Squid Game Review: Apa Kamu Masih Percaya Manusia?

by - September 26, 2021

 

Review Serial Netflix Squid Game

Mugunghwa kkochi pieotseumnida..

Apakah kamu sudah nonton serial Netflix terbaru: Squid Game, yang baru-baru ini nangkring di daftar tiga besar serial top Netflix US mengalahkan Money Heist? Atau jangan-jangan ada yang belum tahu? Kita ulik sama-sama, yuk!

Kutipan berbahasa Korea di atas adalah sebuah penggalan dari salah satu permainan tradisional Korea Selatan yang muncul dalam serial netflix Squid Game. Permainan ini terdiri dari penjaga pos dan pemain. Selama kalimat tersebut diucapkan oleh penjaga pos, pemain berusaha mendekatinya sehati-hati mungkin agar tidak ketahuan bergerak saat penjaga pos berhenti mengucapkannya dan menoleh ke belakang. Pada permainan aslinya, semua pemain berlari bila punggung penjaga pos berhasil ditepuk. Sekilas kelihatannya seru dan menyenangkan, ya? Tapi ternyata tidak berlaku demikian, folks, untuk drama Korea Squid Game ini!

Squid Game adalah sebuah serial yang bertemakan survival game alias permainan bertahan hidup yang didesain ulang berdasarkan permainan tradisional anak-anak di Korea dengan genre survival-thriller. Nama Squid Game diangkat dari salah satu jenis permainan yang dimainkan, disebut squid atau cumi-cumi, karena lapangan yang digunakan untuk bermain memiliki bentuk seperti cumi-cumi.

Secara garis besar menceritakan tentang kehidupan Song Gi Hun, seorang single-parent yang kehilangan hak asuh atas putrinya karena tidak punya pekerjaan, terlilit utang ratusan juta won, dan hidup luntang lantung tanpa privilese. Ia senang berjudi pada olahraga pacuan kuda dan hanya menumpang di rumah sang ibu yang justru tengah menderita penyakit diabetes akut dan bekerja sebagai pedagang. 

Dalam keputusasaannya itu, suatu hari dia bertemu dengan salah seorang agen yang menawarkannya untuk ikut bergabung dalam sebuah permainan misterius, dimana permainan ini mempertaruhkan uang sebesar 45,6 milliar won. Tidak perlu kerja keras menghabiskan waktu sekian tahun untuk menabung, cukup memainkan enam permainan selama enam hari, menang (selamat), terus dapat uang, deh.

Song Gi Hun akhirnya penasaran dan tergiur untuk bermain dan bergabung bersama ratusan orang lainnya yang ternyata juga memiliki kesulitan hidup dan sedang dikejar-kejar utang. Disana, ia bertemu dengan teman kecilnya, Cho Sang Woo, yang selama ini mengaku tengah melakukan perjalanan bisnis di Amerika, namun nyatanya terlibat utang dan menjadi incaran polisi karena kegagalan investasinya. Ia juga dipertemukan dengan seorang kakek pengidap tumor otak, gadis asal Korea Utara, Kang Sae Byeok, dan seorang imigran gelap asal Pakistan, Ali. 

Mereka membentuk tim untuk bisa bertahan dan melindungi satu sama lain, meskipun pada akhirnya berbagai pengkhianatan pun tak mampu terelakan di dalam ruang kubus yang besar dan antah berantah itu. Di dalamnya, serial ini juga memperlihatkan tentang seorang polisi muda yang berjuang mencari kakaknya yang ia curigai tengah bergabung dalam Squid Game. Berbagai rencana cerdik ia jalankan yang mana malah membawanya pada satu masalah besar. 

Review Squid Game Serial Netflix
Spoiler alert🚨🤫

Sebagaimana sebuah film dengan genre survival-thriller, berbagai pertumpahan darah seakan menjadi hal yang lazim disini, dari mulai tembak menembak hingga tusuk menusuk. Serial ini mulai terasa menegangkan saat permainan pertama dimulai, yang mana adalah permainan Lampu Merah, Lampu Hijau yang telah dijelaskan sebelumnya. Semua orang tampak terkejut dengan twist yang dihadirkan dalam game tersebut. Mungkin mereka pikir permainan anak-anak yang dipakai hanya sebatas permainan biasa, yaa. 

