Menjadi Manusia

by - November 30, 2020

 

Menjadi Sebaik-baiknya Manusia

Sudah beberapa waktu kebelakang ini gue merasa sangat kosong. Banyak hal yang ingin gue tulis, tapi entah kenapa ketika diurai satu persatu nggak ada yang bisa gue tuliskan sama sekali. Postingan mengenai komentar sosial yang biasanya gue publish pun kira-kira udah dua bulan ini nggak gue lakukan. Kenapa? Karena  isi kepala gue rasanya mau meledak (selain kenyataan bahwa gue memang nggak bisa juggling terus menerus dari tanggung jawab gue yang lain). Saking penuhnya, seringkali nggak tahu lagi apa saja yang gue pikirkan. Maka dari itu, sepanjang waktu ini gue nggak banyak mengikuti perkembangan berita di media sosial, and that's why kalau teman-teman menyadari, gue hanya memposting tulisan yang ringan-ringan, yang memang mencerminkan hobi gue, seperti postingan tentang Kaligrafi Jepang, dan yang baru-baru ini gue publish, Unlock the Key: Neoclassical Metal Versi Isyana Sarasvati?.

Sejujurnya, gue masih nggak menyangka bahwa tahun 2020 ini benar-benar 180 derajat berbanding terbalik dengan tahun sebelumnya, dimana pada sepanjang tahun 2019, bisa dibilang kegiatan gue full. Beberapa bulan di awal tahun 2019, gue dapat kerjaan sebagai tutor untuk salah satu lembaga pelatihan kerja di sekitar kampus gue. Meski dari segi penghasilan nggak sebesar saat gue jadi freelance writer di awal tahun ini, tapi feel-nya sangat terasa berbeda karena pekerjaan itu gue lakukan rutin selama tiga bulan, dan tentu secara tatap muka. Ditambah gue melakukan pekerjaan itu bersama teman-teman sesama tutor yang juga sohib segeng dan sekelas gue. Setiap kali mengajar, gue seperti mendapatkan energi baru dari murid-murid yang semangat banget ingin magang di Jepang, meski mereka tau kehidupan disana nantinya pun nggak akan mudah. Padahal beberapa di antara mereka usianya masih sangat muda di bawah gue. Gue juga sempat mengikuti kegiatan KKN selama empat puluh hari pada pertengahan tahun, tinggal satu rumah dengan sepuluh teman-teman baru satu kelompok yang membuat keintrovertan gue sangat sangat diuji saat itu.

Sambil kerja part-time, kehidupan perkuliahan gue pun berjalan baik-baik aja seperti biasanya. Meski gue harus tetap struggling dengan kemampuan yang sangat terbatas alias nggak berkembang banyak, semuanya ketutup sama rasa syukur gue atas kesibukan yang bermanfaat. Bahkan setiap saat gue mengalami turbulence nih, baik dalam persoalan akademik, pekerjaan, dll, gue merasa bisa mengatasinya dengan baik. Eventually, meski banyak masalah juga, at least ada ending yang bisa gue dapatkan. Sementara sekarang.. gue merasa nggak ada akhirnya. Kita masih harus hidup begini, berjarak dengan ketidakpastian. Petinggi-petinggi negara yang semrawut, regulasi yang serba tumpang tindih, masalah financial yang nggak ada habisnya, selalu gali lobang tutup lobang, belum lagi rencana-rencana yang gagal. Bahkan rencana yang baru dibangun untuk menyesuaikan dengan keadaan aja belum pasti bisa terealisasi. Lihat, kan, lagi-lagi seperti a never-ending journey.

Jangan tanya berapa banyak gue menangis dan sakit di tahun ini, karena kadarnya pastilah berkali lipat lebih sering dari tahun-tahun sebelumnya. Kalau gue boleh trackback lagi, tahun lalu gue banyak menangis karena hal-hal yang berkaitan dengan individu lain. Well, gue memang nggak bisa menyalahkan bahwa sepanjang tahun ini hanyalah mimpi buruk, karena biar bagaimanapun dari kacamata duniawi, gue masih bisa hidup dengan hati yang tenang dua bulan di awal tahun. 

