The Gift of Imperfection

by - Desember 18, 2020

The Gift of Imperfection


Lagi-lagi malam ini Tuhan menegur gue dengan cara-Nya, sekaligus mengingatkan gue bahwa kita nggak bisa mengubah seseorang kecuali semua atas ridho dan hidayah-Nya. Beberapa kali gue dihadapkan dengan hal ini—sesuatu yang nggak gue sukai yang ada pada diri orang lain, dan dalam beberapa waktu itu pula gue bertingkah seolah gue adalah mentor atau bahkan hakim yang bisa dengan lantang menghakimi bahwa yang dia lakukan itu salah, jelek, dosa, atau suatu keburukan. Sementara gue lupa, bahwa gue juga makhluk yang tidak sempurna, yang kadang kala melakukan kesalahan yang sama. Dan gue lupa, bahwa jalan hidup setiap orang, termasuk keburukan dan kebaikan yang dilakukan, bukan campur tangan gue dan bukan hak gue untuk masuk ke dalamnya sesuka hati, apalagi untuk bersikap seakan menjadi yang paling benar atas hidup mereka. 

It's true that we can't expect people to be the way we want them to be, cuz it's not our job to change others. It's God's. The only thing we can do is trying our best to be a kind human being as He wants us to be, pray the best for them, and let Him do the rest.

Sebab mungkin, bisa aja sebetulnya gue adalah salah satu dari sekian penyebab buruk yang membuat hal negatif kemudian muncul dalam diri seseorang. Hanya saja seseorang itu nggak mengungkapkannya ke gue. Karena itu, gue harus sadar, yang perlu gue lakukan ialah mendo'akan yang terbaik untuk kebaikan bersama. Bahwa gue pingin menjadi manusia yang sebaik-baiknya, dan bahwa gue ingin melalui proses itu dengan orang-orang yang gue sayangi. Meski sempat beberapa kali gue berpikir bahwa gue berlebihan, lebay, "gak gahol", terlalu polos, atau terlalu kaku, tapi setelah dipikir-pikir gue justru berpikiran seperti ini karena sejujurnya gue sangat sayang dan peduli, dan menginginkan yang terbaik untuk orang-orang di sekitar gue. Gue nggak mau melepas sesuatu yang berharga, hanya karena sesuatu itu gue anggap memiliki satu ketidaksempurnaan. Sesakit apapun kenyataan itu, dan sesedih apapun. Namun karena sekarang gue sadar akan segala keterbatasan diri gue sebagai manusia yang juga banyak salah dan dosa, selain mendo'akan, yang bisa gue lakukan saat ini ya cukup memperbaiki diri gue sebaik-baiknya, memperbaiki hubungan gue dengan Yang Maha Kuasa, dan tentu dengan orang lain. Bukankah contoh terbaik atas perubahan dari diri kita adalah salah satu cara paling baik yang bisa kita lakukan? Instead of giving such a harsh comment, memaksa dengan kekerasan, etc.

Selama ini, tanpa sadar gue hanya mengenal sifat "ketidaksempurnaan" manusia sebagai teori, nggak pernah benar-benar diilhami, dipahami. Sampai ketika Tuhan menegur gue untuk yang kesekian kalinya, dengan cara yang selama ini gue anggap ceroboh dan bodoh, bahwa terkadang ketidaksempurnaan itu ada untuk kita terima, dan untuk kita do'akan. Bukan untuk kita judge. Supaya gue sadar, apakah gue bisa menerima ketidaksempurnaan itu atau tidak? Apakah gue harus selalu berujung menuntut kesempurnaan yang justru nggak akan berefek apa-apa kecuali kebohongan semata? Sebab artinya gue sudah memaksa orang lain untuk sama seperti apa yang gue inginkan. And now i realized that i have to accept it since it's not my job. Mungkin, apa yang terjadi kepada gue sekarang adalah sebuah cerminan akan segala noda dan ketidaksempurnaan yang ada pada diri gue.

Dengan ini, gue berharap semoga segala beban yang nggak seharusnya hinggap di hati gue bisa Ia angkat, dan gue harus berlapang dada sambil mendo'akan yang terbaik. Mendo'akan apa? Mendo'akan agar tangan-Nya sampai di hatinya, mendo'akan agar apa yang telah jauh dari-Nya bisa Dia tuntun kembali, dan bahwa gue ingin berjalan bersama menuju sesuatu yang baik yang selalu Dia lindungi langkahnya. Gue menginginkan sebuah pantulan yang ketika gue lihat di "cermin", pantulan itu adalah pantulan yang bisa menuntun gue untuk menjadi seseorang yang lebih baik setiap harinya. 

Is it too much? Gue harap nggak. Semoga. Sebab gue percaya Tuhan Maha Baik atas segala niat baik yang kita miliki. Seperti yang Dia katakan, "Aku sesuai dengan persangkaanmu kepada-Ku".

And.. why do i name the title as "The Gift of Imperfection"?