Squid Game sebetulnya bukan satu-satunya serial atau film yang mengusung konsep survival game. Produksi Netflix sebelumnya, Alice in Borderland, juga menyuguhkan tema cerita demikian. Ada juga beberapa judul dengan jalan cerita yang memiliki genre serupa, seperti The Hunger Games, Escape Room, Ready or Not, The Hunt, Battle Royale, dan film Jepang As the Gods Will, yang bahkan dituduhkan menjadi inspirasi plagiarisme yang dilakukan oleh penulis Squid Game (namun beliau telah mengkonfirmasi bahwa ia sudah menyusun naskah ini sejak tahun 2008, adapun kemiripan dalam permainan ialah karena kedua negara tersebut memang memiliki jenis permainan yang sama).

Bukan Sekadar Survival-Thriller Drama

Namun bukan drama Korea namanya jika tidak bisa mengambil hati penonton dengan segala kompleksitas cerita, plot-twist dan pendalaman karakter yang brilian. Sama seperti film Parasite, Squid Game secara tidak langsung menyorot isu sosial yang mengakar terjadi dalam kehidupan sehari-hari, contoh sederhananya ditunjukan melalui diskriminasi kaum perempuan yang dianggap lemah dan terpinggirkan ketika menyangkut pertarungan, lalu dijadikan alat pemuas hasrat belaka yang mana ketika telah terpenuhi malah dibuang begitu saja.

Kelas sosial juga ditampilkan melalui tugas para staff berseragam merah dan bertopeng yang bekerja dalam pengaturan Squid Game, masing-masing memiliki simbol segitiga, segi empat dan lingkaran pada topengnya. Menurut Hwang Dong Hyuk sang sutradara, simbol lingkaran mewakili para pekerja, mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara atau menjawab ketika tidak dipinta, hanya menjalankan perintah atasan. Lalu segitiga adalah simbol untuk tentara, mereka yang bertugas khusus mengeksekusi pemain. Sementara segi empat untuk manajer, para kaki tangan bagi The Front Man, sang pemimpin yang berhubungan langsung dengan Host, mastermind dari permainan misterius tersebut. 

Tidak hanya peran masing-masing staff bertopeng, adanya Squid Game ini sendiri menyandung isu kapitalisme dan kelas sosial yang lebih besar. Orang kaya yang memiliki terlalu banyak uang kebingungan bagaimana agar bisa menemukan kesenangan. Hausnya kebahagiaan hakiki yang mereka rasakan menjadikan orang-orang kelas bawah—dalam hal ini para pemain yang terlilit utang piutang dan persoalan hidup lainnya—sebagai objek penghibur mereka layaknya kuda di tengah arena.

Cerita ini ditampilkan oleh para VIP yang menonton mereka dari balik kaca saat permainan tengah berlangsung, dan bertaruh untuk sesuatu yang mereka sebut kebahagiaan. Sebuah ironi yang nyata berkebalikan dengan kisah Song Gi Hun, yang bertaruh untuk mendapatkan uang demi mencicil utang dan membelikan hadiah ulangtahun bagi putrinya.

Mengulik lebih jauh tentang kapitalisme, menurut Karl Marx, kapitalisme adalah sistem dimana harga barang dan kebijakan pasar ditentukan oleh pemilik modal supaya mencapai keuntungan yang maksimal. Tentu saja realitanya sistem ini hanya menguntungkan sebagian kalangan selaku pemilik modal, menekan para pekerja atau buruh dan menyeret mereka pada sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekadar sistem perekonomian, sebagaimana yang disebutkan Ebenstein (1990) dan Ir. Soekarno. 

Para VIP, termasuk Host dari penyelenggara Squid Game mengabaikan sikap kemanusiaan karena hegemoni kapitalis dan individualisme yang dianutnya. Mereka tidak percaya dengan manusia, oleh sebab itu tidak ada belas kasih dalam aturan-aturan di setiap permainannya, bahkan termasuk dalam management-nya sendiri. Sekali saja tertangkap melanggar, nyawa adalah taruhannya. Mereka pikir tujuan utamanya adalah uang dan kebahagiaan, yang bisa ditukar macam simbiosis mutualisme.

Tidak Lepas Dari Oknum

Di balik isu kapitalisme dan kesenjangan sosial, jalan cerita yang apik ini semakin kompleks dihadirkan oleh para oknum yang memanfaatkan keadaan manusia lain. Beberapa staff yang memiliki akses terhadap ruang-ruang rahasia disana memanfaatkan momen krusial ini dengan menjadi penyalur organ tubuh para pemain yang telah mati untuk diperjualbelikan. Oknum-oknum ini, yang juga datang dari kalangan pekerja, mencari segala cara untuk kepentingan dirinya sendiri meski mereka tahu risikonya sangatlah besar. Tentunya sikap ini tidak menjadi akhir yang memuaskan bagi mereka, karena secerdik apapun strategi yang dimiliki, pada akhirnya kita tidak bisa melawan para 'pemilik modal' yang berkuasa. 