Gue punya waktu cukup dengan keluarga di hari ulangtahun gue, gue pun bisa mendampingi sahabat gue di pernikahannya dari mulai persiapan sampai pertengahan acara (karena setelah itu gue sudah harus segera pulang), gue juga masih sempat merasakan gimana praktik ngajar langsung di SMA meski murid-muridnya lumayan menyebalkan, dan seperti yang gue mention di atas, pertama kalinya di bulan Februari gue dapat job baru sebagai penulis lepas yang mana pertama kali pula gue dapat gaji di atas 1jt. Biasanya pasti di bawah itu mengingat gue hanya freelancer, so i was really grateful. Tapi lagi-lagi inipun nggak bertahan lama karena gue overwhelming dengan dunia virtual.

Ternyata Tuhan memang punya cara-Nya tersendiri untuk menunjukan betapa Maha Kuasa Zat-Nya. Dia seolah ingin mengingatkan kita bahwa planet ini berputar bukan hanya secara fisik, tapi secara spiritual. Dalam esensi kehidupan itu sendiri sejatinya dunia selalu berputar tanpa henti bersama kita. Dan ini sebabnya kenapa gue bilang di atas bahwa dari kacamata duniawi, hidup gue tenang hanya saat dua bulan pertama. Karena dari kacamata spiritual, gue tahu jelas banyak sekali pelajaran yang bisa mendewasakan gue tahun ini.

Pertama, tentu gue jadi bisa lebih mengenal diri gue sendiri dalam segala kondisi. Senang, haru, sedih, rindu (dan rindu ini sendiri banyak cabangnya), sakit, frustrasi, insecure, desperate, gelisah, takut, kecewa, sesal, trauma, dan masih banyak lagi. Gue jadi lebih punya banyak waktu untuk berkontemplasi atas apa yang selama ini tersimpan dalam diri gue, dan apa saja yang sudah gue kerjakan, baik yang membawa manfaat atau keburukan bagi diri gue dan orang lain. Mungkin tanpa adanya pandemi ini, gue justru nggak bisa sadar bahwa gue punya banyak rasa yang selama ini gue abaikan. Bahkan gue jadi lebih bisa berdiri di atas kedua kaki sendiri. Gue jadi lebih sabar dan lebih tahu makna cukup in everything. Dan gue tentu bisa lebih berdamai dengan diri gue. Meski ada satu ilmu yang sampai saat ini—dan mungkin seterusnya—masih sulit gue kuasai, yaitu ikhlas, ikhlas, dan ikhlas, tapi at least i know i'm on my way and now i've found the right track already.

Gue semakin sadar rasanya jadi manusia. Manusia si tempatnya salah, manusia yang punya banyak rasa, manusia yang selalu memendam rasa-rasa itu, manusia yang selalu pura-pura, manusia yang seharusnya cukup berperilaku sebaik-baiknya manusia, manusia yang tahu kemana seharusnya ia kembali saat diri sudah nggak lagi berdaya menempa kerasnya hidup. Nggak merebut "job" Tuhan dengan menghakimi sesama manusia lain (itupun Tuhan nggak dengan lantas menghakimi hamba-Nya jika kita berdosa). Iya, yang kita ingat dari Tuhan itu seringkali hanya bagian yang menakutkan dan menyeramkan. Kita lupa, bahwa Dia Maha Penyayang dan Maha Baik. Kenapa manusia-manusianya malah berlomba-lomba jadi Tuhan dengan bertindak beseberangan?

Nggak menganggu makhluk-makhluk lain yang hidup di sekitar kita, itu juga tugas kita sebagai manusia yang sering sekali dilupakan. Manusia pikir, kita hidup hanya untuk diri sendiri, apa-apa bisa dieksploitasi dan dijadikan uang. Untuk apa? Untuk memenuhi ego manusia. Bahkan nggak hanya binatang dan tumbuh-tumbuhan, manusia lain yang dianggap lemah dan nggak selevel dengan manusia-manusia sombong ini, bisa dieksploitasi juga selagi menguntungkan.

Kembali soal gimana gue survive di tahun ini, gue betul-betul diingatkan tentang bagaimana seharusnya gue bersyukur ketika sampai saat ini masih diberi kesempatan hidup oleh Allah, di saat jutaan orang di luar sana mesti terinfeksi virus—yang sadly sampai saat ini masih juga disepelekan oleh sebagian orang Indonesia. Lalu cukup.

