Yang Terlihat

by - Maret 22, 2021

Halo, selamat datang di episode terbaru dari Podcast Notes of Little Sister! 

Sebetulnya gue udah buat tulisan ini dari beberapa minggu yang lalu, tapi akhirnya kesempatan untuk merekam ini baru ketemu sekarang, (kebetulan) di sela-sela waktu istirahat gue dari beberapa tumpuk data yang masih harus gue olah. Oleh karena itu, maaf kalau banyak kekurangan disana sini. I've tried my best💪🏻  Gue sekalian ingin memotivasi teman-teman yang sedang ingin membuat podcast juga, bahwa untuk membuat suatu karya, kita bisa mulai dari hal-hal yang sederhana, kok. Sesederhana merekam menggunakan ponsel dan aplikasi seadanya. Berhubung ini mendadak dan ala kadarnya, gue nggak punya waktu buat pasang kabel-kabel yang somehow ribet dan makan waktu lebih. So, dengan segala kerendahan hati, selamat mendengarkan dan semoga suka!😊

Yang Terlihat

   

Pemikiran kita tentang satu hal tampaknya tak bisa lepas dari impresi. Ia dimulai dari sana. Dari sebuah tempat yang asing, tak dapat dikenali, namun mengundang beribu penghakiman dan penilaian. Kadang tak berdasar, dan tak beralasan. Sebab apa? Sebab pemikiran kita tentang satu hal tampaknya tak bisa lepas dari impresi. Ia dimulai dari sana..

"Terbiasa memandang rendah sebab sudah lupa rasanya di bawah,

terbiasa menganggap ringan sebab lupa rasanya menanggung beban,

terbiasa menilai kecil sebab yang diketahuinya hanya hasil.."

adalah kata seseorang kepada seorang lainnya yang ia rasa begitu, 
juga lahir dari sebuah kesan
Bisa saja sebetulnya yang terbiasa memandang rendah orang lain adalah diri kita sendiri, yang memang tahu rasanya di bawah namun tak pernah mensyukuri apapun
Pantas saja, kalau untuk menggapai anak tangga pun kita tak mampu

Perihal terbiasa menganggap ringan oleh sebab lupa rasanya menanggung beban,
bukankah manusia memang sifatnya perusak dan pelupa?
Tuhan saja sering dilupakannya, apalagi sesama?
Akan selalu ada saat dimana kita lupa, kita juga ingat 
Bahwa untuk bisa merasa aman dan nyaman, ada beban yang mesti ditanggung
Meski beratnya tak tampak oleh mata

Lalu menganggap orang lain tak berperikemanusiaan karena tak mengukur proses, melainkan yang dilihatnya hanya hasil
Hey, bukankah kita semua begitu? 
Hanya peduli bagaimana caranya agar bisa seperti ini, seperti itu, seperti artis ternama, seperti pengusaha hebat, bahkan seperti tetangga yang berbahagia, tanpa ingin tahu bahwa masing-masing dari kita berproses
Dan sayangnya, proses itu tak ada yang tahu
Sebab kita terlalu tertarik dengan dengan angka, dengan nilai, dengan ketenaran
Dan dengan apa yang terlihat

Makna "kelihatannya" tak berhenti disitu. masih banyak hal yang mengundang penilaian dan pemikiran, seperti..

yang terlihat diam.. ternyata tajam
isi kepalanya, matanya
tak henti hatinya dibuat pasang surut
atas segala ketidakpastian yang menyulut
seperti wajah baru manusia yang selalu ia waspadai kedatangannya
apa yang kau harapkan dari seseorang yang hanya terbiasa memendam rasa? atau terbiasa memantau gerak?
patung tanpa nyawa?

lalu yang terlihat baik, belum tentu ia selaik itu
meski tak berarti ia juga sejahat itu
toh, bukankah manusia itu abu-abu?
kita terbiasa melenggang di berbagai jalur dan persimpangan, yang sayangnya selalu dikekang hanya dengan hitam dan putih
pada akhirnya apa yang kau harapkan dari manusia akhir zaman?
power rangers dan monsternya?
atau pahlawan seperti Gundala, dan musuhnya?

yang terlihat kuat pun tak berarti ia mampu menyangga segala beban
hatinya bisa lemah, rapuh, roboh
bahkan nyaris sudah ratusan kali mulutnya mengutuk takdir yang tak sesuai harap
karena percayalah, hidup sudah terlampau keras untuk mereka yang dipaksa dewasa dan tangguh oleh waktu
apa yang kau harapkan dari seonggok daging yang berpura-pura menjadi baja?
tidak ada.