Dalam realitas sosial, keseharian kita juga tidak lepas dari oknum-oknum yang mengutamakan kepentingan pribadi, baik dari skala kecil hingga besar. Kalau di Indonesia, contoh paling nyata ditampakan lewat korupsi dana bansos yang dilakukan mantan menteri Juliari Batubara untuk bencana Covid-19. Belum lagi calo-calo yang mengambil keuntungan dari vaksinasi di beberapa daerah, serta harga SWAB Test yang diklasifikasikan untuk golongan-golongan tertentu. Meningkatnya pengangguran dan PHK, juga berbanding lurus dengan bertambahnya kekayaan para petinggi di tengah pandemi.

Berbagai konflik yang dibangun dalam Squid Game sesungguhnya benar-benar menampar kita akan realita sosial yang sering terjadi. Mungkin faktor-faktor tersebut lah yang membuat serial ini menjadi sangat terkenal di beberapa negara. Ia bukan hanya berisi tentang perjuangan hidup dan permainan anak-anak yang berubah mengerikan. Lebih jauh dari itu, keseluruhan plotnya membungkus kisah manusia secara umum dengan segala sistem yang mencekik dan menguntungkannya, didukung oleh pendalaman karakter dan pengkhayatan para aktor membuat problema yang dialami masing-masing tokoh menjadi terasa sangat dekat dengan penonton. 

Mungkin saja memang Hwang Dong Hyuk sebagai penulis dan sutradara tidak sedetail itu mengaitkan semuanya ke dalam sistem sosial dan sebagainya, namun dengan tersadarnya kita akan refleksi ini tentu menjadi nilai tambah tersendiri untuk Squid Game, bahwa waktu panjang penulisan naskah rupanya berhasil menampilkan drama kehidupan yang sarat akan makna dan pesan moral.

Squid Game seakan menyadarkan kita, seseorang bisa 'gila' jika terlalu kekurangan dan terlalu kelebihan. Kira-kira setelah menonton ini, apa kamu masih percaya manusia?

You May Also Like

34 komentar

  1. Seperti biasa, postingan ini khas Awl sekali, ditutup dengan analisis ketimpangan sosial yang sungguh mengena :3

    Untuk serial ini, aku baru masuk pertengahan episode 2. Mungkin karena kiblat tontonanku beda, jadi dari episode satu ga dapet2 feel-nya. Pas games-nya sih seru, tapi pas nunjukin keseharian tokoh2nya kok berasa lambreta dan bertele-tele sekali. Yah... susah emang kalau udah beda selera. ^^"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sejujurnya akupun ngerasain hal yang sama pas nonton episode awal, mbak Ichaa😵 Sempet gregetan juga, kelihatan jelas typical drama Korea yang banyak menceritakan background dari masing-masing tokoh. Mungkin supaya kita bisa lebih simpati dan relate sama karakternya kali ya? Walaupun jatuhnya jadi agak bertele-tele dan lambat. Memang kalau serial genre kayak gini yang paling seru dan degdegan tuh kayaknya pas bagian permainan dan kejar-kejarannya aja yaa mbak🤣

      Hapus
  2. Makasih Awl reviewnya, akhirnya nggak penasaran lagi sama serial ini hehehe. Sering banget lewat timeline soalnya.

    Yes, kesenjangan sosial ini emang bikin beberapa orang jadi gila. Aku sendiri geregetan kalau lihat pejabat-pejabat yang nilep uang rakyat, padahal rakyatnya sendiri udah susah.

    Jadi inget juga tentang kerusuhan di Rwanda yang dibahas di bulu Collapse, salah satu penyebab kerusuhan adalah kesenjangan sosial di dalam masyarakatnya.

    Ngomong-ngomong soal percaya atau enggak sama manusia, sejak masuk dunia kerja aku jadi super hati-hati sama orang wkwk. Entahlah aku merasa manusia yang bisa dipercaya itu diri sendiri, bahkan kadang keluarga pun nggak bisa dipercaya 100%, keluarga besar ya, kalau keluarga ini ya sama aja sebenernya wkwk. Cuman beda nilai presentasi aja, 99.9% lah kalau keluarga ini hahahaha.