No, it's not Brené Brown's book yang punya judul sama. Bagi gue, ketidaksempurnaan yang berkali-kali gue temukan dan baru gue sadari kali ini adalah sebuah hadiah yang Tuhan tunjukan agar gue bisa sabar, bisa menerima dan sekaligus hadiah yang menyadarkan gue akan sebuah cinta yang tulus. Iya, sebab alasan utama kenapa gue nggak bisa membiarkan sesuatu yang menurut gue nggak sejalan dengan prinsip gue ini adalah karena gue yakin dari hati terdalam gue ada niat yang tulus yang bukan sekadar memberi makan ego agar gue tampak terlihat paling benar, bukan. I do care so much, justru.

For the last, i'm sorry if you guys couldn't get what i'm talking about, since it is something personal that i've ever wrote. Tapi satu yang pasti, gue sedang belajar untuk menerima ketidaksempurnaan sebagai sesuatu yang betul-betul bisa gue terima, dan bisa selalu gue do'akan agar menemukan sisi baik dan hikmah pada akhirnya (tentu sempurna dalam kadar manusia). Sebab hidup itu proses. Meski apa yang gue risaukan tetap bukan menjadi sesuatu yang bisa dibenarkan, tapi at least gue harus percaya dengan proses itu. Dan kuncinya seperti yang gue bilang, membiarkan rencana Tuhan bekerja sebagaimana mestinya—bersama dengan do'a kita.

Insya Allah.

You May Also Like

16 komentar

  1. Semoga Awl bisa belajar banyak hal dari proses hidup yang sedang dijalani ini ya 😊. Menerima ketidaksempurnaan memang nggak mudah, tapi seiring berjalannya waktu pasti kita bisa beradaptasi dengan hal tsb karena pada dasarnya, otak manusia sangat mudah beradaptasi akan hal yang baru hahahaha.
    Anyway, kita nggak akan pernah bisa mengubah seseorang menjadi seperti yang kita mau jika dari dalam diri orang tsb tidak ada kemauan untuk berubah. Jadi daripada makan hati menuntut perubahan, lebih baik dibawa dalam doa agar Tuhan yang sentuh hatinya 😁
    Percayalah tangis dan doamu nggak akan pernah sia-sia, Awl. Tetap semangat untuk mendoakan orang-orang yang kamu sayangi ya 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Lii, thank u so much untuk kalimat-kalimat hangatnya🤧
      Aku belajar banyak banget dari ini, untuk bisa lebih sabar dan lebih terbuka lagi akan kenyataan hidup, bahwa nggak semua hal bisa berjalan sesuai dengan keinginan kita. Apalagi kalau berkaitan dengan individu lain.

      Aamiin, semoga niat baik yang aku miliki bisa terjaga, nggak hanya dituliskan di blog, tapi juga selalu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Once again, makasi banyak kak Liaa!🤗💕💕

      Hapus
  2. Yap, kalau apa yang kita ingatkan tak memberi pengaruh banyak, itu sudah giliran tugas Tuhan. Tapi, saling mengingatkan wajib tetap dilakukan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyapp, mas Nandar. Saling mengingatkan tetap nggak boleh lupa, hanya saja mungkin sekarang caranya lebih berbeda sebab udah nggak punya harapan apa-apa lagi kecuali berharap sama yang Maha Membolak-balikan hati🤧. Dan tentu sambil memperbaiki diri sendiri juga.

      Hapus
  3. Aku ga tahu ini nyambung atau engga,
    tapi baru kemarin aku dengerin podcast sambil bermotor pulang kerja, inti temanya yaitu tentang kewajiban kita untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan hanya sebegitulah seharusnya, apapun respon atau feedback dari orang yg kita kasih tahu, itu bukan lagi menjadi masalah kita, kecuali memang bertanya karena ingin tahu lebih banyak.

    Lalu tentang bahwa manusia itu memang diciptakan sempurna dengan ketidaksempurnaannya. Manusia memang seharusnya tak sempurna, dan kalo hal itu yg selalu kita ingat, maka seyogyanya ketika ada teman atau orang-orang yang disekitar kita melakukan kesalahan yg kita ga suka, bersabarlah. Karena bisa jadi, teman atau orang dekat itu selama ini sudah lebih sering bersabar atas kesalahan yg pernah kita lakukan tanpa kita sadari.

    Selama kita hidup, selama itu juga kita akan selalu berproses dengan kesalahan-kesalahan yang kita atau oranglain lakukan, kemudian belajar, lalu menjadi lebih baik, naik level lagi, dan begitu seterusnya.

