Diberdayakan oleh Blogger.
  • Home
  • About
  • Lifestyle
  • Personal
    • Opini
    • Thoughts
    • Slice of Life
    • Poetry
    • Intermeso
  • Podcast
  • Review
instagram twitter LinkedIn YouTube Spotify Email

Notes of Little Sister




Halo semua!! Podcast Notes of Little Sister kembali lagi. Well, sebetulnya episode ini bukan yang baru gue tulis, melainkan memang sudah pernah gue rekam di bulan Juni lalu. Rencananya akan dipakai untuk bahan collab dengan teman gue yang seorang illustrator design. Namun berhubung gue masih kehabisan ide dan nggak mau podcast gue terlunta-lunta, maka sambil menunggu inspirasi datang, gue memutuskan untuk publish ini sebagai episode ke-13. Semoga teman-teman suka, merasa relate, dan terakhir.. selamat mendengarkan!🥰

o-o

Hidup di zaman penuh jerat
Rasanya semua berlomba-lomba menjadi kuat
Media sosial layaknya sirkus penuh akrobat
Semakin dilihat, semakin membuat penat

Beribu kekuatan ditonjolkan
Bahkan jika disana tampak kesedihan
Rasanya esok harus bahagia dengan instan
Seakan-akan kita semua robot tak berperasaan

Lelah juga ya jadi manusia super
Walaupun kadang tak ada yang meminta
Dengan sukarela kita berlelah ria
Padahal mungkin saja hidup kita tak ubahnya seperti joker

Manusia memang begitu
Suka lupa bahwa lemah adalah watak kita
Sia-sia waktu perhatikan yang hebat saja
Tinggalkan nyata demi yang semu

Harus berapa kali diingatkan
Bahwa tak apa menjadi lemah
Sesekali kita perlu jujur terhadap diri
Sebab bukan kau saja yang merana

Mungkin sudah tabiat manusia pandai menyembunyikan rasa
Namun kita juga tak boleh lengah
Tak selamanya lemah adalah kekurangan
Kuat pun bisa jadi kelemahan, kalau kita menggantungkan semuanya disana

Kau bukanlah mesin yang sesamamu ciptakan, yang dipaksa terus berjalan
Hidup kita punya batas
Pun segala rasa dan emosi yang valid dialami
Karena kita hanyalah manusia..

Kini coba tarik napasmu, lalu embuskan
Tanya diri, bagaimana emosi hari ini?
Apakah kuatmu datang tanpa paksa?
Atau lemahmu justru memberi kekuatan?

Share
Tweet
Pin
Share
6 komentar

 
Si pemikir.. 
Satu kepala, banyak cerita 
Memikirkan banyak hati 
Namun sendirinya haus afeksi 
 
Si pemikir.. 
Dua telinga, banyak dengar 
Jadi sampah-sampah pikiran 
Dari apa-apa yang menambah beban 
 
Si pemikir.. 
Banyak soal seperti tak henti bergulir 
Siapapun ingin bisa ia rangkul 
Tapi beban tak sanggup lagi dipikul 
 
Si pemikir.. 
Adalah penjaga setia pada waktu-waktu gulita 
Petualang pada pagi terang benderang 
Tapi upah pun tak ia dapatkan untuk itu 
 
Si pemikir.. 
Perasaan manusia lain seakan jadi tanggung jawabnya 
Tak bisa ia salah ucap sedikitpun 
Kalau salah, makan pun rasanya tak nyaman karena teringat selalu 
 
Si pemikir.. 
Merasa semua ada dalam genggamannya 
Mengatur gerak yang tak semestinya ditindak 
Percaya saja ia pada hasud-hasud tak berwujud 
 
Si pemikir.. 
Jauh pikirannya berkelana sampai di depan, bak cenayang 
Padahal ia bukan siapa-siapa 
Melainkan pikirannya telah membohongi diri sendiri 
 
Itulah si pemikir.. 
Ingin sekali saja tak berpikir 
Ingin sekali saja ia kikir 
Namun tak bisa, sebab kisahnya belum berakhir 
Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar
Halo, selamat datang di episode terbaru dari Podcast Notes of Little Sister! 

