Sepasang Sepatu

by - April 29, 2021

 
Hola, first of all, i'm really sorry if the last podcast was too deep or too dark to hear, that maybe some of you were a little surprised by the topic. Gue harap teman-teman mengerti maksud gue, bahwa selayaknya episode yang lain, Rasanya Jadi Tuhan juga tidak lain hanyalah salah satu bahan refleksi, khususnya buat gue pribadi. Sesederhana itu. Sekarang, gue ingin menyampaikan sesuatu yang lebih ringan untuk teman-teman. Mungkin tidak istimewa, tapi semoga memberi arti.

Ah iya, sebelum itu.. selamat menunaikan ibadah shaum bagi teman-teman semua yang menjalankan! Semoga hari-hari kita semakin terisi dengan lebih penuh dan bermanfaat untuk orang-orang di sekitar. Jangan lupa untuk selalu jaga kesehatan, dimulai dari aktivitas sehari-hari seperti pola makan dan pola tidur yang cukup ya, mantewman😊. 

Now, enjoy!

Sepasang Sepatu


Kau tahu, tidak? Kadang kala, di balik sosok yang kuat, mandiri dan tegar, ada bayangan lain sebagai penyangga di belakangnya. Seperti sebuah kanvas yang bersih nan suci, atau kanvas yang sudah terisi penuh dengan warna, pasti selalu ada kayu penyangga di baliknya, agar siapapun yang melihat, bisa mengamatinya dengan jelas. Sosok yang menjadi rumah, di kala ia lemah. Yang menjadi tempat berteduh, di kala hatinya terasa keruh. Yang menjadi tempat bercerita, di kala ia sedih dan bahagia. Dan yang menjadi tempat bersandar, di kala pundaknya tak sanggup lagi berpura-pura tegar.

Kurasa kita semua punya sosok ini. Bahkan jika itu adalah diri sendiri. Dan dalam kondisimu, mungkin pada awalnya seperti ini. Kemana-mana sendiri, sepi, setiap kesedihan dirangkul sendiri, ditahan seorang diri. Hanya carik diari yang menemani. Sebab hanya kesenangan yang bisa dibagi. 

Tak ingin jadi benalu, atau jadi penghalang atas bahagia orang lain. Bukan berarti keluarga tak penting lagi. Hanya saja, kau tahu.. Ada banyak peristiwa dalam hidup kita yang mana tak ingin kita bebankan pada orang-orang terkasih, kepada orangtua, kakak, atau adik. Sudah terlalu berat masing-masing porsi hidup kita. Maka seringkali kita berusaha menyimpannya seorang diri. Berdiri sendiri pada satu kaki, sampai lupa memakaikan satu buah sepatu lagi di kaki kita yang lain.

Hingga pada kondisi dimana akhirnya, sosoknya itu kau temukan.. kau seperti kembali belajar berbicara, berjalan, dan belajar meletakan hati dengan bijak. Bahwa tak segalanya hidup tentang diri sendiri. Kadang, kurasa kita perlu untuk menuntun, atau dituntun. Karena sekuat-kuatnya diri kita menampung, kita pasti butuh untuk mengeluarkan separuh rasanya sedikit demi sedikit, agar porsi kita pada diri ini tak kepenuhan, tak membuat jenuh pada akhirnya. Yah, sedang-sedang saja. Tapi tentu, berpasangan.. tak selamanya tentang kekasih, bisa saja tentang sahabat atau kerabat, yang selalu menemani sampai pagi buta, saat segala topik yang dibicarakan sudah menguap di udara.
 
Bagaikan sepasang sepatu yang kemana-mana selalu beriringan, dan selalu sejalan seirama. Jika salah satu bercecer atau hilang, maka fungsinya tak lagi sama. Bahkan, ia akan sama-sama kehilangan guna bagi si pemilik kaki. 

Mengingat bahwa.. mungkin kita terlalu banyak berceloteh tentang masalah kita kepadanya, aku ingin agar kau sampaikan pada sosok ini. Berterima kasih lah. Terima kasih atas telinga, mata, hati, dan tangan yang dengan tulus diulurkan saat raga sedang tak baik-baik saja. 

Terima kasih karena tanpa disadari, kau telah mengajarkan bagaimana untuk menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang mengenal lelah, yang tak lepas dari salah, dan manusia.. yang selalu butuh dimanusiakan.

You May Also Like

17 komentar

  1. Kak awl,
    somehow aku jadi merenung, yess indeed bahkan sama pasangan pun kadang kita ( in case aku ) gak bisa curhat segala curhat di omongin. dia juga punya beban sendiri di pundaknya. so, sometimes aku pendam sendiri atau curhat dengan sahabat sampai pagi buta juga. speechless sih aku mau komen apa lagi, aku terharu baca tulisanmu.

    love

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena sekuat-kuatnya diri kita memendam masalah, pasti butuh untuk lean on sama orang-orang terdekat ya kak🤧 Nggak cuma soal curhat, apresiasi dan validasi pun sesekali kita butuhkan dari mereka, huhu. Makasi banyak kak Ekaaa udh dengerin podcast-ku😍 Seneng bisa berbagi dengan kak Eka, malahan terharu jugaa jadi pembaca pertama nih😁🤧