Enoughness yang gue rasakan hikmahnya sepanjang tahun ini lebih besar dari sekadar cukup yang gue tahu selama hidup. Bukan hanya cukup dalam uang, bukan juga cukup tahu kayak lagu Rizky Febian. Tapi cukup, literally cukup menjadi manusia. Ketika kita merasa sedih, ya sedih aja. Ketika bahagia, sebisa mungkin tetap merunduk dan bagi kebahagiaan itu dengan orang lain yang membutuhkan. Tapi ketika kita lagi depresi, ya nggak apa-apa juga untuk merasa begitu dan meluapkan semua emosi yang tertahan di hati, cause it's pretty normal. I've been there. Bahkan alasan kenapa di tahun ini gue banyak menangis, ya salah satunya karena gue merasa depresi dengan segala rencana dan pencapaian yang nggak sejalan dengan harapan. Gue selalu merasa kurang. Kurang cukup, kurang cerdas, kurang baik, kurang berusaha. Sampai akhirnya gue belajar tentang enoughness itu sendiri.

Selama ini gue merasa kurang, karena gue menolak untuk merasa cukup. Gue pikir cukup adalah kurang, nggak bisa memuaskan diri. When i can't afford something i'm craving for, artinya gue kekurangan. Sama ketika gue selalu menyalahkan diri sendiri atas berbagai kegagalan, gue menganggap diri gue kurang. Padahal nggak semua harus diukur dengan lebih dan kurang, kalau kita tahu rasanya cukup. Saat gue nggak bisa beli sesuatu yang gue dambakan karena harganya terlalu mahal, gue bisa beli sesuatu yang harganya di bawah itu atau nggak sama sekali, karena apa yang gue dambakan itu belum tentu berguna bagi diri gue. Mungkin aja kehadirannya bisa digantikan oleh sesuatu yang lain yang sama bermanfaatnya, dan itu cukup. Ketika gue nggak sanggup makan McD sering-sering (ya tekor juga dong tiap hari makan fast food), gue bisa makan-makanan lain yang lebih affordable. Makan di warteg atau di warkop dekat kost gue, misalnya, it's more than enough untuk perut gue. Lalu ketika gue menganggap diri gue bodoh karena belum punya sertifikat Noken/JLPT—sebetulnya dalam hal pengetahuan memang kita selalu perlu haus dan nggak boleh merasa cukup gitu aja sebab ilmu apapun luas sekali jangkauan dan maknanya, harus selalu kita gali. But in order to keep me sane dan supaya gue bisa menghargai diri sendiri, gue harus sadar bahwa saat ini Tuhan mencukupkan gue (bahkan melebihkan gue) dengan keahlian yang lain. I can write, i can sing (paling nggak untuk menghibur diri sendiri), and that's enough.

Berkaitan dengan spiritual journey, gue pun semakin menyadari bahwa sebagai manusia, hamba-Nya Allah, langkah kaki kita nggak akan pernah bisa jauh dari Dia yang punya kuasa atas hidup kita. Dengan segala kesemrawutan dunia yang gue tangisi, satu-satunya yang bisa menenangkan dan memberi harapan adalah Tuhan. Bahkan di saat gue sedang jauh pun, Dia masih mau merangkul gue untuk kembali di jalan yang Dia restui. 

Tahu, nggak? Tuhan itu cemburu sama kita yang selalu mengagung-agungkan kenikmatan duniawi, yang selalu lupa atas keberkahan rezeki yang dilimpahkan terhadap kita. Cemburu karena kita jarang sekali mengingat keberadaan-Nya. Sampai-sampai kita sendiri lupa bahwa kita hanyalah seonggok daging yang lemah jika hidup tanpa arah dan pegangan. Satu hal yang gue pahami hingga detik ini, when we're trying our best to get close to God and asking Him to love us, Dia akan menyayangi kita lebih dari yang kita pinta, and it happens to me as well.

Pernah di suatu momen gue sudah sangat lelah dan ingin berserah, sampai-sampai do'a yang tersisa di akhir sujud gue hanyalah satu, "ya Allah, tolong rangkul saya. Saya ingin Kau peluk, ya Allah. Bantu saya."

You know what? Selalu ada jalan untuk gue nggak melakukan kesalahan yang selalu gue ulangi, bahkan sampai ke hal detailnya. Semacam langsung diarahkan ke jalan yang seharusnya, dan saat itulah gue tahu, terlepas dari segala dosa, problema dan kekhilafannya, manusia adalah makhluk yang paling Dia sayangi jika kita bergantung kepada-Nya, menempatkan wujud-Nya tepat di hati kita sebagai pegangan. Dan kembali mengingat-Nya dengan sungguh-sungguh adalah cambuk yang sangat keras bagi gue setahun kebelakang ini. Dari sini gue semakin belajar rasanya jadi manusia.