Sebetulnya gue udah buat tulisan ini dari beberapa minggu yang lalu, tapi akhirnya kesempatan untuk merekam ini baru ketemu sekarang, (kebetulan) di sela-sela waktu istirahat gue dari beberapa tumpuk data yang masih harus gue olah. Oleh karena itu, maaf kalau banyak kekurangan disana sini. I've tried my best💪🏻  Gue sekalian ingin memotivasi teman-teman yang sedang ingin membuat podcast juga, bahwa untuk membuat suatu karya, kita bisa mulai dari hal-hal yang sederhana, kok. Sesederhana merekam menggunakan ponsel dan aplikasi seadanya. Berhubung ini mendadak dan ala kadarnya, gue nggak punya waktu buat pasang kabel-kabel yang somehow ribet dan makan waktu lebih. So, dengan segala kerendahan hati, selamat mendengarkan dan semoga suka!😊

Yang Terlihat

   

Pemikiran kita tentang satu hal tampaknya tak bisa lepas dari impresi. Ia dimulai dari sana. Dari sebuah tempat yang asing, tak dapat dikenali, namun mengundang beribu penghakiman dan penilaian. Kadang tak berdasar, dan tak beralasan. Sebab apa? Sebab pemikiran kita tentang satu hal tampaknya tak bisa lepas dari impresi. Ia dimulai dari sana..

"Terbiasa memandang rendah sebab sudah lupa rasanya di bawah,

terbiasa menganggap ringan sebab lupa rasanya menanggung beban,

terbiasa menilai kecil sebab yang diketahuinya hanya hasil.."

adalah kata seseorang kepada seorang lainnya yang ia rasa begitu, 
juga lahir dari sebuah kesan
Bisa saja sebetulnya yang terbiasa memandang rendah orang lain adalah diri kita sendiri, yang memang tahu rasanya di bawah namun tak pernah mensyukuri apapun
Pantas saja, kalau untuk menggapai anak tangga pun kita tak mampu

Perihal terbiasa menganggap ringan oleh sebab lupa rasanya menanggung beban,
bukankah manusia memang sifatnya perusak dan pelupa?
Tuhan saja sering dilupakannya, apalagi sesama?
Akan selalu ada saat dimana kita lupa, kita juga ingat 
Bahwa untuk bisa merasa aman dan nyaman, ada beban yang mesti ditanggung
Meski beratnya tak tampak oleh mata

Lalu menganggap orang lain tak berperikemanusiaan karena tak mengukur proses, melainkan yang dilihatnya hanya hasil
Hey, bukankah kita semua begitu? 
Hanya peduli bagaimana caranya agar bisa seperti ini, seperti itu, seperti artis ternama, seperti pengusaha hebat, bahkan seperti tetangga yang berbahagia, tanpa ingin tahu bahwa masing-masing dari kita berproses
Dan sayangnya, proses itu tak ada yang tahu
Sebab kita terlalu tertarik dengan dengan angka, dengan nilai, dengan ketenaran
Dan dengan apa yang terlihat

Makna "kelihatannya" tak berhenti disitu. masih banyak hal yang mengundang penilaian dan pemikiran, seperti..

yang terlihat diam.. ternyata tajam
isi kepalanya, matanya
tak henti hatinya dibuat pasang surut
atas segala ketidakpastian yang menyulut
seperti wajah baru manusia yang selalu ia waspadai kedatangannya
apa yang kau harapkan dari seseorang yang hanya terbiasa memendam rasa? atau terbiasa memantau gerak?
patung tanpa nyawa?

lalu yang terlihat baik, belum tentu ia selaik itu
meski tak berarti ia juga sejahat itu
toh, bukankah manusia itu abu-abu?
kita terbiasa melenggang di berbagai jalur dan persimpangan, yang sayangnya selalu dikekang hanya dengan hitam dan putih
pada akhirnya apa yang kau harapkan dari manusia akhir zaman?
power rangers dan monsternya?
atau pahlawan seperti Gundala, dan musuhnya?

yang terlihat kuat pun tak berarti ia mampu menyangga segala beban
hatinya bisa lemah, rapuh, roboh
bahkan nyaris sudah ratusan kali mulutnya mengutuk takdir yang tak sesuai harap
karena percayalah, hidup sudah terlampau keras untuk mereka yang dipaksa dewasa dan tangguh oleh waktu
apa yang kau harapkan dari seonggok daging yang berpura-pura menjadi baja?
tidak ada.

sesungguhnya definisi "yang terlihat" akan menjadi kosong maknanya jika tak dirasakan sendiri..
atau tak berarti apa-apa karena ia memang hanya lahir dari sebuah pemikiran manusia yang merasa tahu segala, padahal ia jarang sekali belajar.. kecuali atas hidupnya sendiri.

o-o

Anyway, ada yang bisa tebak sebetulnya gambar apa yang ada di atas? Dan kira-kira menggambarkan situasi apa sebetulnya gambar itu? Hanya laut kah? atau hanya kain berwarna biru?

