Being a Fanatic BL?

by - November 14, 2021

Jadi Penggemar Fanatik Bulutangkis

First of all, gue harap nggak ada yang salfok lagi ya sama judulnya since it looks a bit controversial kayak postingan Kiamat Sudah Dekat😆. Again, akhir-akhir ini tiap gue publish tulisan tuh pasti tau-tau udah menginjak bulan baru aja. So i have to start this post with regret karena bulan kemarin cuma bisa nerbitin satu tulisan, padahal tadinya pingin bisa capai 100 post in total, hiks *menangis di pojokan*.

Emangnya apa sih, Awl, yang bikin kamu nggak bisa stay up to date di mari?

Well, banyak alasannya, but one of them is I'm trying to catch up all of the badminton tournament this few months yang bener-bener berhimpitan tiada henti sejak Sudirman Cup—sebagai penonton, definitely. Gue nggak ingat apakah sebelumnya pernah bilang kalau gue penikmat olahraga badminton atau belum, tapi gue akan share lengkapnya disini (cause I have no idea what to share this time).

Bisa dibilang gue adalah pencinta bulutangkis sejak masih di bangku SD, mungkin sekitar tahun 2008 atau 2009? Saat itu Taufik Hidayat masih jadi tunggal putra unggulan kita, karena beliau pensiun pada tahun 2011. Gue ingat banget gimana riuhnya Istora tiap kali ada Indonesia Open, dan tiap kali ditayangin di TV. I was so excited! Karena selain Indonesia Open, dulu tuh susah banget buat dapet tayangan khusus pertandingan bulutangkis. Gue harus nunggu major event semacam Sea Games atau Asian Games dulu yang diadakannya hanya beberapa tahun sekali, baru bisa nonton bulutangkis. 

Jujur, dulu gue nggak begitu ngerti istilah-istilah atau teknik permainan yang belaku di dalam cabor ini, mungkin karena masih terlalu kecil buat bisa langsung paham, terlebih ekstrakurikulernya bukan yang paling diminati di sekolah. So, yang gue tau bulutangkis ini satu-satunya olahraga yang bisa dimainkan oleh mayoritas orang Indonesia (even kalau nggak punya raket, pake benda datar lain juga bisa lho main tepok bulu! Gue pernah coba pakai buku tulis soalnya😝). Berbeda dengan sekarang, semua informasi bisa gue akses di internet. Bahkan nggak cuma soal teknik permainan segala macam, tapi juga tentang sejarah bulutangkis dan para pemain legendanya sendiri bisa dengan mudah gue cari. Gue pun bisa terhubung langsung dengan pemain-pemainnya di media sosial, dari yang atlet nasional, sampai para atlet mancanegara—walaupun mereka nggak notice keberadaan gue di antara sekian ratus ribu orang, haha.

Seiring beranjak dewasa, ternyata bulutangkis masih menjadi satu-satunya olahraga yang gue cintai, termasuk para atlet kebanggaan kita. Bisa dibilang badminton ini satu-satunya cabor yang bikin jiwa nasionalis gue makin berapi-api when it comes to 🇮🇩. Dan di tahun ini, to be honest menjadi tahun yang paling mengharukan untuk sejarah bulutangkis Indonesia. Nggak cuma buat gue, tapi juga mungkin teman-teman badminton lovers di luar sana.

Selain meraih medali emas dari Greysia/Apri, pasangan non-unggulan yang berhasil menciptakan sejarah (the first gold medal for Indonesia's Women's Doubles), dan berhasil mendapatkan medali perunggu Olimpiade dari sektor tunggal putra (bahkan juga perak dari Paralimpiade), tim Thomas kita akhirnya bisa menjemput kembali piala Thomas di Denmark pada Oktober lalu, setelah penantian selama 19 tahun lamanya sejak Indonesia memenangkan Thomas Cup. Setahu gue, ini merupakan pencapaian yang terbaik sejak tahun 2008, dimana saat itu Indonesia terakhir kalinya berhasil membawa medali Olympic dari tiga sektor, yakni MD (Gold: Hendra Setiawan/Markis Kido), XD (Silver: Nova Widianto/Liliyana Natsir), dan WS (Bronze: Maria Kristin).