Manusia yang sabar, yang nggak dzalim atau merugikan orang lain, manusia yang mau selalu berbagi dengan orang lain, manusia yang nggak pernah lupa dimana kakinya berpijak dan dari apa mereka berasal, manusia yang punya beragam emosi, manusia yang nggak sekadar hidup dengan asal, manusia yang punya lebih dari segudang kesalahan, manusia yang bisa dan mau untuk selalu belajar dari kesalahan-kesalahan itu, manusia yang diberi privilege berupa nalar yang seharusnya digali dan dimanfaatkan dengan baik, manusia yang selalu kekurangan tapi sebetulnya selalu dicukupkan, manusia yang tahu mana yang baik dan benar, serta mana yang buruk untuk dirinya. 

Iya, gue tahu, berat memang tugas kita untuk "selamat" dari macam-macam ujian yang ada, dari yang ringan sampai yang paling berat sekalipun, but that's just how life works, man. If we succeed, we can get everything priceless. But if we don't pass, we gotta pay for all of the bad deeds that we have done in our entire lives. Gue pun masih berusaha untuk kesana, masih belum sempurna dalam kadar manusia, tapi gue tahu ada Zat yang Maha yang selalu membersamai langkah gue saat orang lain nggak bisa memberikan ketenangan yang sama besarnya dengan ketenangan yang Dia berikan untuk diri gue. So, 2020 betul-betul memberi gue banyak pelajaran, baik secara fisik, mental, maupun spiritual yang nggak akan pernah bisa gue lupa.

Dulu, setiap kali ditanya sama orang apa motto hidup gue, gue selalu kelimpungan mencari quotes yang tepat yang dapat mewakilkan hidup gue. Ya iyalah, wong masih cilik mana ngerti hidup. Tapi sekarang, kalau ada orang yang bertanya ke gue apa motto hidup gue, i can simply answer; jadi sebaik-baiknya manusia.

Now, could you share to me what does "being a human" mean in your version? Are we actually in the same boat of life?

You May Also Like

26 komentar

  1. Tahun 2020 ini memang rasanya berat banget yaa Awl.. Kadang seharian merasa biasa aja tapi tiba-tiba air mata netes pas mau tidur ahaha..

    Aku setuju banget dengan apa yang Awl tulis di sini. Menjadi manusia itu tugas yang sangat berat memang yaa.. Apalagi belakangan ini lihat di sana-sini kok kayaknya banyak banget manusia yang ga bisa memanusiakan manusia lainnya. Walaupun mungkin ga ada di sekitar kita, tapi rasanya sesak aja tahu ada banyak orang-orang seperti itu di dunia ini.

    Apapun yang terjadi, semoga kita semua kuat menghadapi ini yaaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huhu iya kak Eya, mungkin sakitnya udah terlanjur nggak dirasa sampe tiba² nangis sendiri padahal gak ada kejadian yg bikin mewek di hari itu:') Aku rasa tantangan tersendiri tahun ini tuh untuk semua orang🤧

      Ternyata ada hikmahnya ya kak, kita main medsos itu, atau let's say hidup di tengah²nya. Kita jadi tau bagaimana semrawutnya kehidupan di luar sana, supaya at least kita bisa bercermin dan sama² menguatkan diri🙁
      Aamiin, semoga kita selalu diberi kesehatan dan kesadaran untuk tetap berperilaku selayaknya manusia biasa ya kak Eya🤧😍

      🤗🤗🤗🤗

      Hapus
  2. Awl, tulisannya panjang tapi kok aku tamat dalam sekali baca ya?hehe..
    everytime, tulisanmu seperti menuliskan apa yang selama ini kufikirkan. jadi, ya.. aku satu pandangan denganmu untuk... semuanya.