    Nah ini yang jadi cibiran aku sebenernya ke film Raya and the Dragon, tentang trust ke orang. Aku ngerasa kayak naif aja gitu dialog Sisu tentang percaya orang lain. 😂 Kalau di film animasi Disney sih bisa lah, kan banyakan juga happily ever after. Kalau di dunia nyata ya lain lagi😁 intinya stay alert and be careful in the jungle of human🤧

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku setuju sama Mba Endah. Semenjak masuk dunia kerja, mulai hati2 sama orang. Apalagi udah pernah jatuh ke lubang yang sama berkali2. Smpe ngerasa diri kok bodoh banget dimanfaatin orang.. hahah 😅 pengen gtu percaya sama orang, tapi ternyata orang2 di sekitarku kebanyakan pada hmmmm bikin ngelus dada. Tapi yowis... duh malah oot.. maaf ya Awl 😊

      Hapus
    2. Masyamaaa kak Endah😍 Akhir-akhir ini Squid Game juga sering banget mampir di timelineku, makanya mumpung udah selesai nonton juga, tak tulis aja deh reviewnya.

      Wahh, aku baru ngeh itu yang soal kerusuhan di Rwanda. Buku Collapse yang sempat kak Endah review kemarin-kemarin kan yaa? Kalau dilihat-lihat betul juga sih, contohnya udah banyak terjadi selama ini. Betapa kerusuhan itu ada disebabkan oleh ketimpangan sosial itu sendiri, tapi seringkali yang disalahkan hanya kaum kelas menengah ke bawah, padahal sistem sosial itu juga masalah bersama ya🙁

      Kalau soal hati-hati dengan manusia, kujuga setuju kaak😁 keluarga besar apalagi malah sering jadi kompor atas hal-hal yg sifatnya personal. Kalau dari pengalamanku, kadang orang lain yang bukan darah daging, sangat kenal dengan kita dan bisa jaga rahasia malah bisa lebih dipercaya daripada yg katanya keluarga ini. Walaupun tetep harus waspada dan nggak boleh terlalu bergantung😅

      Hihi untungnya cuma film disney animasi ya kak, Sisu yang terlalu naif masih bisa dimaklumi, deh. Kalau seandainya dialog itu muncul di film dengan latar kehidupan nyata, agak aneh juga ya🙈

      Hapus
    3. @Mas Bayu: Sering terjadi begini soalnya ya mas, udah begitu percaya sama orang, nggak taunya malah dikhianati. Jatohnya jadi kita yang terlihat lemah dan mudah diperdaya, huhu. Kejam banget memang yaa dunia kerja🥺

      Nggak oot kok mas Baay, hihi nggak apa-apa kita ber-sharing-ria. Hitung-hitung bisa sekalian dapet wejangan dari pengalaman kak Endah dan mas Bayu yg lebih senior dalam dunia pekerjaan😁

      Hapus
    4. Ya ampun baru tau kalau ketikanku beleporan huhu. Keluarga ini tuh maksudnya keluarga inti, kurang T. T_____T Terus mau ngetik persentase kenapa jadi presentasi dah. xD

      Btw, iya Awl buku Collapse yang kemarin aku review itu maksudnya. Nah iya bener, kadang kalangan bawah dikatain males lah apa lah, padahal emang ya start-nya beda. :(

      Hapus
    5. Wkwkwk it's okay kak Endah😂 eh tapi yg presentasi itu aku malah nggak ngeh kalau typo lho kak, udah otomatis bacanya persentase. Kalau di istilah psikologis biasanya apa yaa pernah denger tapi lupa😅

      Ah kayaknya banyak banget hal baru yg bisa aku dapet di buku itu, tapi sementara nangkring di wishlist dulu. Mudah2an nanti bisa segera baca🥺

      Hapus
  3. Back to the topic,.. btw makasih lohh Awl buat reviewnya 😁 serta makna yng terkandung didalamnya. Sebenrnya aku tertarik smaa ini serial. Tapi ya gtu. Genrenya bukan tipe ku. Aseli nonton ep 2 langsung bikin bergidik. Hahah *lebay ya.

    Tapi ikonik banget emng serialnya. Idenya. Warna2nya.. hahah.. dan game pertamanya itu loojh. Hahah aseliii.. 😄😱

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masamaa mas Bay!😁 Pas pertama liat gamenya dimainin tuh asliik emang kaget banget sih mas😆 Ngeri merinding gimana gituu, tapi udah kadung penasaran sama game selanjutnya jadi gas maraton hari itu juga selesai, wkwk.

