Ada kalanya saya merasa begitu gagal menjadi seorang manusia. Tak berharga. Selalu sia-sia. Tapi ada kalanya pula saya merasa menjadi orang yang beruntung, dan teramat berharga. Banyak hal yang saya bisa dan mungkin orang lain tidak bisa—meski hal sebaliknya pun berlaku. Banyak mimpi-mimpi saya yang baik, yang tak sekadar untuk kenikmatan diri sendiri, tapi juga orang-orang di sekitar saya.
Meski usia yang "bertambah" semakin kesini semakin terasa tak ada gunanya untuk dirayakan, namun saya bersyukur diingatkan bahwa setidaknya saya pernah dilahirkan di hari yang sama 22 tahun lalu—nenurut kalender masehi. Hari dimana mungkin perekonomian belum begitu membaik, tetapi kedua orangtua saya berhasil survived dan mendidik saya hingga menjadi sosok manusia seperti saat ini. Bahkan masih bersama atau tidaknya orangtua saya, saya percaya apapun jalannya proses itu tetap dapat mendidik dan menjadikan saya seseorang yang selalu belajar, yang masih selalu tumbuh dan melakukan banyak kesalahan, yang masih perlu belajar banyak hal tentang hidup, termasuk tentang mimpi dan kenyataan. Saya masih harus belajar mengembangkan skill di bidang apapun, khususnya dalam bidang yang saya pelajari.
Menjadi dewasa membuat saya semakin realistis menjalani kehidupan, dalam aspek apapun. Bahkan dalam persoalan akademik, saya banyak belajar untuk lebih realistis dan mengabaikan idealisme jika memang sudah tak bisa lagi diperjuangkan. Sebab, sulit rasanya hidup di dunia di mana idealisme hidup dalam lembah jurang penuh ketakutan dan keputusasaan. Semua orang berlomba-lomba mengisi perutnya masing-masing, entah bagaimanapun caranya, yang mereka tahu mereka bisa sampai di "tujuan".
Sudahlah, terlalu bosan saya menyinggung tentang carut marut manusia-manusia "lapar" di luar sana.
Terima kasih untuk keluarga, yang selalu menguatkan, mendo'akan, menjadi tempat saya pulang dari segala macam keresahan, dan menjadi alasan utama saya masih bisa selalu bersyukur sampai detik ini. Terima kasih untuk sahabat, teman hidup, partner, orang-orang yang sangat saya sayangi dan syukuri kehadirannya. Tanpa support dari mereka, saya hanya akan selamanya menjadi ignorant. Tanpa teman, tanpa harapan, kelabu rasanya. Terima kasih pula kepada teman-teman di internet, yang bisa membuka sedikit mata saya untuk berharap akan hal baik di dunia yang penuh candu ini, membuat hari-hari saya setidaknya menjadi lebih baik.
Masih panjang perjalanan dan rintangan yang harus saya lewati, sebab itu artinya saya masih harus belajar dengan kesalahan-kesalahan lain yang mungkin akan saya lakukan di masa depan—disengaja atau tidak, kecil atau besar. Jika Tuhan mengizinkan, saya berharap semoga Dia menjemput saya dalam keadaan di mana saya telah belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut, mewujudkan motto sederhana dalam hidup saya belakangan ini; menjadi manusia sebaik-baiknya.
Sampai jumpa di usia yang telah berkurang lagi, nanti—insya Allah.