    ----
    Hidup itu sebenarnya sederhana, tapi seringkali karena kita memiliki otak yang mampu berfikir jauh dibandingkan makhluk lainnya di bumi ini, selain melahirkan inovasi, disisi lainpun melahirkan kerumitan-kerumitan yang tidak perlu.
    Seperti misalnya internet dan sosial media. teknologi ini tentunya dibuat untuk memudahkan hidup manusia, perputaran informasi yang cepat dan mudah didapat, tapi disisi lain menjadi rumit misalnya sosial media yang melahirkan kebutuhan akan popularitas dan pengakuan (for most of people), kalo ga dapet likes atau comment, jadi merasa gagal, akupun termasuk didalamnya, padahal kalo difikir lagi, hidup itu kan yang penting adalah kebutuhan jasmani dan rohani terpenuhi misalnya makan cukup, sehat, pikiran tenang.

    Sama seperti awl, hidupkupun jadi berasa hectic banget, harus ini dan itu agar bisa ngejar target duniawi ini dan itu. tapi disisi lain, akupun mulai belajar untuk menyederhanakan hal-hal yang sebetulnya bisa dibuat simpel seperti kebutuhan akan sandang dan pangan, itu semua agar isi kepala ini bisa punya ruang lebih untuk mengerjakan hal-hal yang memang masih susah untuk disederhanakan.

    Dan akhir-akhir ini aku mulai menyadari sesuatu:
    Ternyata dunia ini semakin dikejar malah semakin meninggalkan kita, kenapa? karena memang begitu, karena pada akhirnya kita tetap akan meninggalkan dunia ini, paling lamapun mungkin sekitar 70tahunan, bisa lebih singkat lagi.
    dan disisi lain, ternyata semakin kita nambah umur, semakin dekat juga dengan akhirat yg dibuka dengan gerbang bernama kematian. dan itu adalah kepastian.

    Mungkin memang begitulah kita sebagai manusia, manusiawi, betapapun kita menyadari hal itu, kita tetap mengejar duniawi yang sebentar dan mengesampingkan akhirat yang makin kesini makin kita dekati dan akan selamanya disana.

    Aku doakan semoga kita bisa memahami itu dan kedepannya bisa membuat prioritas akan hidup disini dan yang akan datang.

    Awl...i wishing you all the best and you are not alone.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lucu ya kak Ady, kalau dipikir pikir, manusia malah terjebak dalam sistem yang mereka buat sendiri. Let's say teknologi dan segala digital platform di dalamnya. Nggak ada yang menyuruh kita untuk mencari validasi di sana sebetulnya, orang Tuhan aja menginginkan kita tetap jadi apa adanya kita tanpa pengakuan dari orang lain:') Tapi itu dia, perubahan besar nggak bisa dielak dan mau nggak mau meski perubahan itu bagian dari sebuah peradaban, kita mesti punya barrier dan filternya tersendiri supaya nggak terseret terlalu jauh dengan sistem yang sudah dibuat.

      Dan yess, setuju, sebetulnya kalau kita bisa menyederhanakan hidup kita menjadi lebih mindful rasanya tenang banget ya kak. I mean pekerjaan pun seharusnya nggak akan terasa terlalu berat karena fokus kita sedikit bergeser. Aku selalu salut sih sama org2 yang nggak take too much control di media sosial, sehingga mereka bisa betul betul fokus dengan kehidupannya dan bahkan menjadi lebih cukup dan sederhana terlihatnya. Nggak banyak neko neko:D Semoga meski banyak badai yang menerjang sekalipun, kita tetap bisa ada di pijakan kita tanpa terombang ambing kembali dalam persoalan yang "duniawi". Hehehe

      Aamiin, meski terlihatnya sulit untuk bisa memaknai hidup dengan lebih cukup, tapi akupun berdo'a semoga siapapun di luar sana yg tengah menghadapi masa sulitnya bisa menemukan maknanya sendiri untuk menjadi lebih baik dari yg sebelumnya:') and you too, kak Ady, wish you all the best things ahead. Makasi banyak untuk tulisannya yang hangat, kak Ady:)

      Hapus
  3. Saya seperti melihat diri saya sendiri di tulisan ini. Perasaan insecure, kecewa, mewek gak jelas, dan merasa segala hal numpuk di kepala tapi gak bisa dikeluarin. Tahun ini memang banyak rencana yang teralihkan dan belum tahu apa ujung rencana-Nya. Tulisan yang bagus banget mba, nice!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sending virtual hug to you, mbak Laela<3
      Mungkin tahun ini jadi salah satu tahun dimana sedikit banyaknya kita bisa merasakan penderitaan yang kurang lebih sama ya. Anxiety, depression, all tears, semoga semua kesedihan itu Allah ganti dengan cerita yang lebih manis di tahun tahun berikutnya, Aamiin. Thx mbak Laela! Semangat terus, yukkk!;)

      Hapus
  4. Awl, glad to know that!
    Finally, you find another thing inside you. Learning is a long journey, sampai ajal menjemput.

