Terjebak Nostalgia Dalam Film Spider-Man: No Way Home

by - Desember 26, 2021

Terjebak Nostalgia Dalam Film Spider-Man: No Way Home
Poster Spider-Man: No Way Home|Source: ScreenRant

Rating: ⭐⭐⭐⭐ (9/10) 

Tulisan ini juga diposting di Kompasiana dengan judul: Spider-Man: No Way Home Bukan Film Terbaik Jika Tanpa Sentuhan Nostalgia

Spider-Man: No Way Home besutan Sony dan Marvel yang merupakan lanjutan dari film keduanya, yakni Far From Home akhirnya rilis! Pada film ketiga ini, cerita berpusat pada kehidupan Peter Parker yang menjadi musuh publik pasca ia difitnah dan dibongkar identitasnya oleh Mysterio. Semua orang kemudian meneror Peter dan orang-orang terdekatnya, termasuk tante May, MJ dan Ned yang harus menerima dampaknya. Peter dan kedua sahabatnya itu kesulitan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi karena skandal yang dianggap meresahkan.

Dalam kondisi terdesak ini, Peter Parker yang putus asa lantas meminta bantuan Doctor Strange untuk menghapus ingatan semua orang yang mengenal Peter Parker sebagai Spider-Man. Alih-alih menyelesaikan masalah, kecerobohan Peter justru semakin menyeret dirinya pada satu masalah yang lebih besar daripada fitnah Mysterio.

Mantra yang diucapkan Doctor Strange tak berhasil dan malah mengacaukan realitas dengan meninggalkan lubang-lubang dalam kontinum ruang waktu. Disinilah asal usul mengapa penjahat-penjahat yang muncul dalam film Spider-Man pendahulu seperti Doc Ock, Green Goblin, Sandman, Lizard, dan Electro dapat masuk ke semesta MCU. Berikut ulasan lengkapnya tentang film yang digadang-gadang sebagai film terbaik 2021 ini.


Eksposisi yang Lemah

Terjebak Nostalgia Dalam Film Spider-Man: No Way Home
Peter dan Doctor Strange | Source: Marca

Pada permulaan film, kita diperlihatkan tentang Peter Parker yang harus menjalani proses hukum untuk membuktikan tuduhan-tuduhan yang diberikan kepadanya tidaklah benar. Bagian ini menjadi salah satu yang cukup menarik mengingat ini pertama kalinya kita melihat di dalam film mengenai kehidupan Peter Parker setelah identitasnya terkuak.

Namun sayang sekali ide yang menarik itu tidak sejalan dengan eksekusi yang terkesan begitu terburu-buru dan dipaksakan. Terutama pada bagian dimana kasus Peter terselesaikan, yang dibarengi dengan kemunculan Matt Murdock a.k.a Daredevil sebagai pengacara. Padahal, ia menjadi salah satu cameo yang juga sangat dinanti-nanti selain Tobey Maguire dan Andrew Garfield.

Tampaknya Jon Watts dan tim produksi sendiri tidak sabar mengajak penonton untuk menyaksikan kejutan-kejutan di pertengahan cerita sehingga membiarkan plot pada awal film berlalu begitu saja, seakan-akan premis ini memang dibangun hanya untuk menjadi pengiring ke fase berikutnya.

Belum lagi kenaifan dan kepolosan Peter Parker yang tidak ingin memulangkan para penjahat begitu saja hingga mati-matian menentang Strange, mungkin akan sedikit mengusik logika kita. Seperti yang Doctor Strange katakan, "..mereka semua mati melawan Spider-Man, itu takdir mereka", semestinya fakta ini bisa memberi Peter gambaran sebesar apa kerusakan yang disebabkan oleh para villain, yang mana untuk menyembuhkan mereka terdengar seperti lelucon belaka. 

Namun jika tujuan Chris McKenna dan Erik Sommers selaku penulis ingin menuntun Peter untuk belajar lebih bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri (dengan May yang mendorongnya demikian), maka mereka berhasil. Paling tidak, ada pembelajaran yang bisa dipetik dari konflik yang dialami Peter Parker bahwa semua orang memang berhak mendapatkan kesempatan kedua, termasuk ia sendiri. Dan Peter mampu membuktikan bahwa ketulusannya yang terdengar konyol itu tak berujung sia-sia, meski ia harus kehilangan orang yang paling berarti dalam hidupnya. Seperti kata pepatah, "semua hal terjadi bukan tanpa alasan."


