Memaknai Sumpah Pemuda dengan Literasi

by - November 28, 2017



Kami, putera-puteri Indonesia
Mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia
Kami, putera-puteri Indonesia
Mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Kami, putera-puteri Indonesia
Menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Ya, begitulah kalimat sederhana namun penuh makna itu diikrarkan 89 tahun lalu. Sudah menjelang satu abad, sejak para pemuda Indonesia memperjuangkan bangsa ini. Apa yang sudah kita lakukan untuk terus membangun negeri yang tengah di rundung badai ini?
Apa yang mesti kita lakukan di tengah pembangunan bangsa yang tak kunjung dewasa ini?
Di tengah semakin derasnya segala perkembangan dunia, sebagai pemuda, apa sih yang harus kita perjuangkan?
Oh, millennials. Pernahkah terpikirkan oleh kita semua hal-hal seperti itu?
Menjadi bagian dari generasi millennials, atau generasi Y, tentunya adalah sebuah tantangan tersendiri untuk dapat terus berdiri di tengah-tengah arus perkembangan zaman. Dimana para millennials harus menjadi contoh tauladan bagi para generasi Z, atau yang kini dikenal sebagai “kids zaman now”. Tidak hanya itu, mereka, kita, dan termasuk penulis sendiri harus menjadi penerus para generasi X yang patut untuk dibanggakan. Karena sesungguhnya di tangan kita lah segala tumpuan harapan bangsa tertanam.
Menjadi bagian dari pemuda dan pemudi di era saat ini, rupanya semakin berat beban yang harus ditanggung. Kita harus mampu menyesuaikan diri dengan segala perkembangan teknologi. Mengikuti arus yang ada dengan pandai memilah-milah, agar tak digunjing oleh mereka, “anak zaman sekarang“ yang pertumbuhannya luar biasa dahsyat dalam menghadapi era serba modern. Kita bagaikan kakak tengah di antara tiga bersaudara. Ketika kakak pertama kita sukses, maka kita harus mampu mengikuti langkah keberhasilannya dengan cara kita, agar orangtua bangga terhadap kita. Bahkan kita harus mampu melampaui kesuksesannya, agar sang kakak juga tersenyum puas melihat kesuksesan yang kita raih. Tetapi, di sisi lain, sebagai kakak kita juga harus mampu membimbing adik kita, bagian dari generasi Z, yang perkembangannya akan kemajuan dunia ini begitu rentan. Sehingga perlu untuk kita arahkan. Jangan hanya kita perhatikan dengan sesekali mencibir, kemudian diabaikan begitu saja.
Dengan kata lain, kita harus membuat bangsa ini bangga dengan segala pencapaian dan kontribusi yang dilakukan. Kita harus membuat para pendahulu tersenyum puas melihat Indonesia tumbuh dengan makmurnya, besar dengan prestasinya. Sehingga menjadi pacuan untuk para pemuda di generasi yang akan datang. Bertepatan dengan hari dimana para golongan muda mengikrarkan sumpahnya ini, tentu mengingatkan kita akan pentingnya peran pemuda.
Lantas, kita harus bagaimana?
Diam di tempat dan hanya belajar sesuka hati kita? Cukup asik dengan melihat banyak hal viral tak mendidik, yang hanya bikin negara kita menutup muka?
Tentu tidak. Ada begitu banyak cara yang bisa dilakukan untuk dapat terus berkontribusi, menjadi pemuda millennial yang kreatif, dan salah satu yang dapat dengan mudah dan murah dilakukan adalah membaca.
Seperti yang harus kita ketahui, minat pembaca Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Berdasarkan studi “Most Littered Nation in the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada 2016 lalu, Indonesia tercatat menduduki peringkat ke-60 dari total 61 negara. Hasilnya sebesar 0,001% minat untuk membaca di Indonesia, dan itu artinya dari 1000 orang, hanya 1 orang yang rajin membaca. Padahal berdasarkan komponen infrastruktur di Indonesia, negara kita ini berada di atas negara-negara asia tenggara lain, seperti Filiphina.
Kenapa bisa begitu memprihatinkan seperti ini? Rupanya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia masih sangat minim dalam memanfaatkan infrastruktur yang ada. Kita tidak terbiasa dengan dunia literasi, dunia tulisan, yang menjadikan kita kaya akan pengetahuan. Kita semua tentu pernah mendengar pepatah ini, bukan? Bahwa buku adalah jendela dunia. Ya.
Kenapa hanya dengan membaca kita bisa membuka jendela dunia? Kenapa tidak dengan berkeliling melakukan perjalanan ke setiap negara, dan mengamati kebiasaan orang-orangnya agar kita bisa mencontek kesuksesan mereka?
Karena dengan membaca, kita bisa mendapatkan begitu banyak hal tanpa mengeluarkan banyak uang. Setara bukan dengan berkeliling dunia? Apalagi dengan teknologi yang sudah begitu canggih ini, kita tidak perlu jauh-jauh ke perpustakaan atau pergi ke toko buku jika tempatnya memanglah tidak terjangkau. Perusahaan besar seperti google, dan lain-lain telah menyediakan fasilitas untuk kita membaca. Jadi, tidak ada alasan untuk mengatakan malas hanya karena toko buku atau perpustakaan sangat jauh dari tempat tinggal. Bahkan, di Indonesia banyak sekali program-program ataupun gerakan membaca yang digalang oleh tokoh-tokoh inspiratif kita. So, kenapa kita tidak coba bantu untuk mengembangkannya, dan ajak teman-teman, keluarga, adik-adik, bahkan saudara-saudara kita di luar sana untuk terbiasa membaca?
Lalu, tahukah Anda?
Dengan membaca, wawasan kita akan terbuka lebar-lebar. Segala pengetahuan kita akan dunia ini menjadi berkembang. Kita juga tidak akan mudah dibodohi oleh perkembangan zaman, karena kita bisa selektif dalam segala pembaruan yang mudah datang begitu saja ke negerti tercinta ini. Selain itu, sering membaca dapat menambah pengetahuan kita tentang kosakata baik itu bahasa asing maupun bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sesuai dengan ikrar sumpah pemuda, bukan?
Membaca tidak membutuhkan tenaga seperti halnya berlari keliling stadion hingga beratus-ratus meter. Membaca juga tidak perlu cara-cara khusus, seperti harus duduk tegak tanpa istirahat. Kita bisa membaca dimanapun dengan santai, dengan cara apapun yang kita inginkan. Tetapi dengan kegiatan yang tidak membutuhkan tenaga kuda itu, kecerdasan otak kita akan semakin terasah tanpa kita sadari. Bahkan kita bisa mendapatkan efek positif lain, seperti timbul kesenangan menulis. Dengan menuliskan apa yang telah kita peroleh lewat membaca, tulisan-tulisan kita akan terasa lebih kaya. Kita akan mampu menuliskan gagasan baru yang tidak sempat kita utarakan, sehingga akan banyak tersebar karya-karya dan gagasan anak bangsa yang tak terhingga dari Sabang hingga Merauke.

Jadi, inilah waktunyakita berliterasi. Menjadi pemuda yang kreatif dan penuh karya!

You May Also Like

0 komentar