    Aku suka sekali dengan cerita-cerita seperti ini. Cerita orang-orang yang g menyerah dan terus berusaha, karena tahu kalau cahaya itu masih ada, bahkan dalam kegelapan sekalipun. Kamu berusaha dengan sangat keras Awl, so proud!!!
    Dan tiba-tiba aku keinget sama salah satu slogan favorit temenku, "2020 mungkin suram, tapi kita sudah pastikan bahwa kita berkembang."

    Ps: btw, aku kok g dapat update-an postinganmu di reading list ya? Pas aku main ke sini, loh loh.. udah ketinggalan banyak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you so much mbak Pipiiit *ngusapingusdulusakingterharunya:((**

      Teman mbak bener banget, tahun ini mungkin suram bagi sebagian orang, tapi kita pasti berkembang. so do i, nggak mungkin aku bisa menuliskan ini kalau aku nggak berkembang, hikssss:'(( Semoga kita tetap menjadi bagian dari manusia yang selalu mau belajar dari long journey ini ya mbak Pipit, apapun circumstancesnya.

      Walah iyakah? Kenapa yaa huhu, aku nggak ngerti sih sistem reading list di blogger gimana. Soalnya beberapa teman blogger yang lain juga banyak yang postingannya nggak muncul di listku, padahal pas visit blognya banyak postingan baru, hmmm. Sampai skrg masih belum munculkah mbak?:(

      Hapus
  5. Meski tidak sedalam tulisan biasanya, ada satu hal yang cukup menarik yang saya notice kali ini. Aina belajar komedia darimana? 😅

    Mulai dari Rizky Febian sampai i can sing (paling tidak untuk menghibur diri sendiri) 😅. Meski tipis-tipis, tapi ini cukup buat jadi moodbooster untuk saya 😁

    Manusia memang tidak diciptakan untuk sempurna, Aina. Jangan jadi orang yang ingin lebih baik dari orang lain. Tapi jadilah lebih baik dari dirimu yang kemarin. Menangis, marah, senang, sedih, itu wajar. Itu bukti bahwa kita masih manusia, masih punya perasaan. Saya malah takut kalo ada orang yang cuma bisa ketawa terus 😁

    Tangan kita terlalu pendek untuk memeluk dunia, jadi peluk saja orang sekitar yang menyayangi kamu, Aina. Saya sudah macam bapak-bapak yang menasehati anaknya. Tapi saya rasa, semua orang pantas bahagia. Jadi kalo saya bisa jadi pemicunya, kenapa tidak.

    Ohya, agak oot. Aina suka nonton stand up comedy? Kalo iya, komedian/special favorit Aina apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Weleh weleeh, saya nggak ngira kalau tulisan secuil itu ada yang notice:D Percayalah, Rahul, in real life saya akan bisa jauh lebih receh dan humor dari itu, HAHAHAHAHA. Sok misterius banget ya anaknya, wkwkw:D (duh lg on laptop jadi susah gabisa banyak emot)

      Exactly, Rahul. Dibandingkan ingin menjadi lebih dari orang lain, saya justru ingin bisa terus berkembang menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Setidaknya saya bersyukur bisa menemukan itu lebih cepat sebelum terlempar terlalu jauh di lubang iri dan dengki, tinggal bagaimana mempertahankannya yang sulit:') Hehehehe rasanya pasien2 di RSJ pun nggak akan ketawa terus tiap hari, ya:D jangan sampe ada yg ketawa terus sepanjang hidupnya, bisa brabe, patut dipertanyakan.

      Wkwkwk, terima kasih saran dan nasihatnya, bapak. Tulisan seperti ini juga udh cukup bikin saya ketawa, Rahul. Thx, again ya! Tetap semangat untuk kita menyongsong masa depan yg masih panjang gemilang ini, Aamiin.