Kejutan yang Menyempurnakan

Terjebak Nostalgia Dalam Film Spider-Man: No Way Home
Kemunculan Green Goblin | Source: IMDb

Terlepas dari kekurangan yang ada, film ini berhasil mengaduk-aduk emosi penonton layaknya roller coaster. Dari mulai kesal, sedih, haru, dan tawa bercampur menjadi satu. Bahkan bagian pertengahan menuju akhir cerita inilah yang tampaknya sukses menyelamatkan film secara keseluruhan. Tentu saja karena akting para aktor yang ciamik yang begitu melekat dengan karakter masing-masing. Begitupun Tom Holland yang semakin menunjukan intensitasnya dalam berakting. Penonton akan menemukan sesuatu yang belum pernah disaksikan dalam kedua film sebelumnya terkait proses pendewasaan Peter Parker.

Salah satu yang membuat skenario film ini juga tampak briliant adalah bagaimana penulis tetap mampu menyambungkan peristiwa dan pengalaman masing-masing villain dari kelima film pendahulunya ke dalam dialog tanpa membuatnya tumpang tindih, seakan mereka semua benar-benar tertarik ke dunia Tom Holland saat itu juga. Meski beberapa karakter penjahat terlihat terlalu menonjol dibanding yang lainnya, namun hal itu tak mengganggu jalan cerita. Setidaknya, kita bisa mengabaikan sedikit plot hole yang bermunculan tentang hubungan antara Spider-Man dan villain, seperti Max yang tiba-tiba mengenal Peter Parker meski sebelumnya ia tidak mengetahui siapa wajah di balik topeng Spidey. 

Beberapa dialog humor dan callback yang disisipkan pun sesekali membuat seisi studio terkikik geli, walaupun beberapa jokes rasanya tidak terlalu penting untuk dimasukan selain dapat memberi efek bosan bagi yang menonton. Pada intinya, penulis seolah ingin mengajak penonton bernostalgia dengan memanfaatkan setiap momen di dalam film. Yah, tentu saja, kapan lagi kita bisa melihat bintang-bintang Spider-Man dari ketiga franchise ini berinteraksi dalam satu frame, bukan?


No Way Home sekadar film nostalgia?

Terjebak Nostalgia Dalam Film Spider-Man: No Way Home
The villains | Source: IMDb 

Lalu, apakah dengan plot dan semua kejutan dalam Spider-Man: No Way Home menjadikan film ini sebagai film Spider-Man terbaik sepanjang masa? Untuk spider-verse live-action ya, namun sebagai film yang berdiri sendiri secara utuh saya rasa film ini masih kalah beberapa poin dari film-film sebelumnya yang lebih kaya akan pesan moral dan pendalaman karakter, pun dalam hal sinematografi.

Menurut saya No Way Home tidak lebih dari sekadar ajang nostalgia dan film perayaan untuk dua puluh tahun perjalanan Spider-Man di industri perfilman, meski hal ini tidak lantas menjadikannya film medioker. Buktinya, sampai minggu pertama penayangan, Spider-Man: No Way Home berhasil menjadi satu-satunya film di tahun 2021 yang mencapai keuntungan sebesar Rp 14 triliun. Angka yang fantastis!

Satu hal yang sangat saya suka dan mengharukan dari ending film ini adalah bagaimana Peter Parker akhirnya berhasil menemukan arti sesungguhnya sebagai Spider-Man, bahwa dengan kekuatan yang besar, kini teriring pula tanggung jawab yang besar di pundaknya seorang diri.

Kevin Feige dan Amy Pascal sukses membuat kita menerka-nerka akan seperti apa kehidupan Peter Parker dalam trilogi berikutnya. Film ketiga ini tentu menjadi titik permulaan yang bagus yang akan membuat penonton dapat lebih terikat dengan aksi Peter Tom Holland kedepannya, yakni Peter Parker versi lebih dewasa yang sepenuhnya terlepas dari bayang-bayang Stark Industry. 

Apakah Spider-Man: No Way Home layak menjadi comfort movie yang wajib ditonton berulang-ulang? Definitely! Pastikan kamu menontonnya di bioskop-bioskop kesayangan, ya!