Share
Tweet
Pin
Share
21 komentar


Puisi cinta Luka Dalam Lentera

Halo! Sebelumnya aku pingin berterimakasih yang sebesar-besarnya atas apresiasi teman-teman untuk label Podcast dan Poetry yang sejauh ini sudah terbit 3 episode untuk podcast dan 4 untuk puisi. Aku nggak mengira antusiasme-nya akan sebesar ini. Iya, bagiku segala apresiasi yang diberikan teman-teman sampai saat ini sudah begitu besar, hingga aku bisa selalu termotivasi untuk menulis setiap minggunya. Terima kasih banyak!🤗❤️

Unfortunately, minggu ini aku nggak bisa buat podcast seperti biasanya karena satu dan lain hal. Tapi tenang ajaa, aku punya puisi untuk teman-teman semua, yeay! Actually, this isn't mine. This poem is written by significant other. So, semoga suka dan selamat membaca!

o-o

Luka Dalam Lentara


ditulis oleh: LH

Ada apa di dalam lentera?
Lelaki itu berkata,
"Ada ia yang ada, lalu tiada".
Ialah sang hawa
yang terucap namanya,
dalam sujud di waktu duha.

Ada apa di dalam lentera?
"Ada tuan yang hilang tawanya".
Kecewanya mengutuk sang hawa
yang ia sebut namanya,
dalam malam berjumlah sepertiga.

Ada apa di dalam lentera?
"Ada pemuda yang bermuram durja".
Sedihnya menangisi sang hawa.
Ia tak tahu,
nama yang ia tengadahkan ke angkasa
tak sesuai,
dengan takdir pemberian Tuhannya.

Sudah jelas kiranya,
wahai puan pembawa beribu tanya.
Jangan sekali-kali,
kau melihat ke dalam lentera.
Takkan kau temukan suatu apa.
Hanya seonggok jasad penuh luka.

Kau tanya siapa pelakunya?
Sang hawa.

Nah, kira-kira ada yang bisa nebak nggak isinya tentang apa? Tuliskan pendapatmu di kolom komentar yaak!😄
Share
Tweet
Pin
Share
12 komentar

Waktu terasa cepat berlalu
jengah masih dilanda lelah
padahal tubuh telah butuh rebah
"kenapa aku melakukan ini?"
"kenapa harus bekerja disini?"

berbagai tanya tak henti menghiasi hari
sembari menuntun kaki lewati garasi
terpaksa menjalani rutinitas dengan masam
meski mulut tak juga berhenti bergumam
"aku ingin berhenti"

namun henti tak kunjung tiba
sebab rutinitas telah mengaburkan keterpaksaan
tanda tanya berganti tanda seru
"aku terlambat!"
"oh ya ampun, aku ada janji dengan klien!"

sepertinya kita memang harus belajar dari diri sendiri agar bisa mengerti
nyatanya tak semua hal bisa dimulai dengan hati
ada yang dengan terpaksa hingga akhirnya terbiasa
ada yang dengan senyuman namun berakhir tangisan

bisa jadi yang buruk bagimu menjadi berarti, pun sebaliknya begitu.
percayalah kita selalu punya pilihan
meski pada nyatanya berjalan menyeret paksa bukan sebuah pilihan
namun menentukan untuk menjalani adalah bagian dari memilih

selain berkeluh "kenapa aku harus begini?"
tampaknya kita pun harus berpikir,
"kenapa memilih?" dan,
"kenapa mau?"
bukankah pada akhirnya menentukan langkah terburuk pun juga sebuah pilihan?

Share
Tweet
Pin
Share
23 komentar

Beberapa minggu lalu, saya melihat orang-orang ramai membicarakan public figure yang berselingkuh.. 
Saling berdebat karena tak cukup cantik ia yang dipilih 
Kalah jauh menawan dengan yang ditinggalkan, katanya 
Layaknya memiliki pasangan adalah sebuah persaingan 
Kalau kau sendiri, maka itu artinya kau tak cukup laku 
Atau tak cukup menarik untuk dilirik 

Oh, bahkan sudah sejauh itu level berkompetisi mereka 
Padahal, kata cinta dan pasangan bukan hanya tentang merasakan dan mendapatkan, lebih jauh dari itu 
Ini soal memberi, mengasihi, belajar memahami, dan memaklumi 
Cinta tak hanya dirasa saat asmara tengah membara 
Kisahnya panjang, lebih rumit dari yang kau kira 

Bukankah cinta hanya tentang memberi dan menerima? Mengapa serumit itu?