Sebagai salah satu yang mengikuti perjalanan mereka di tahun ini, gue bisa lihat bahwa kemenangan Thomas Cup semacam jadi moment of relieve untuk kontingen Indonesia. Pencapaian ini juga seakan menjadi jawaban yang bisa membungkam jari-jari julid di luar sana tentang prestasi atlet kita yang dianggap merosot. Jawaban bahwa mereka masih bisa bangkit, di tengah keterpurukan pasca Olimpiade dan kekalahan di Perempat Final Sudirman Cup. Perasaan lega itu, secara nggak langsung bisa gue rasakan ketika melihat wajah-wajah mereka di podium, terlepas dari bendera merah putih nggak bisa dikibarkan. 

Gimana nggak, semenjak mengalami kekalahan di Sudirman Cup lalu, beberapa atlet kita banyak dianggap meragukan oleh sebagian masyarakat, karena hasil yang terlihat nggak konsisten meski datang dengan tim terbaik. Begitupun tim Thomas beregu kita, yang meskipun ada di daftar tim unggulan kesatu, tapi perjalanannya begitu terjal untuk bisa menjadi juara grup, perempat-final vs Malaysia, semifinal vs Denmark, hingga sampai di final melawan China. 

Lalu soal Minions yang lagi under-performed, JoJo yang dianggap kurang konsisten, The Daddies yang mulai kesulitan keep up dengan opponent dalam hal speed, hingga berada dalam 'grup neraka' karena harus menghadapi Taipei yang sedang on fire, dan juga Thailand yang seringkali datang dengan kejutan. Oh iya, satu hal lagi yang membuat perjalanan tim Thomas Uber Cup kita semakin spesial dan emosional adalah, kehadirannya seakan membayar keputusasaan kami terkait permasalahan di turnament All England bulan Maret lalu. 

Buat yang belum tau, waktu itu atlet-atlet kita dipaksa berhenti dari pertandingan karena diketahui berada dalam satu pesawat yang sama dengan pasien positif covid19 dan harus menjalani karantina selama 14 hari di hotel. Sementara atlet-atlet dari negara lain yang juga berada dalam satu pesawat, nggak diminta untuk mundur dan bisa melanjutkan pertandingan.

Well, glad they finally did it! And I am touched by their journey and fighting spirit on court (I even cried for an hour when I'm watching them). Perjalanan singkat ini yang bikin gue makin terhubung sama bulutangkis dalam beberapa minggu terakhir, setelah setahun lamanya break gara-gara covid19. Gue mulai kembali mantengin turnament mereka di Eropa, dari mulai Denmark Open sampai Hylo Open kemarin di Jerman. Gue juga sampai sempetin rewatch tayangan-tayangan related to badminton di YouTube, termasuk interview-nya atlet-atlet legend seperti Ardy Wiranata, Mia Audina, Tan Tjoe Hok, Tony Gunawan, Hendrawan, Chandra Wijaya, Coach Naga Api alias Herry IP dan masih banyak lagi (yang sebagian dari mereka kini bekerja sebagai pelatih di luar negeri). 

Bahkan gue juga ngikutin channel YouTube-nya Hendra Setiawan, BadmintonTV, Anders Antonsen, Yuta Watanabe dan Popor Sapsiree. Mereka ini atlet bulutangkis yang memang eksis juga buat vlog di channel masing-masing, wk. Kayaknya seru aja gitu kalau bisa lihat keseharian mereka off court, especially how they interact each other dengan pemain dari negara lain. Jadi nih, buat yang suka war di internet, atau siapapun yang nyangka atlet kita musuhan sama lawannya, you guys totally wrong! Interaksi mereka malah kadang sweet dan kocak abis😆. Ada yang sahabatan juga kayak Popor dan Greysia (dan pemain women's doubles lainnya dari Korea). Gue berharap dukungan teman-teman di internet bisa memberi nilai positif untuk para atlet yang bertanding (nevermind about haters please!).

