine karena mengingat dosa-dosanya selama ini, meski dia sudah tahu bahwa Christine juga mencintainya—dengan rasa iba akan kesepian dan kelamnya hidup Phantom.

The Phantom of The Opera: Sosok Di Balik Danau

Salah satu alasan lain yang membuat gue suka versi musikal ini karena pemeran Christine bener-bener put so much effort untuk menunjukan bahwa dia sangat peduli dengan Erik dan merasa bersalah ketika harus meninggalkan dia (dan dari sepengamatan gue di dalam buku sih memang seharusnya begitu)🤧. Rata-rata dari potongan adegan yang gue lihat di internet, Christine lain lebih memilih langsung pergi ninggalin Phantom gitu aja soalnya, hiks.

Okay, karena menurut gue postingan ini udah kepanjangan, sebelum mengakhiri ulasan kali ini, gue pingin berbagi beberapa video gue saat nge-cover scores dari musikal Phantom of the Opera ini, dan salah satunya score Music of the Night dari channel terkait, hitung-hitung ikut merayakan ulangtahun Phantom yang ke-34, yuhuuu!




Anyway, adakah di antara teman-teman yang juga suka drama musikal? Entah itu Disney Princesses atau drama musikal lainnya, let me know ya!



Referensi:


You May Also Like

21 komentar

  1. Waah aku pernah baca-baca sedikit aja tentang Phantom of The Opera ini, karena referensinya juga sering dipakai di beberapa cerita kan.. Yang aku tau cuma si Phantom yang selalu pakai topeng karena menutupi wajahnya yang cacat, dan obsesinya pada seorang wanita 🙈

    Tapi baca tulisan Awl tuh jadi pengin nyoba nonton musikalnya niih. Latar belakang Phantom sendiri tuh ternyata sangat deep yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Deep banget kak Eyaaa huhu, kalau nonton si phantom ini tuh bikin bingung antara kita harus jahat sama dia atau malah kasihan🤧 Sayangnya untuk tayangan yg di yutub ini udah ditake down karena hanya diputar 48 jam, tapi kalau kak Eya mau nonton musikalnya bisa dicari di Daily Motion for free, kalau search di google The Phantom of The Opera 25th Anniversary at The Royal Albert Hall nanti akan langsung muncul di bagian paling bawah, atau bisa juga nonton versi film nya yg rilis tahun 2004 (tapi ini nggak aku rekomendasikan karena much better nonton versi stage musicalnya😂).

      Hapus
    2. Owalaah ternyata cuma buat 48 jam yaa 😂 oke deeh thank you Awl, nanti aku coba cari yang di Daily Motion deh haha

      Hapus
    3. Huhu iyaa sayang banget kan kakk. Sebetulnya DVD nya sendiri udh banyak beredar dan murah, tapi tetep aja kalau dikirim ke Indo jadi mahal sama ongkir😅.

      Hapus
  2. Saat pandemi kemarin, saya nonton Teater Bunga Penutup Abad yang ditayangkan di YouTube. Drama yang keren juga. Jarang bisa betah liat orang emosi. Ha ha ha. Tapi kalo drama musikal The Phantom of Opera, dengarpun baru kali ini. Apalagi, saya cukup susah menerima drama musikal. Kemarin sempat liat drama musikal Sangkuriang kalau tak salah. Saya tidak begitu tertarik. Tapi kalo mengacu pada film, saya ada beberapa favorit. Coba tonton Begin Again atau Once, Aina. Dua itu favorit saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh iyaa, Bunga Penutup Abad kalau gak salah pernah muncul juga di timeline saya, tapi waktu itu belum sempet nonton😅. Mungkin karena drama musikal terlalu banyak dialog yg diucapkan dalam bentuk musikalisasi atau nada-nada dan irama jadi cenderung membosankan ya? Soalnya dulu saya pribadi juga sempat mikir gini pas pertama kali nonton Beauty and the Beast, padahal emg genrenya musikal😂

      Btw tadi saya searching ratingnya lumayan bagus-bagus ya Rahul, yang film Begin Again juga ada aktor favorit lagi, Mark Ruffalo sama James Cordon😍. Kayaknya saya bakal masukin list dulu, thanks rekomendasinya Rahul.