      Hmm saya suka nontonin stand up comedy, sih, ada beberapa yg favorit juga dulu tapi menurut saya nggak konsisten lucunya. Sejauh ini satu2nya yg tetap jadi favorit cuma Raditya Dika, sih. Entah kenapa gaya nulisnya nggak bisa hilang di ingatan, wkwk. Dulu saya juga korban gaya menulis Radit, Hul. Bahkan tulisannya dibikin mirip2 novel beliau, gara2 habis itu saya baru baca Manusia Setengah Salmon, kira kira kelas 1 SMA. Tapi entah udah kemana skrg tulisannya, hahaha. Pingin bisa nonton shownya suatu saat, semoga tercapai:D

      Hapus
  6. Selalu suka sama tulisan kamu yang blak-blakan, Awll (:

    Aku bisa relate sekali dengan tulisanmu ini. Tahun 2020 memang bukan tahun yang mudah buat kita semua, ya. Tapi Tuhan seolah-olah ingin bilang, "Eh Gue lho di sini". Dan iya sih, aku pun nggak mungkin bisa bertahan sampai di penghujung tahun ini tanpa-Nya. Aku bisa merasakan bahwa Tuhan bekerja dengan cara yang berbeda sepanjang tahun ini, namun itu tetap luar biasa banget.

    Dan aku ikut senang kalau kamu bisa menemukan diri kamu lagi di masa-masa ini. Congrats, Awl! :D terus semangat yak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tahun ini betul betul ujian yang luar biasa untuk kita ya, mbak Jane. Meski alur ceritanya berbeda beda, setidaknya kita bisa berempati dan merasakan satu sama lain sambil berpegang tangan:')) Tuhan memang selalu punya cara untuk membuat kita lebih sadar dalam melangkah dari yg sebelumnya. Semoga sampai kapanpun, dan dalam kondisi apapun, kita nggak terlepas lebih jauh lagi dari kekuatan-Nya, Aamiin..

      Timakaci banyak mbak Jane! Yokk semangatt, kita tutup tahun ini dengan senyum tenang dan ikhlas. Semoga banyak hal baik menanti di tahun berikutnya:D

      Hapus
  7. Mba, sepertinya, tahun ini benerbener menjadi sangat berat untuk beberapa manusia ya.

    atau, tahun ini saja yang membuat kita kebanyakan berpikir? padahal sebenernya tahun ini sama saja dengan tahun sebelumnya, hanya bedanya, kita jadi banyak berpikir saja.

    entahlah ya :')

    tetep berusaha untuk menjadi sebaik-baiknya manusia ya, mba.

    salam kenal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beraaaat banget, mas. Kalau bawa barang yang berat setidaknya kelihatan bebannya, tapi ini nggak kelihatan sama sekali tapi cukup dirasa pun beratnya nggak ketulungan:(

      Menurut saya tahun ini memang terasa lebih spesial, karena bisa saja kesulitan yang orang lain lebih banyak rasakan di tahun sebelumnya betul betul kita rasakan sekarang. Ekonomi menurun, korupsi masih dimana mana, banyak pekerja yang dipecat dan diPHK, banyak org yg sakit dan meninggal dengan cara terkena virus seperti ini. Tapi saya setuju kalau tahun ini membuat kita lebih banyak berpikir. Karena keadaan keadaan tadi secara tidak langsung membuat kita memikirkan berbagai kemungkinan yg akan terjadi, plus yang sudah terjadi dan sulit diterima. Tapi yah, apapun itu, kita tetap harus berjalan dan nggak boleh berhenti untuk berusaha menjadi manusia waras dan yapp, sebaik baiknya manusia:')

      Salam kenal juga mas Febri, terima kasih sudah berkunjung kesini:)

      Hapus
  8. namanya idup mba hhehe. isinya penuh perjuangan nih... semangatt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya nih, life is jihad. Harus banyak bersabar dan berusaha. Semangaatt!:D

      Hapus
  9. awllll, terimakasih sudah mengingatkanku untuk selalu bersyukur
    keinget diri sendiri juga, ada kalanya aku lupa "minta petunjuk Nya" dan dihadapkan dengan kesalahan yang sama lagi
    aku rasa manusia memang nggak pernah ada cukupnya ya, apapun itu. Memang kuncinya adalah paling nggak kita puas dengan apa yang sudah Tuhan berikan sampai saat ini, selebihnya berusaha lebih keras lagi untuk jadi yang lebih baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kembali kasih mbak Inuuun<3 *sending virtual hug*