      Ah iya!! Warna-warna yang dipake di set, itu kontras banget sama ceritanya. Dan yang aku lihat dari video behind the scene, lokasi syuting dan setiap set yg dipake untuk permainan itu semuanya bener2 dibangun, lho mas Bay. Malah aktornya sendiri kaget karena setnya gak sesuai sama bayangan mereka, dan asik foto-foto studio saking iconicnya🤩

      Hapus
    2. Balik lagi Awl.. 😅 btw ini nih gore banget nggak ya Di episode2 selanjutnya. I mean kaya Final destination sama SAW. Atau sekelas the raid..? Hoho

      Hapus
    3. Nah, kalau ini kayaknya nggak sekonstan ketiga film yang mas Bayu sebut deh🤔 dari episode kedua kesana, emang ada beberapa adegan dalam satu episode yg berdarah-darah banget tapi intensitasnya nggak sesering kayak film The Raid. Ibaratnya, kayak masih dikasih jeda gitu😅 satu episode pertumpahan darah, setelah itu istirahat (scenenya lumayan warm dan bikin sedih, walaupun masih tetep tegang😅), terus episode berikutnya berantem2 lagi, wkwk. Polanya kayak gitu aja mas Bayu😁 Tapi kalau boleh jujur, 4 permainan keatas juga sama2 gore. Kenapa cuma empat, karena yang satu nggak terlalu banyak diperlihatkan scene bunuh2nya🙈

      Hapus
  4. AWL keren banget cara kamu membahas series ini. aku suka dengan cara kamu menyampaikan keterkaitan cerita dengan isu yang muncul ;3, kayaknya perlu belajar dari kamu untuk mengulas tontonan 😁

    Anyway jadi intinya games ini diciptakan untuk pemuasan pribadi para oknum tersebut kah? Tapi kalo yang aku baca dari penjelasan Awl ini aku bisa paham sih kenapa pada akhirnya ada manusia yang lebih merasa nyaman ketika mereka berjuang sendiri tanpa menaruh penuh rasa percaya pada sesamanya. Bisa dihubungkan dengan kehidupan nyata seperti yang disampaikan Kak Endah diatas. Manusia... secara naluriah mungkin memang saling membutuhkan tapi menurutku sepertinya gak perlu sampe menggantungkan diri atau harapan pada manusia.

    Nice post Awl! Aku izin bookmark postinganmu ya 😃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Reka bisa ajaaa😆 akupun masih harus banyak belajar kok, salah satunya dari blog kak Reka, hihi😍 but anyways thanks for such a humble words❤

      Yapp, bisa dibilang begitu kak🤔. Mungkin itu juga yang melatarbelakangi si mastermind untuk bikin permainan misterius yg sadis, walaupun padahal nggak semua orang punya pikiran yg sama kayak dia kan yaa😅.

      Manusia bisa berubah jadi 'sosok' yang lain when it comes to competition kayaknya ya kak? Apapun itu, sama kayak penjelasan kak Endah dan Mas Bayu di atas, demi kepentingannya sendiri, berlaku nggak baik terhadap orang lain pun sangat bisa dilakukan🙈 Makanya yess, setuju banget, kita harus punya alarm terhadap diri sendiri untuk nggak terlalu menggantungkan diri sama orang lain. Emang bener deh sebaik-baiknya berharap cuma sama Yang Kuasa aja🤧

      Thank you kak Rekakuu🥰 Boleh banget dongg hihi, dengan senang hati kak!😁

      Hapus
  5. belom sempet nonton ini.
    ada yang bilang berdarah darah, awalnya bingung ini misteri atau gimana. ternyata bukan yang menakutkan

    pertanyaan terakhir sering disebut sama temen aku, intinya dibuat seperti bercanda tapi ada benernya juga. jadi kalau ada temen yang menjawab akan suatu hal "aku percayakan aja udah semuanya ke kamu", misalnya. lalu temen aku satunya menjawab "jangan percaya aku, percaya sama yang kuasa". dipikir pikir iya juga
    karena politik kantor juga main :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya ada sisi misterinya juga mbak Inuun tentang salah satu tokoh yg menyelidiki permainan ini, cuma secara menyeluruh memang nggak cukup menggambarkan. Ini serial memang berdarah-darah sih, dan yg lebih parahnya bukan menakutkan karena ada hantu atau apa, tapi karena nggak bisa percaya sama sesama manusia itu sendiri😁 Ayo mbaakkk nonton Squid Game juga, mayan untuk mengisi waktu kosong😆