      Hapus
  3. Wuah aku baru tahu tentang the phantom of opera
    jalan ceritanya bikin aku penasaran
    bikin aku pengen nonton langsung, hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga pengennya nonton langsung teater nya mbak, tapi karena di Indonesia gak ada jadi nonton yg ada di platform online dulu😂

      Hapus
  4. Aku sering dengar phantom of the Opera dari dahulu tapi baru di blog kak awl tahu kisahnya secara lengkap. Kalo dulu cuma sekilas saja, ternyata memang sudah sejak lama tahun 1910 karya Gaston Leroux.

    Kisahnya agak mirip beauty and the beast ya, orang yang dendam dan trauma masa lalu karena mendapat perlakuan buruk baik dari orang terdekat atau masyarakat.

    Kalo drama musikal, paling nonton film La La Land.😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyapp betul udah lama banget kak Agus🙈. Dulu bahkan tahun 1925 sempet dibuat film bisunya yang lebih horror dan mencekam. Kalau sekarang kan cenderung fokus utamanya di kisah cinta segitiga itu. Dan karena fokus cerita ini juga memang jadi bikin Phantom of the Opera terlihat mirip-mirip sama Beauty and the Best, padahal sebetulnya nggak terlalu. Bedanya kalau Beast dikutuk sama penyihir, sementara Phantom memang cacat sejak lahir, hiks🤧. Dan di buku dia dijelaskan meninggal saat melepaskan Christine.

      Wah, aku juga suka La La Land kak Agus, lagu-lagunya manis gitu banyak yg memorable ya😄.

      Hapus
  5. Oh My! Awl, aku juga suka banget drama musikal. Salah satunya ya Phantom of The Opera ini. Tapi emang belum sempet nonton di channel yang kamu bilang dan nggak baca bukunya, karena lebih kerasa aja gitu kalau nonton langsung.

    Kamu pernah nonton Matilda the Musical? Les Miserables? Hamilton? Wah itu asik-asik sih. Sedikit curhat, aku emang pernah main drama musikal di teater pas SMA, dan coachku emang berkiblat pada drama musikal sejenis yang aku sebutin tadi sih.

    Kalau drama musikal dalam negeri belum banyak sih yaa.. semoga cepet nambah karena aku butuh drama musikal berkualitas dari dalam negeri hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, ternyata kita satu selera kak Jez!😍 ya i know 'em! Aku tau Mathilda the Musical, Les Miserablés apalagi🤧 (tiap butuh lagu yg penuh semangat gitu pasti suka nyanyi Do You Hear the People Sing, wkwkw). Kakak tau tentang Into the Woods, Cats, Evita gak? Scoresnya gak kalah khas juga mereka. Untuk Hamilton sendiri kalo gak salah udh tayang di Disney+ Hotstar yaa dari bulan lalu? Tapi aku belum sempet nonton karena masa langganannya keburu habis, alias cuma sebulan, hiks.

      Sebetulnya kalau bisa nonton langsung akupun prefer nonton langsung sih kak, karena pasti feelnya akan beda. Cuma karena di Indo sendiri belum pernah denger ada teater musikal Phantom of the Opera, jadi nonton yg ada di yutub aja dulu deh huhu😅. Setahuku soalnya teater2 yg ada di Indonesia ceritanya masih seputar cerita lokal gitu ya kak? atau memang aku aja yg kurang jauh maennya?😂 wkwkw.

      Aamiin Aamiin bangeett, kita butuh tontonan atau seni-seni pertunjukan yang lebih variatif dan berkualitas. Masa kan kalau mau nonton teater gitu harus ke luar negeri dulu, biayanya itu lho, gak murah. Belum tiket nonton sama tiket pesawatnya😌. Tapi ini juga sih yang jadi salah satu impian aku, pengen bisa nonton di Broadway atau West End suatu hari nanti😍.

      Hapus
    2. Yang Evita aku belum pernah nonton siiih... mungkin abis ini masuk ke list aku hihi. Sejujurnya aku juga baru nonton Hamilton di Disney+, karena dari dulu pengen nonton tapi di youtube nggak ada yang bagus eh...

      Wah, kujamin sangat-sangat berbeda. Lightingnya, gema suaranya, sampe dingin teaternya bikin feelnya makin-makin! Semoga bisa segera menonton aslinya yaa *doa untukku juga. Kalo di Indo masih minim drama musikal ala broadway gitu, palingan mendatangkan teater dari luar negeri aja (setauku). Kalo tertarik sama yang drama tapi musikalnya minim, udah banyak banget teater yang suka ngadain pentas di Indo.

      Huhu iyaa, mentok-mentok paling deket di Singapore Awl. Tapi tetep aja ngga bisa pulang pergi�� Aamiin semoga terkabul!