Setelah dari Hylo Open minggu lalu, mulai kemarin atlet-atlet bulutangkis di dunia sudah berkumpul di Indonesia Badminton Festival yang diadakan di Bali, yuhuuuu🥳 Festival ini dihelat dalam rangka penyelenggaran tiga turnamen BWF sekaligus, yaitu Daihatsu Indonesia Masters S750, SimInvest Indonesia Open S1000, dan BWF World Tour Final sebagai penutup dari rangkaian turnamen BWF sepanjang tahun 2021. Kabarnya atlet-atlet ini berada dalam sistem bubble selama satu bulan kedepan di The Westin Resort Nusa Dua, Bali. Nggak sabar banget gue pingin lihat pertandingan mereka nanti🤩

Teman-teman jangan lupa nonton match mereka di MNCTV dan iNews ya mulai tanggal 16 November! Kalau yang pakai layanan streaming atau TV kabel juga bisa akses di BWF TV (pakai VPN😁), RCTI+, Vision, Champion TV dan UseeTV. Yuk, kita dukung atlet-atlet kebanggaan kita🥳

o-o

Anyways, teman-teman disini adakah yang penyuka bulutangkis juga? Atau jangan-jangan kita sama-sama BL garis keras?😍

You May Also Like

7 komentar

  1. AWL mari kita tos sebagai BL garis keras!!!
    Rasanya seneng banget kalo menemukan sesama BL tuh 😭 Aku juga suka banget sama badminton dari kecil, ngikutin orang tua yang gak pernah absen nonton badminton kalo ada di TV, sampe aku ikut ekskul badminton meskipun akhirnya berhenti di tengah jalan karena latihannya terlalu padat dan gak bisa keep up.

    Dari aku sekolah impian aku tuh pengen nonton langsung di Istora dan ikutan teriak buat dukung para atlit dan untungnya sejak kerja aku belom pernah absen nonton kecuali sejak covid ini hiks udah gak pernah nonton langsung dan takut Daddies pensiun sebelom sempet liat mereka main lagi 😔

    Btw, emang tahun ini penuh air mata banget gak sih di dunia Badminton. Awal mula pas All England tuh udah kesel banget, kayak bener-bener gak dapet perlakuan yang adil dan akhirnya lepas begitu aja. Apalagi banyak atlet yang mulai underperform juga kan makin bikin sedih. Tapi, untungnya pas Olimpiade dan Thomas Cup bener-bener ngubah semangat pemain kita, ya sedikit-sedikit tapi lumayan. Nangis banget pas kita berhasil menang itu, kecuali pas Thomas Cup makin nangis karena yang naik bukan bendera Indonesia 😭

    Badminton Festival di Bali tuh seru banget gak sihhh? wkwkwk kayak family gathering deh dibandingkan dengan turnamen 🤣 rame banget sampe bawa keluarga dan semua atlet senang-senang. Semoga aja bubble mereka tetap aman dan gak ada kasus selama disini 🤗

    BalasHapus
  2. AWLLL aku suka bulutangkis sejak SD juga HAHAHAHAHAHA. Waktu lihat Thomas Cup kemarin bangga banget asli, apalagi sama Jojo yang mulai nemuin kepercayaan dirinya lagi setelah Asian Games 2018. Agak gimana gitu ye emang waktu bendera merah putih nggak dikibarkan, malah bendera PBSI hzzzz. Berasa kurang merinding nontonnya. Kamu udah nonton yang Taufik Hidayat, Candra Widjaya, dan Menpora diundang di Mata Najwa nggak?

    IHHHH AKU JUGA SUKA NONTONIN MBA POPOR CANTIK. >.< Nonton Anders Antonsen juga pernah, duh dia kalo gondrong biki aku deg-degan wkwkwkwk. Channel ko Hendra kalau lagi sama istrinya itu seru banget nggak siiihhhh, soalnya istrinya cerewet sementara ko Jeng dieeemmmmm. xD

    Akhir-akhir kemarin aku juga suka nontonin rekaman live IG PBSI sama atlet-atlet bultang tanah air. Aku nonton yang mba Wid wawancara Rian, Fajar, Praveen, Melati, sama Vito. Kalau sama Rian tuh mba Wid bawaannya kalem mesam mesem, kalau sama Praveen alias Ucok isinya berantem terus. Awl pernah lihat nggak rekaman live IG ini?