      Semoga sehat selalu yaa kak Ekaa, much love♥️

      Hapus
    2. sama - sama kak, love your writting aku tuh, kok bisa bikin tulisan seindah ini sih???

      semoga ka awl juga sehat - sehat selalu yaaa

      Hapus
  2. Udah lama gak mampir ke sini. Amazing words as always. Syukaaaaa Kak Awl ❤️❤️ Dan berbicara tentang 'sepasang sepatu' , sepertinya aku memilih berpasangan dengan bayanganku di cermin yang mengingatkanku untuk tidak sibuk melihat kekurangan orang lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hola mbak Vitaa, udah lama banget nggak bersua🤧 Terima kasih banyak atas apresiasinya ya, mbaak😍💕💕

      Ini dia justru definisi put ourselves in our shoes yg sebenarnya yaa, mbak😁 Bahwa tanpa menaruh kaki kita di sepatu orang lain untuk bisa lebih menghargai diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya juga ternyata bisa, kok😍

      Hapus
  3. manusia hidup bersosial,berdampingan, satu sama lain membutuhkan
    sama halnya dengan benda mati seperti sepasang sepatu
    jadi pengingat buat diri sendiri nih tulisan Awl

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya mbak Inuun, karena kita biar bagaimanapun adalah makhluk sosial yg sedikit-sedikitnya membutuhkan minimal satu support system dalam hidup kita. Agar dalam menempa hidup yg keras ini kita nggak merasa sendiri dan punya "stok" baterai yg kuat untuk recharge😁

      Hapus
  4. Salam kenal kak Awl
    membaca tulisan ini jadi pengen cepet-cepet ketemu sahabat-sahabat terdekat and say thank you for everything
    And thank you for your nice writing also

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga mas Regen. Terima kasih sudah mampir kesini untuk baca tulisanku, dan terima kasih juga atas apresiasinya, mas😁

      Semoga bisa segera bertemu dengan sahabat-sahabat and say thank you to them ya mas, hehehe aamiin.

      Hapus
  5. Ah bener. Aku pun sering merasa sendiri dan nggak tahu berbagi sama siapa. Bahkan sama sahabat sendiri. Kalo sama keluarga sih emang nggak begitu sharing-sharing yang deep karenaaaaa kenapa ya kayak ada yang kurang gitu hehe.

    Thank you tulisannya awl❤️ bagus beett

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena di saat dewasa kayak gini, waktu dengan keluarga jadi lebih sedikit sehingga setiap kali ada masalah kita lebih memilih untuk memendam atau mencurahkannya dengan cara lain🤔 Entahlah, huhu. Kalau yg aku rasakan sendiri persis seperti yg ada di tulisan di atas, mau berbagi pun rasanya masalah mereka udh cukup berat, jadi apa boleh buat selain berusaha kuat dan mandiri hadapin semuanya sendiri🤧

      Eniwey, makasi jugaa mbak Dea udah dengerin podcastku😍 Semoga nggak bosen mampir yaa mbak, wehehehe💕

      Hapus
  6. Always nice post 👍🏻👍🏻👍🏻
    Makasih buat renungannya
    Memang kdg kita so so kuat tapi runtuh jg kalo pendam sendiri
    Butuh sosok penopang yg bisa diajak berbagi beban 😉

    BalasHapus
    Balasan
    1. Arigacuuu mbak Frisca!🙌🏻😍💕

      Sama-sama, mbaak. Iyaa udah naturalnya manusia ya, mau sekuat apapun pasti segala yg disimpan butuh juga buat ditumpahkan. Even curhat sama Tuhan sekalipun, itu artinya kita memang nggak bisa kalau hanya mengandalkan diri sendiri🤧
      Makasi banyak mbak Friscaa udah mau berbagi dan dengerin podcastku💕

      Hapus
  7. Tulisannya indah sekali. Menusuk-nusuk ke bagian terdalam hati ini. Yah, kadang kita beranggapan lebih baik memendam semua beban dan luka sendirian, karena gak ingin merepotkan orang lain. Padahal, kita hanyalah manusia yang rapuh, yang butuh untuk menumpahkan semua lara, dan butuh didengar. Saya kadang suka kayak gini. Tapi, belakangan sudah belajar untuk gak jadi sok kuat. Pasti curhat ke shaabat terdekat. Dan rasanya melegakan.
    Wah, ada Podcast juga ya mbaa Awl, keren ... Mau coba denger juga akh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduuuh jadi malu😂 makasi banyak mbak Yanii😍

      Pasti berat yaa mbak kalau harus memendam semuanya seorang diri, karena nggak mau merepotkan orang lain dengan cerita atau masalah yg kita hadapi:( Tapi syukurlah, ikut senang kalau sekarang mbak sudah menemukan 'cara' untuk menjadi kuat dengan versi lain. Ceritanya mirip-mirip juga dengan aku, baru-baru ini sadar untuk nggak jadi manusia sok kuat, karena efeknya pasti nggak bagus juga untuk diri sendiri🤧

      Hehe iyaa nih mbak, baru sampe episode 10 tapi. Belum ada inspirasi untuk lanjut padahal draft-nya udah ada sepotong, wkwk. Boleee banget mbak didengerin, ehehe, mudah-mudahan suka dan nggak bosen mampir sini ya mbak😁

      Hapus