      Bener2 mesti berhati-hati berarti yaa mbak dalam dunia kerja tuh? 😢 Dulu aku suka mikir, kenapa sih kok manusia bisa 'kejam' sama manusia lain dan main sikut-sikutan, intinya kenapa nggak ada yg bisa dipercaya. Padahal, udah sifat natural manusia juga kayak gitu barangkali ya? Hidup nggak senaif itu ternyata, harus bisa pilih-pilih mana orang yg bisa kita jadikan teman ya mbak😅

      Hapus
    2. betul dan setujuuuu, pilih pilih mana yang bisa dijadikan teman danbener bener dipercaya. cuman nyari yang bener bener bisa dipercaya sekarang ini susah juga hahaha
      kenyataan soalnya ini

      Hapus
  6. Setuju banget Awl, pas nonton ini beneran keliatan banget kalo ketimpangan itu jadi hal biasa di series ini. Jujur aku malah kaget sih pas ada VIP, gak nyangka kalo ada orang-orang dibalik tirai yang menikmati cara mereka bermain ini. Gak habis pikir banget sih yang VIP itu, aku udah pikir pasti ada dalang orang kaya dibalik permainan ini tapi gak nyangka ternyata alasannya cuma gitu doang. Wah, bener-bener gak dianggap manusia banget sih ini 😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iyaa, aku nggak ngira sama sekali kalau bakal ada orang-orang ini, pas denger namanya pun heran, siapa gitu ya? wkwk. dan seperti kata mbak Tika, alasannya bikin emosi banget😭 aku kira si mastermind ini beneran baik, lah ternyata dia juga lebih ngeri bermuka dua🙈🥺

      Hapus
  7. Awll, jadi berdarah-darahnya itu gimana sihh? Banyak yang warning katanya kalau takut darah harus berpikir ulang untuk nonton. Aku kan jadi penasaran (dan makin takut) sesadis apa wkwkwk aku ingin spoiler pliss bisikin aku 😆

    This kind of movie mengingatkan aku betapa mengerikan kita sebagai manusia ya 😭 mau yang punya power, yang nggak berdaya sekalipun mereka mampu melakukan apa pun untuk "bertahan hidup". Waktu nonton Parasite yang mengambil isu-isu sosial juga bikin aku mikir banget.

    Anyway, thank youu so much Awl for your review! Pemikiranmu selalu brilliant ❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. To be honest kalau dibandingin film gore lain yg lebih berdarah-darah, squid game ini masih tergolong ringan sih mbaak🙈 sadisnya saat lagi berantem2 dan game aja, dilihatkan darah muncrat kemana-mana. terus ada adegan jatuh dari ketinggian, seingatku shoot-nya juga masih aman (nggak dikasih liat pas jatohnya banget🤔). ada sih adegan yg tusuk-tusukan dan nggak dicut, tapi intensitasnya nggak sering. lebih banyak adegan tembakannya, hihi. tapi ini bisa beda-beda sih setiap orang, kalau menurutku pribadi gitu mbak Jane😁 kayaknya mbak Jane harus nonton langsung nih biar gak penasaran xixi🤭 flownya lebih lambat dan banyak storyline-nya, jadi itu ngebantu nutupin banget adegan2 yg ngeri.

      exactly mbaak😭 nah dari storyline yg kompleks ini tuh bener2 ditunjukan macam2 sifat manusia yg kejam. nggak cuma yg punya power, tapi juga pemain squid game itu sendiri yg pada kehilangan akal hanya agar bisa menang🥺 bikin aku mikir juga, squid game ini semacam lingkup terkecil dalam arena kehidupan yg sesungguhnya, huhu.