    Awl,
    semangat!

    dan terimakasih udah menulis lagi, kuselalu senang baca tulisan terbarumu!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Ady, aku terketuk banget. Bener juga ya, bisa jadi teman atau orang terdekat kita selama ini sudah lebih sering bersabar atas kesalahan yg pernah kita lakukan tanpa kita sadari😥. Dan sebetulnya tanpa masalah inipun mungkin aku nggak akan sadar bahwa ada juga kekurangan yg selama ini udh diterima orang lain tanpa bilang apa-apa. Makasi banyak kak Ady udah mengingatkan🤧

      Kalau untuk bantu mengingatkan yang baik-baik, aku akan belajar untuk lebih sabar dan ikhlas lagi, supaya nggak terkesan judgmental sama orang lain. Ini PR yg berat sih, karena pasti ada kalanya kita nggak sadar udah memandang orang lain buruk, but i'm trying my best untuk bisa naik level ke arah yg lebih baik😊

      Sekali lagi makasi banyak kak Ady!😍

      Hapus
  4. Saya ngga ngitu ngerti konteks tulisannya apa, tapi saya nangkapnya ini tentang kesadaran Aina bahwa sebagai manusia kita tidak selalu benar. Jika benar begitu, baguslah. Saya sering mengatakan bahwa saya bukan pisat kebenaran. Jangan jadikan omongan atau tulisan saya jadi rujukan utama dalam bersikap. Baiknya dijadikan komparasi dari referen yang temab punya. Itu juga berlaku kalo ada teman yang meminta saran dan bantuan. Takutnya saya kayak Jipyeong 😅

    Ohya, saya mau kasih penggalan ayat yang mungkin Aina sudah pernah dengar. Semoga bermanfaat:

    Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra'd:11).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha saya nggak tau apa-apa tentang Ji Pyeong malahan, Hul, ketinggalan selangkah nih soal perdramakoreaan😆

      Terima kasih banyak Rahul atas pengingatnya😍 kadang saya suka lupa, kalau nggak semua orang bisa sama dan bisa benar sesuai apa yang saya pikirkan, jadi dengan masalah ini tentu saya jadi belajar lebih banyak lagi untuk menyadari akan sisi ketidaksempurnaan manusia. Sekali lagi terima kasih sudah mengingatkan ya, Rahul😊

      Hapus
  5. Aamiin kak Awl, semoga apa yang kita harapkan semua tercapai dengan sebuah proses yang tidak akan mengecewakan pada diri dan orang banyak. Semoga perubahan itu dapat segera merubah keadaan nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, terima kasih banyak do'a dan harapannya kak Andy. Semoga berbalik juga untuk kak Andy dan orang-orang di sekitar ya, agar kita semua bisa saling berkembang menjadi individu yang lebih baik lg kedepannya🤧😁

      Hapus
  6. Selamanya kita tak bisa mendikte orang lain sebab yang ada di pikiran kita dan orang lain pasti berbeda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyapp betul kak El, hanya saja kadang kala pada praktiknya ego manusia sendiri yg menutupi realita bahwa tidak semua dari kita bisa sama cara berpikir dan tindakannya. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu sadar akan perbedaan itu, Aamiin. Makasi banyak kak El sudah mampir!😁

      Hapus
  7. Hola Awl.. maaf yah baru mampir.. heheh

    Maaf sebelumnya, kalau aku salah tangkap.

    Iyah kadang orang lain bisa bertindak kurang menyenangkan. Tapi semisal status dia adalah kawan baik kita. Alangkah lebih baik diingatkan dengan cara yg baik.

    Tapi terkadang ada banyak tipe orang di bumi ini. Kita memang nggak punya hak buat nyetir mereka bagaimana harus bertindak.. tapi saya rasa saling mengingatkan itu kuncinya..

    Semoga sehat selalu Mba Awl atau Awl aja yah... heheh 😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo mas Bayu, it's okay mas, weheheh😁

      Iya mas, aku setuju, kita nggak punya hak untuk menjadi pilot atas hidup mereka karena sesungguhnya itu udh di luar batas dari yang bisa kita kontrol selama ini. Insya Allah aku bakal tetap mengingatkan dengan cara yang lebih lembut, supaya nggak terkesan menggurui dan paling benar, karena aku sendiri pun pasti banyak kurangnya🤧

      Aamiin, panggil aku Awl aja mas Bayu, biar akrab😆 wkwkwk. Semoga sehat juga ya mas, selamat menikmati libur tahun baru!😁🎆

      Hapus
  8. Tersirat sekali ini tulisannya Awl.. But, aku nangkepnya km sedang kecewa yaa. Semoga apa yg mengecewakanmj tetap membuatmu bersiako baik padanya.

    Ketika menghadapi ketika begitu, dikasih tahu nggak mempan atau kita sungkan ngasih tahu, memang jalan lainnya adalah lewat doa tentunya. Ibuku pernah berdawuh, bacakan yaa lathiif ketika ingin meluluhkan kerasnya jiwa. Semoga bisa demikian..

    Sehat selalu ya Awl.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Ghiiin, mbak Ghina selalu bisa ngerti tulisanku deh, huhu terharu😭🤧 Aamiin, insya Allah aku baik-baik aja mbak, justru aku memang harus bersikap lebih baik dari yg biasanya. Karena selama ini aku yg bermasalah dengan diri sendiri.

      Aamiin, mbak, semoga apa yang dido'akan bisa terkabul, dan nggak hanya individu lain yg dapat berkembang ke arah yg lebih baik, tapi juga diriku sebagai manusia😊 eheheh.

      Makasi mbak Ghinaa, sehat-sehat selalu juga untuk mbak dan keluarga yaa🤗

      Hapus