Oh, ya..

Karena memberi dan menerima dengan tulus
Menyadari hendak melakukannya sepanjang hayat
Tak semudah itu jika kita selalu menuntut yang tak ada
Menginginkan kesempurnaan, membiarkan diri digerogoti ekspektasi tentang sosok yang bisa bertransformasi
Dari buruk menjadi baik, dari yang biasa saja menjadi luar biasa, dari yang main-main menjadi disiplin, dari yang berandal menjadi andal
Yang saat semuanya tak didapatkan, lantas boleh bosan dan mencari pelarian

Bukan begitu..

Lagi-lagi mencintai dan membersamai harus disandingi dengan persaingan
Padahal, kalau memang dia cinta, tak perlu lah kita yang kebingungan
Lagipula, ini bukan soal rupawan dan menawan
Bukan soal cantik atau tak cantik
Kalau memang dia cinta, dia tak akan meninggalkan
Tak akan ada persaingan, sungguh

Jangan lah menekan diri dengan kompetisi yang membelenggu tak ada arti
Soal rasa memang tak bisa dideteksi
Tapi tak ada urusannya dengan arogansi yang tak pernah habis mencari kesempurnaan
Perihal cinta dan pasangan, bagaimana pun, sebaik dan setulus apapun, seburuk dan sekejam apapun keduanya
Tampaknya manusia tidak pernah menyadari
Bahwa kita tak pernah bisa sempurna meski sama-sama menyempurnakan


Dengarkan juga postingan sebelumnya: Paham Makna

Share
Tweet
Pin
Share
9 komentar
Older Posts

Are you new here? Read these!

  • Setara Belajar, Belajar Setara
  • Marah-Marah Virtual: Gaya Ospek yang Regresif
  • Terlalu Besar Untuk Gagal
  • Kenapa Kita Misoginis?
  • Just Listen
  • Bukan Salah Indonesia

About me

About Me

An INTP-T woman | Basically a logician | Addicted with everything imaginative and classic; especially classical music | Potterhead, no doubt.

My Podcast

Newsletter

Get new posts by email:

Popular Posts This Week

  • The Phantom of the Opera: Di Balik Danau
  • Cuma Cerita
  • Priority Chat
  • Mengenal Jepang Lewat Kaligrafi Shodo dan Shuuji
  • by.U: Solusi #SemuanyaSemaunya
  • Cuma Cerita #2
  • Kiamat Sudah Dekat
  • Spoonerism, Alasan di Balik Keselip Lidah
  • Bad For Good
  • 36 Questions Movie Tag

Blog Archive

  • ▼  2023 (1)
    • ▼  Februari 2023 (1)
      • Kejar Passion itu Omong Kosong
  • ►  2022 (9)
    • ►  November 2022 (1)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (1)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  Maret 2022 (2)
    • ►  Februari 2022 (2)
  • ►  2021 (31)
    • ►  Desember 2021 (1)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (6)
    • ►  Juli 2021 (3)
    • ►  Juni 2021 (2)
    • ►  Mei 2021 (2)
    • ►  April 2021 (3)
    • ►  Maret 2021 (5)
    • ►  Februari 2021 (1)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (46)
    • ►  Desember 2020 (4)
    • ►  November 2020 (6)
    • ►  Oktober 2020 (5)
    • ►  September 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (10)
    • ►  Juli 2020 (8)
    • ►  Juni 2020 (4)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (2)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (10)
    • ►  Desember 2019 (3)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (1)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (8)
    • ►  Desember 2018 (1)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Agustus 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (1)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Februari 2018 (2)
  • ►  2017 (1)
    • ►  November 2017 (1)

Pengikut

Categories and Tags

digital marketing Intermeso karir Krisis 1/4 Abad lifestyle Opini Perempuan Podcast Poetry Review slice of life Thoughts

About • Disclaimer • Privacy • Terms and Conditions
© Notes of Little Sister by Just Awl | Theme by ThemeXpose | All rights reserved.