      Anyway thank you jugaa mbak Jane for sharing hihi😍🥰🤗

      Hapus
  8. Aku adalah orang yang belum nonton tapi tahu di endingnya siapa yang menang dan ada twist apaan wkwkwk saking di twitter rameeee banget ngomongin ini semua orang 😂😂

    Tapi aku suka sama cara Awl bahas dari sisi ini, bukan Awl kalau ga bahas film/series dari kacamata pengamat sekitar 😄 good job Awl 💖

    Soal ketimpangan aku jadi inget di film Along with The Gods yang ada scene ngeliatin gimana di Korea tuh daerah yang maju keliatan jomplang banget sama daerah kumuhnya. Itu bener-bener diliatin di satu scene kayak diambil dari angle atas bukit gitu 😄 Memang yaa manusia akan melakukan apa aja kalau udah kepepet, termasuk ikutan games yang taruhannya nyawa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiyaaaaa kak Eya korban spoiler massa di twitter🤣 untung aku waktu aktif twitternya pas udah selesai nonton, jadi nggak keburu males duluan xixi. tapi kak Eya masih ada rasa penasaran buat nonton nggak walaupun udah tau plot-twistnya?😆

      Ah iyakah ada scene yang itu? Aku lupa soalnya, ini film Along with the Gods yang pertama ya kak? Korea emang jagonya sih bikin film dengan segala intrik dan ketimpangan sosial yg realistisnya. Saluuutt. Nah, isu nyambung juga ke persoalan kepepet ini kayaknya kak. Mereka bilang lebih baik bertaruh nyawa di dalam permainan daripada pulang tanpa bawa apa-apa, karena hidup di luar pun sama-sama mempertaruhkan nyawa. Ironis banget sih memang🥺

      Anyway, thank you for such a warm words and support, kak Eyaaa🤗 Lufff🤧❤

      Hapus
  9. Hallo Mba, salam kenal yaa
    Film ini langsung viral dan dibicarakan dimana-mana yaa
    Saya yang belum nonton jadi tambah penasaran, hihi. Weekend ini harus nonton nih, terima kasih ulasannya ya Mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Holaa mbak Natih😁
      Iya mbak, series Squid Game akhir-akhir ini lagi rame banget diperbincangkan karena ceritanya yg well-built dan relatable di masyarakat, walaupun dibalut dengan genre thriller😅.

      Sama-sama mbaak, selamat menonton weekend nanti ya, hihi😁

      Hapus
  10. Halo Awl, tulisan yang bagus as usual. Memang film ini lagi booming banget ya. Saking boomingnya di Tiktok fyp mulu wkwk, alhasil tiap denger lagu Lalisa yang Money jadi ingat cuplikan film ini terus, karena musiknya ini kalau di Tiktok. Aku belum nonton, baru lihat trailer tapi kayaknya nggak dulu deh. Karena filmnya sekelas Room Escape jadi ya gitu masih maju mundur.

    Btw, soal ketimpangan sosial, pas pandemi gini jadi nampak banget wajah pemerintah kita, ya walaupun nggak keseluruhan tapi jadi membuka mata banyak masyarakat kalau negara kita korupsinya udah akut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Holaa, kak Soviii🤗
      Walah aku baru tau kalau ternyata di Tiktok ramenya sama lagu Lalisa😅 aku denger lagu Lalisa aja belum pernah soalnya, wk. Harus menyiapkan mental yg kuat sebelum nonton yaa kak🥺😅 film survival thriller emang nggak bisa dinikmati selayaknya film slice of life. Eh tapi kalau dibandingin film gore lain kayak Saw, Squid Game termasuk yang masih bisa dinikmati sih, kak Sovi🤔

      Exactly, kak😭 kayak disappointed but not surprised gitu yaa, malah semakin bersyukur aja ditampakan tabiat asli mereka seperti apa.

      Hapus
  11. Mungkin aku sedikit OOT, tapi setelah kemarinan penasaran nyari tahu formula untuk bikin tulisan review film yang bagus, dan baca tulisan kamu yang ini. aha moment gitu deh...

    Awl ini keren banget nulisnya, aku selalu pengin nulis sebagus kamu. Keliatan kecerdasan dan wawasannya, pola pikir dan sudut pandangnya selalu cakepss...

    suka makan apa awl? di Bandung jarang jajan seblak yg micinnya banyak dong ya? haha...


    Aku lagi tahap nonton nih, kalo ga salah baru episode 5 yang game tarik tambang itu. tapi aku ga bisa nonton marathon soalnya suka cepet cape, apalagi kalo tegang gitu haha..

    Thank you awl untuk tulisannya, looking forward to learn more from youuuuu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Ady bisa ajaaaa😆 Makasi banyak kak🤧

      Hahahahaha terbalik kak Ady, justru aku lebih suka makan micin daripada yang manis2🤣 paling banter martabak sama crepes-nya gerlong kalau yang manis, wkwkwkw.

      Emang sih kak, nonton ini tuh gabisa langsung blas marathon walaupun penasaran😅 aku aja tiap dua episode abis suka diselingin sama kegiatan lain dulu, entah makan atau buka2 aplikasi yang lain, mempersiapkan mental lagi buat ketegangan yg lebih ntaph, hahaha.