    BalasHapus
  3. aku sering baca teet kak awl tentang badminton, aku jadi tau waahhh kak awl penyuka banget nih, hihihi. dulu waktu SD aku juga penyuka badminton, tiap tournament pasti nonton, juga voley. tapi makin dewasa jadi biasa aja, hahahaha. nah, gara-gara nonton drakor RACKET BOYS nya netflix, aku jadi waahhh pengen juga nonton lagi badminton nih.>

    terus ada scene di drakor ini sebetulnya yang bikin aku kesel, tapi its true kali ya. jadi ada scene dimana di pemain badminton cewek bertanding lawan indonesia. trus dia nyinyir dan julid gitu sama pemain indonesia dan supporternya. alasannya karena mereka ( supporter) indo tuh kampungan, berisik dan heboh sendiri. nah pas ngalahin pemain indo, dia si pemain korea itu wajahnya bangga sambil nyinyir gitu, hahaha. aku agak kesel awl, asli!!!!!

    emang sih kam-ce-u alias kampungan tapi itu cara supporter indo bangga dan support sama pemain negara sendiri ya, hihihi

    BalasHapus
  4. waktu sekolah, aku ga bisa bedain kata-kata bulutangkis atau badminton hahaha
    dirumah ada raket, tapi yang sering main adikku, dulu kan hits banget main bulu tangkis, biasa ya anak-anak suka ngikut trend trend orang dewasa saat itu, aku aja nggak ngerti gimana cara ngitung point

    waktu tokyo olimpiade beberapa bulan lalu, ikutan merinding bahagiaaaa pokoknya, Indonesia juara dunia
    aku sendiri nggak ngikuti perkembangan berita bulu tangkis, taunya informasi ya kalau baca-baca kayak gini atau liat di berita. sedikit banyak jadi tau

    BalasHapus
  5. Omg, Kak Awl. Maafkan aku yang sempat salfok sama judulnya. Ternyata BL itu Badminton Lover, ya. Aku pikir tadinya nganuuuuu 🙈. Mon maap yaaaa. 🤣🤣🤣🤣

    Aku dulu juga BL, Kak Awl. Sama kayak Kak Awl, aku awalnya suka juga semenjak SD. Pas Mts, makin semangat nonton pertandingan badminton. Walaupun cuma lewat TV, sih 😁. Mungkin karena pas mts sahabatku juga pecinta badminton juga. Pas sma aku sibuk ekstrakulikuler, pulang sering malam, sampai rumah langsung tidur, jadi gak dirasa aku mulai meninggalkan acara-acara pertandingan badminton yang tayang di TV. Pas kuliah, aku udah bener-bener lupa 😳. Sepertinya aku bukan fans sejati ya, Kak... Huhuhuuu...

    Ngomong-ngomong kayaknya aku sama Kak Awl masih tuaan aku, deh. Soalnya 2008 Kak Awl SD, aku udah Mts 🤣. Mulai sekarang aku panggilnya Awl aja, ya. Biar makin akrab. 🤭

    BalasHapus
  6. BL itu badminton lover ya. Jujur kepancing aku sama judulnya hihihi..
    Suka juga nonton badminton apalagi pas nonton menang.

    BalasHapus
  7. Fans BL indonesia itu punya potensi yang luar biasa. Bahkan sebelum corona, event IO dan IM selalu dinantikan para peserta. Mereka ingin merasakan sendiri aura penonton di lapangan. Contohnya pas di bali kemarin, panitia bisa mengemas event dengan sangat baik dan bahkan sangat berkesan bagi para peserta dan keluarganya. Tidak hanya itu, banyak fans yang mengirimkan hadiah kepada pemain pujaannya. Baik itu pemain dalam negeri atau luar negeri. Setiap tahun fans BL selalu meningkat.


    Event all england emang event terparah bagi indonesia. Panitia emang ga becus dalam mengelola acara. Sangat payah dan disayangkan. Berasa ada konspirasi untuk menggagalkan kiprah indonesia di all england.

    Aku fans BL, tapi belum masuk ke garis keras. Mengikuti kalau sempat aja. Ikut nonton BL sejak jaman hendrawan, haryanto arbi, dan joko supriyanto. Bukan jebakan umur juga sih...🤣🤣

    BalasHapus