sesungguhnya definisi "yang terlihat" akan menjadi kosong maknanya jika tak dirasakan sendiri..
atau tak berarti apa-apa karena ia memang hanya lahir dari sebuah pemikiran manusia yang merasa tahu segala, padahal ia jarang sekali belajar.. kecuali atas hidupnya sendiri.

o-o

Anyway, ada yang bisa tebak sebetulnya gambar apa yang ada di atas? Dan kira-kira menggambarkan situasi apa sebetulnya gambar itu? Hanya laut kah? atau hanya kain berwarna biru?

You May Also Like

21 komentar

  1. Seperti biasa.. Suara nya keren nih. Mungkin kalo boleh saran, kapan2 bikin post ttg tips cara ngomong yg bagus dong 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduuuh kak Dodo bisa aja🤣 hahahaha suaraku sebenernya gini-gini aja kak Dodo, bingung kalau dibikin post kayak gimana yaa🤔 nanti disangka kepedean banget lagi nih si Awl😂🤣

      Hapus
  2. Selalu kagum sama yang suaranya enak didenger....keep up the good work mba.
    Kalau dengar suara sendiri saya tuh rasanya sampai merinding disko...
    hiiihiiii.apa karena alat perekamnya ya? Beda alat perekam beda hasilnya kah #nyalahin alat perekam...😂🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasi banyak mbak Phebieee, wehehe😍
      Wkwkwkwkwk bisa jadi mbak beda alat perekam beda juga hasilnya😆 Eh tapi ini beneran kejadian di aku mbak, kalau pake alat perekam yang beneran bagus entah kenapa kerasanya malah lebih jelek dan cempreng, dan kadang-kadang jadi lebih bagus pake hp aja, padahal hpnya juga hp cina🤣

      Hapus
  3. Bikin adem suaranya kak, jadi ngantuk aku :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Widiiih mas Mayuf bisa ae, thank you ya mas🤣

      Hapus
  4. Mbak Awl as always ya, selalu menginspirasi dan nyindir batiinn😭 bikin sadaar diri terus 🤗 good job Mbak Awl ❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah thank you so much mbak Rereee, huhu terharuuu🤧 Tetap semangat and sehat terus yaa mbaak, ayo kita sama-sama menginspirasi lewat podcast😍

      Hapus
  5. Mba Awl.. Aku sering bngt dengerin podcast mba tau di spotify.. kadang kalau moodku lagi down dan pngen suasana mendukung kadang aku nggk milih buat nyetel lagu. Tapi lebih milih buat dngerin podcast. Dan salah satunya dngerin podcast Mba Awl ini...
    Hehe. Btw aku tau podcast mba awl dari mba pipit. Dan first impresi saya.. WOWO BAGUS BANGET SUARANYA. 😅😅
    Haha

    Kalau saya dnger suara saya sndiri yg kerekam sering bikin ngelus dada.. wkwk

    Sukses selalu Mba Awl.. terus bikin podcast yah. 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaah iyakah mas Bayu? Huwaaaaaa kuterharu, dan tersunjang—eh tersanjung jugaa🤧. Makasi banyak ya mas Bayu udah selalu dengerin podcastku😭😭😭

      Hahahahaha kenapa jadi ngelus dada mas?🤣 Justru karena terlalu menghayati kali ya😆 Eh tapi aku penasaran nih gimana kalo mas Bayu bikin podcast beneran, terus ngobrol ngalor ngidul sama sohib-sohibnya mas Bayu pasti rame deh, random aja tentang daily life atau dunia perkuliahan, wkwk. *ini aku ngebayangin dan kayaknya bakal rame beneran sih🤣 Soalnya sering baca kan tuh komentar-komentar mas Bayu sama temen-temen di blog, kadang di blog blogger yang lain juga ada😂 Ayo bikin juga mas😆

      Siaap mas Bayu, semoga nggak bosen ya dengerin podcastku, hahaha😆

      Hapus
  6. Aduh adem bener denger suara Awl!!! 🥰🥰🥰

    Hmm kalo "yang terlihat" di mataku, itu gambar kain dengan background langit?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh mbak Frischa maaci banyaak, kuterhura😭

