Cinta, ya. Kalau bicara soal cinta, pada dasarnya sulit untuk mendefinisikan apa arti sebenarnya, karena sifatnya yang begitu subjektif. Setiap sudut pandang dan perasaan yang dihasilkan oleh cinta itu pasti berbeda bagi setiap orang, walaupun kenyataannya bisa jadi apa yang mereka rasakan justru nggak jauh berbeda atau bahkan sama persis.
Pada hakikatnya, cinta adalah sesuatu yang fitrah yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk kita. Tanpa cinta, kita nggak bisa memberikan afeksi kepada orang lain. Kita juga nggak bisa dengan baik menerima seseorang, mengekspresikan perasaan kita karena nggak akan ada satupun yang mengerti tentang rasa itu.
Well, kita dilahirkan ke dunia ini bukankah atas dasar cinta? Salah sebenarnya kalau kita selalu berpikir bahwa cinta itu adalah segala hal yang bersangkutan dengan doi. Dan itu yang jadi problema di kehidupan sekarang.
Di masa serba modern ini, nggak sedikit orang yang mendefinisikan cinta sebagai pembuktian untuk pacar atau kekasih. Sadar atau nggak, kita jadi seakan-akan terobsesi dengan cinta yang menjurus pada sesuatu atau seseorang.
Kadang suka miris aja sih, melihat bagaimana anak-anak zaman sekarang mengekpresikan perasaannya secara berlebihan untuk orang yang belum tentu "benar-benar" mereka cinta, atau bahkan belum tentu “benar-benar” mencintai mereka. Karena balik lagi, banyak yang salah persepsi tentang makna cinta itu sendiri. Kita terlalu fokus memikirkan bahwasanya cinta itu adalah pacar kita, jodoh kita, pasangan kita. Padahal kenyataannya nggak begitu, guys. And you have to deal with it.
Oke, mungkin ada banyak orang di luar sana yang sudah menyadari untuk siapa, dan apa cinta itu. Tapi, gak ada salahnya kan kita saling bertukar pikiran supaya lebih luas lagi pemahaman kita tentang cinta?
Sadarlah, Tuhan memberikan kita cinta bukan semata-mata untuk pasangan hidup yang akan membersamai kita kelak. Bukan pula hanya untuk orangtua, keluarga dan sanak saudara kita yang seringkali tanpa sadar kita lupakan bahwa merekalah yang lebih berhak mendapatkan cinta kita dibanding seseorang yang belum jelas apakah takdir kita atau bukan. Bahkan lebih jauh dari itu, Tuhan memberi kita cinta melainkan agar kita selalu mengingat-Nya, untuk kembali pada-Nya, mengikhlaskan hidup kita hanya untuk Dia yang Maha Kasih. Karena sesungguhnya itulah cinta yang hakiki.
Tapi pada kenyataannya, stigma yang terus terbentuk dalam kehidupan sosial kita saat ini seakan-akan membuat kita jauh dari hakikat cinta yang sebenarnya. Seiring zaman yang semakin berubah, orang-orang nggak lagi menggunakan ‘rasa’ dalam pikiran mereka, karena yang dibutuhkan hanyalah logika, dan kenyataan. Bukan lagi tentang hati dan penghayatan. Mungkin kita sudah lupa bahwa sudah sepatutnya kita lebih mencintai Dia yang memberi kita cinta. Sama seperti ketika kita menerima kebaikan dari orang lain, bukankah kita akan merasa sungkan dan timbul keinginan untuk membalas budi? Begitulah cinta.
Sebagai manusia yang modern, ayo dong, diubah stigmanya. Ingat bahwa cinta nggak cuma sebatas pacaran dan menaruh rasa untuk lawan jenis. Terlalu sempit. Mereka memang abstrak, namun cinta lebih luas dari itu.