      Thank you jugaaa kak Ady for such a supportive words🤧 Merasa ke-boosting mood nulisnya🔥 Neomu neomu kamsahamnida!🙌🏻

      Hapus
  12. Lugas banget kamu jabarinnya, Awl. Setuju sih kalau kelas sosial terlihat nyata banget di film ini. Awalnya juga aku takut buat nonton karena ga berani nonton orang bunuh2an dan berdarah-darah, tapi sehabis nonton bener-bener ngerasa "gilaaa kereeen". Eps nya ga banyak tapi beneran kita serasa "Ditampar" bahwa ternyata segitu nyata loh kesenjangan yang ada. Ternyata uang yang banyak bisa membawa petaka untuk orang lain. Ternyata nyawa sebegitu rendah nilainya di mata orang lain. Ternyata demi uang, orang rela untuk kehilangan nyawa dan keluarganya.

    Permainannya cukup sederhana, karena permainan anak-anak, tapi benar-benar butuh strategi dan juga mungkin perasaan. Keliatan banget yang permainan kelereng, bagaimana satu sama lain bisa saling menjatuhkan. Aku sedih pas bagian Ali di tipu dan akhirnya di tembak. Padahal Ali lugu dan dia berniat baik. Ada orang yang kelihatannya baik tapi ternyata culas, namun ada orang yang emang pada dasarnya benar-benar baik.

    Pertanyaan terakhir kamu bikin introspeksi diri bangeet. Apakah orang lain juga akan percaya sama kita? Bahkan percaya itu sebetulnya suatu hal abstrak yang mungkin sulit menemukan tolak ukurnya kan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you mbak Devinaa😍 dan justru itu semua yang bikin serial ini nggak sekadar survival game ya mbak. Ini salah satu kelebihan serial/film Korea, mereka bisa menggambarkan berbagai isu sosial yg kompleks tapi juga nggak too much dan terkesan menggurui di saat yg bersamaan😍

      Ah iya, soal adegan Ali dikhianati juga aku nangis banget ini mbaak, kok bisa-bisanya Sang Woo setega itu😭 tapi balik lagi sih, alasan dia valid, this is just a game. Mungkin kita aja yg terlalu polos atau naif(?) karena sempet percaya omongan Sang Woo (termasuk akuu wkwk), padahal jelas-jelas dia udah desperate dari awal pingin menang ngalahin Ali. Kebetulan aku ada nemu komentar menarik nih mbak tentang pendalaman masing-masing karakter dari sudut pandang yang lebih dalam🤔 Banyak orang yg misinterpreted keluguan Ali dan menganggap bahwa kebaikan itu pada akhirnya akan kalah, or something like that😅. Terus yg mbak ini buat story di IGnya bilang bahwa menurutnya, bukan kebaikan yang menjerumuskan Ali, tapi kenaifan dan keraguannya dia sendiri. Ali ini tipe orang yg people pleaser dan nggak enakan, mungkin saat di game kelereng itu dia punya keraguan dan kecurigaan sama Sang Woo, tapi dia nggak bisa menolak, karena pikirannya memilih untuk abai bahwa Sang Woo bukan tipe orang yg akan tega seperti itu. Dia pikir semua orang akan sama baiknya kayak dia, innocent banget Ali😭 Bet ini jadi pelajaran baru juga deh dari Squid Game dan tokoh Ali, untuk berani stand up for ourselves dan selalu waspada dengan lingkungan sekitar, karena nggak semua orang punya pikiran yg sama dengan kita dan bisa dipercaya🥲

      Anyway, thank you for sharing mbak Devinaa🥰🤗

      Hapus
  13. jarang2 series asing dapat peringkat most watched disini ( Belgia ) lho, baru kali ini pas Squid Game, luar biasa ya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, serius ini trending juga di Belgia kak? Kemarin aku lihat di Perancis dan Pakistan juga trending, surprising banget bisa sampe Belgia😱 Kayaknya ini juga serial Korea pertama yg booming-nya all over the world yaa! Syukurlah karya-karya representasi orang asia semakin bisa diterima secara global😍

      Hapus
  14. Pernah nonton episode awal saja setelah itu berhenti karena ada banyak adegan sadis (anaknya lagi malas lihat kekerasan) ternyata ceritanya kompleks sekali ya.🙂 untung baca review disini. Salam kenal ya.

    BalasHapus