      Yeaaayy mbak Frischa betuuuul💯 kalau diperlebar fotonya, kain itu sebetulnya sedang dipakai untuk menutupi mata seseorang gitu mbak di sebelah kanan. Sengaja aku anggap menghilang orangnya biar covernya juga terkesan dalam dan misterius, hehe *cielaah😆

      Hapus
    2. Sama-sama Awl 🥰

      orangnya jangan-jangan kamu ya?? 😆 Awalnya sempat terkecoh untuk mengiyakan itu latarnya laut. Tapi setelah dilihat-lihat, bukan laut ah latarnya karena ga ada ombaknya hahaha

      Hapus
    3. Bukan mbaak, orangnya bukan akuu😂 itu dapet gambar dari canva, hihi. Kebetulan nemu gambar yg relate nih, jadilah dicomot buat dijadiin cover😆. Wkwkw, kalau dilihat-lihat aneh juga sih yaa lautnya fully datar begitu, nggak ada kelihatan ombaknya. Wajar kalau mbak Frischa sempet terkecoh😂

      Hapus
    4. Iya bener. Soalnya datar kaya langit haha

      Hapus
  7. Mengeluh saja terus, menganggap diri sebagai beban orang tua, sampai lupa kamu punya potensi hidup yang lebih bahagia. Ah, hidup jadi manusia memang memusingkan, Awl. 🙂

    Mau sekalian nanya nih, lo kalo ngerekam cuma pake hape atau pake alat khusus perekam suara? Soalnya gue kalo ngerekam suara suka mendem dan gak jelas. (Mencoba bergaya bahasa ala Awl) 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pusing banget memang, jadi manusia. Kadang punya akal selain digunakan untuk berpikir, digunakan juga untuk overthink atas sesuatu yg belum pasti terjadi, hadeuh. #curhat ceritanya lol.

      Wkwkwkw kaget saya mas Nandar tiba-tiba pake lo guehh, tapi gapapa mas, lanjutkan!😆
      Sejujurnya saya pake kedua alat itu, mas. Kalau lagi males, pake hp aja cukup. Kalau lagi niat, pake mic condensor. Sebetulnya dua-duanya sama aja, bedanya paling kalau pake mic condensor, noise-nya jadi lebih sedikit dan suaranya jadi terkesan lebih bulat. Mungkin suara mas Nandar jadi terdengar mendem karena kedekatan mas ngerekamnya? Soalnya saya juga pernah gitu, kok jadi kependem, usut punya usut ternyata jarak mulut saya dengan mic-nya terlalu dekat😂

      Hapus
    2. Oh gitu... Pantesan. Saya kalau ngerekam emang duka deket banget, sampe mulut nyampe ke layar 😂. Saya kira dengan mendekatkan mulut ke hp, bisa menambah gema dan volume suara. Ternyata sebaliknya toh, Awl. Nuhun pisan ah, simkuring ngartos ayeunamah.

      Hapus
  8. Beautiful Awl, beautiful... seperti pertamakali aku mendengar podcast kamu, somehow i feel something. your voice... intonasi, backsound-nya, hmmm....

    btw, akupun suka memikirkan hal ini dan karenanya, aku selalu lebih suka diam dan ga cepat-cepat berkomentar akan sesuatu misalnya gosip artis atau kabar tetangga, karena ternyata pada prosesnya lama-lama yg tadinya gosip seakan fakta nyatanya hanyalah settingan atau... yg awalnya tersudutkan dan seperti jadi orang yang paling bersalah, ternyata setelah mendengar input dari berbagai sudut pandang, it's not that bad.

    Kalo dariku, mungkin intinya adalah jangan cepat menilai sesuatu dari apa yang terlihat diluarnya saja.


    and btw, mulai sekarang aku akan membaca tulisan-tulisan kamu layaknya podcast ini, biar lebih terasa indahnya...
    atau kalo boleh usul, setiap blog post kamu, sisipi sama musik yg bisa di play selama kita baca tulisanmu, hehehe.. tp optional, bs diplay bisa engga, ya kayak podcastmu di blog post ini.

    Awl! thank you for the podcast... lope lope di udara pokoknyah

    BalasHapus
  9. Gambar laut sama pasir kah wkwk maaf kalau salah kak

    BalasHapus
  10. Maknanya dalem banget kak. Kadang orang lain cuma tau apa yang dilihat aja tanpa mau mencoba mencari tau apa yang ada dibaliknya.

    BalasHapus