Rating: 9/10 ⭐⭐⭐⭐

You May Also Like

10 komentar

  1. Kayanya kalau mau nonton No Way Home ini wajib nonton sequel terdahulunya ya biar ga hilang arah 😁

    Kalau film spiderman, favorit saya masih The Amazing Spiderman by Andrie Garfield.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget kak Prim, minimal nonton film yang keduanya udah cukup sih kalau nggak sanggup mulai dari awal🤔. Nah kalau favorit kakak Andrew Garfield, dijamin nggak akan nyesel sih nonton ini. Karena filmnya bener2 fan-service banget, mengobati rindu penggemar sama Spider-Man franchise😁

      Hapus
  2. minggu ini rencana nonton rame-rame sama temen , ga sabar mo nonton
    aku kalau disuruh mengingat-ingat inti cerita dari spiderman yang lawas, ga hapal. Lupa.
    awal kemunculan spiderman pertama udah belasan taun lalu hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeaayy mbak Inun nyusul nonton nihh, jangan lupa siapin tisu ya mbaaak hihi karena pasti bakal terharu dan terbawa nostalgia banget sama filmnya🤭

      Mbak Inun kayaknya harus donlot film2 yang lawas deh! Hahaha, pasti abis nonton No Way Home jadi pengen nonton film Spider-Man yang dulu2 soalnya😆

      Hapus
  3. Bukan sekedar film nostalgia iya tapi memang nostalgia banget karena sudah munculin 3 tokoh Spidey dalam satu cerita. Yang paling nelangsa Andrew Garfield karena nggak ada ceweknya...

    Secara cerita bagus dibanding sebelum-sebelumnya universe Spidey Tom Holland.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Film ini memang nostalgia bangeeett, makanya poin itu yg kuhighlight di atas. Plot hole sekecil apapun bener2 ketutup sama sense of nostalgic nya🤧

      Yap aku setuju kalau film ini yang terbaik dari universe Tom Holland, tapi kalau dibandinginnya sama universe lain (termasuk Into the Spider-Verse), dari segi cerita memang mereka sedikit lebih unggul🤔. Itupun sedikit, karena memang film ini sudah bagus. Hats off buat tim NWH!👏🏻

      Hapus
  4. Awlll aku mau nanya deh.. dari semua pemain spiderman mulai dari Tobey, Andrew dan Tom, mana kira-kira yg paling kamu suka banget dan berkali kali pun nonton spiderman kalo dia yg main gak akan bosan? Yang menurut kamu dari segi kepribadiannya menarik. Soalnya kalo aku liat dari spiderman jamannya Tobey sampai akhirnya dimainkan oleh Tom, mereka semua punya “warna” nya masing-masing, terlepas dari konflik dan cerita utamanya sendiri ya hehe 😁

    Kayaknya aku bakalan nonton ini deh soalnya ada si dokter yg bukan lagi jadi dokter a.k.a Doctor Strange ㅋㅋㅋ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duhh, kalau dari segi kepribadian aku setuju banget sama kak Reka, susah milihnya hahaha karena memang ketiganya ini punya keunikan masing2, apalagi setelah nonton No Way Home dan ngeliat perkembangan Peter Parker versi Tom Holland, makin yakin kalau gak ada yg bener2 bisa seakurat komik karena universe-nya aja bisa beda2😅

      Tapi kalau ditanya siapa Peter Parker yg nggak akan bosan ditonton berkali-kali, jawabanku definitely Tobey Maguire!😆 Ini agak bias sih kak, karena aku tumbuh bareng Spider-Man versi Tobey dari jaman bioskop Trans TV, jadi Peter Parker favorit aku udah melekat banget di dia🤣 Malahan tahun ini sendiri aja gak tau dah udah berapa kali rewatched film 123🤣🤣

      Tapi tapiii, kak Rekaa, to be fair, dari segi penggambaran karakter menurutku Tom berhasil nyeimbangin antara sosok Peter Tobey sama Andrew sih. Soalnya doi tetep nerd, agak asik orangnya tapi nggak terlalu bully atau slengean kayak Andrew. Dia juga sesekali keliatan awkward tapi nggak yg terlalu shy kayak Tobey😅. Penasaran liat aksinya di next film bakal kayak apa🤔.

      Ayooo kak Reka nontoon, mumpung masih tayang di bioskop nih😆🤭

      Hapus
  5. Belum nontoon...tapi tertarik sama perpaduan 3 spiderman dan Dr Strange. Satu spiderman saja ributnya minta ampun di Avenger, bagaimana kalau 3 ya? Wkwk..
    Sabar menunggu muncul di TV streaming...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha kocak banget sih mereka, mbak Phebie harus banget nonton ini kalau udah rilis versi bluraynya😆 Soalnya setahuku mereka nggak akan rilis film ini di platform streaming semacam Disney+ karena hak ciptanya masih dipegang Sony. Semoga sih taun depan bisa berubah pikiran biar nggak usah nunggu2 versi bluraynya, takut kelamaan😭 Kujuga pingin nonton lagi soalnyaa huhuhu. Mari kita bersabar mbaak😫

      Hapus