      Hapus
    3. Huwaah aku ngeliat dari layar aja bisa ikut ngebayangin gimana bahagia dan excitednya penonton yg bisa menyaksikan pertunjukannya secara langsung😍 pasti takjubnya bertubi-tubi🤧

      Oh iyaa, aku juga sering dengernya yg memang drama-drama musikalnya minim gitu kak, bukan yg ala ala broadway. Memang mungkin biayanya juga nggak sedikit kalau harus buat yg persis sama standarnya dengan di LN, plus sangsi juga takut antusiasme masyarakatnya kurang:( kalau aku sih taunya yg di Indo ada petualangan sherina sama laskar pelangi (haha basic banget ya pengetahuannya🤣). Fix kayaknya aku juga harus banyak cari tahu drama-drama musikal yg dipertunjukan disini deh😅.

      Aamiin Aamiin semoga ya kak Ibel🤧

      Hapus
  6. Hay kak, saya belom pernah nonton drama musikal phantom of the opera.😓 Mungkin dengan cerita diatas saya akan tertarik. Salam kenal kak Awl.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi kak Andy, salam kenal juga👋🏻. Mungkin sekarang waktunya nonton kak setelah baca review saya, huahaha. Kalau mau nonton free tinggal search aja di google The Phantom of the Opera 25th Anniversary at Royal Albert Hall, nanti kliknya link yg dailymotion.com ada di paling bawah seingat saya.

      Hapus
    2. Oke siap kak, pengen tau juga gimana dan penasaran banget mau nonton nya. Makasih kak.

      Hapus
  7. kalau yang berbau misteri kayaknya aku nyerah duluan :D
    kalau nonton masih oke, tapi kalau baca versi buku biasanya pikiran udah kemana mana hahaha
    ini totalitas banget ya pemainnya, yang aku tau pertunjukan opera di LN baguss semua, bahkan turis aja ada yang rela antri nonton

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lah kenapa mbak Ainuuuun, kan zeruu, nggak kayak dunia lain kok😂

      Aslii emang totalitas banget mbak, nggak cuma dari staging, koreo, wardrobe, lighting, desain panggung, dll, bahkan sampe make up si phantomnya pun bener2 dikerjakan dengan serius. Pengaplikasiannya sama kayak mau syuting film Avengers, lebih dari 3 jam hoho😅. Emang negara2 disana udah terlampau maju dari dulu sih, orang-orangnya pun seimbang, hampir semuanya sangat mengapresiasi jenis seni apapun. Kalau mereka dulu tahun 80-an udah banyak memproduksi drama-drama musikal yg melegenda, kita kan masih merintis dunia perfilman (setahuku), jadi bisa dimaklumi🤧 Semoga suatu saat seni pertunjukan teater ala2 broadway atau west end macam di LN ini juga bisa laris di Indo, Aamiin😁

      Hapus
  8. Mbaaa yaampun aku jadi penasaran, abis ini aku langsng nonton ah di Youtube nya. Aku juga suka bgd soalnya musical2 gt.. Makasi rekomndasinya ya Mba Awl.

    Aku sempat baca bukunya, tapi entah kenapa alur di buku menurut aku lambaaat. Mana awal2 aku kayak agak susah gt ngertinya. Akhirnya aku stuck ga beres di pertengahan buku 😆😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mbak Thessaaa, seneng banget ada juga yg excited sama Phantom, dan mbak punya bukunyaa😱? Wooowwww, aku aja belum baca bukunyaaa sama sekali tapi udh nonton duluan teaternya, hohoho. Jadi penasaran ingin baca bukunya juga😱 tapi sepertinya akan terlihat lebih membosankan karena nggak ada musik sama sekali kayak di film, apalagi kalau alurnya lambat begitu ya😅 btw mbak Thessa baca buku versi yang manakah? Soalnya seingatku selain penulis aslinya, ada juga buku karya penulis lain tapi kulupa namanya siapa😂

      Boleh mbaa main-main ke yutubnyaa, banyak musical stuff disana dari mulai performances sampe bts, hehehe. Tapi untuk phantom sendiri, full filmnya waktu itu hanya ditayangkan dalam waktu terbatas. Mba bisa nonton di dailymotion.com kalau mau nonton teaternya keseluruhan, keywordnya ketik aja: The Phantom of the Opera 25th Anniversary at Royal Albert Hall, nanti pasti keluar dan tinggal klik link yang dailymotion, huehehe😁 Selamat menonton mbaak😍

      Hapus