      Mungkin karena nature-nya manusia gak pernah puas, jadi apapun selalu dikejar. Ada positif dan negaitfnya sih memang, tapi negatifnya itu dia, kita jadi lupa caranya bersyukur. Dan itu pasti sering terjadi di antara kita dan banyak orang di luar sana:') Semoga dalam kondisi apapun kita bisa belajar untuk selalu berkembang ke arah yg lebih baik dan lebih mensyukuri apa yg dimiliki sekarang ya mbak, Aamiin:)

      Hapus
  10. Kali ini cuma mau peluk Awl, hehehe. Karena komentar teman-teman lain kakak rasa sudah sangat cukup untuk diberikan ke Awl. Membaca tulisan Awl di atas, menjadi renungan juga agar kakak bisa selalu merasa cukup dan bersyukur akan hidup kakak 💕

    You can do it, Awl.
    This too shall pass.
    Semangat, sayang! 😉

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Enoooo, makaci banyaak! *big hug*<3
      Semoga kita selalu diberi kekuatan oleh Tuhan dalam menghadapi segala ujian hidup ini, Aamiin:)

      Sekali lg makasi banyak kak Enoo, hiks hiks. Siaap, semangat untuk kita semua!:'))

      Hapus
  11. halo kak. terima kasih ya sebelumnya karena sudah berkunjung di blog Reka :') aku gagal fokus setelah melihat foto profilnya, aku kira gitasav, mirip sekilas :D

    Tulisanmu mewakili perasaanku di tahun ini kak. Saking banyaknya peristiwa , musibah, dari awal tahun 2020- sekarang mau menyambut awal tahun 2021 manusia sepertinya masih dikasih peringatan sama Tuhan. Dan pada akhirnya menurutku semua nya bisa jadi bahan untuk refleksi diri & perenungan. btw, aku juga setuju dengan kalimat yang kk sampein diatas

    "Padahal nggak semua harus diukur dengan lebih dan kurang, kalau kita tahu rasanya cukup". wah rasanya aku seperti sedang bercakap dengan diri sendiri, kita sepemikiran kak :D

    BalasHapus
  12. Aa awl, sini sini peluk������ baca tulisan ini seperti baca diaryku 6 tahun yg lalu.

    Cuma mau bilang, nggak semua yg kita lihat duniawi itu bener2 hanya duniawi, karena bisa jadi dia jg urusan akhirat karena ada niat yg disisipkannya. Begitu jg sebaliknya yaa.

    Tuhan kadang memberi pernyataan jg ambigu mnrt kita. Kok disatu sisi Dia bilang Dia itu dekat, tp di ayat lain Dia bilang kita harus berlari (fafirru ilallah) Jadi dekat apa ngga sih?

    Kita mempertanyakan kedekatan Nya tp kita sering kali nggak menghadirkan diri utk merasakan kedekatan Nya. Iya nggak sih?

    Apapun yg kamu lakukan dan jalani sekarang semoga tetap mampu membuatmu dekat padaNya, kuat bersamaNya, dan tetap menjadi manusia seutuhnya. Semoga aku pun bisa menjadi manusia seutuhnya seperti yg km bilang nih. Biar jgn hanya raga aja yg manusia yaa.. Hihi

    Sehat selalu utk Awl ��

    BalasHapus
  13. Di saat yang kaya gini aku suka dengerin lagunya Miley Cyrus yang judulnya The Climb. Struggle parah, insecure, feeling not wealthy enough etc, tapi gimana kita harus tetep bertahan hidup kan? Kaya mau bagaimanapun kita sudah pasti otomatis bangun esok hari dan ngejalani kenyataan. Nggak ada pilihan lain selain keep going.
    Bisa bisanya aku komen kaya gitu sedangkan posisiku juga nggak jauh beda. Anyway Awl, istirahat bentar sambil enjoying our breath, akhir-akhir ini kehidupan kaya lagi fast-fastnya memang.

    BalasHapus
  14. Saya suka banget sama tulisannya mba, kurang lebih saya pun juga merasakan hal yang sama, sesuatu yang sangat sangat berbeda dari tahun tahun sebelumnya. Terlebih lagi di tahun ini harus merelakan kepergian dua orang yang sangat saya cinta dan sangat sangat berjasa dalam hidup saya. Berat? Banget. Kalo bisa dibilang tahun ini adalah tahun tahunnya pembelajaran, terutama bagi saya pribadi tentang belajar akan cara mengikhlaskan. Karena memang pada dasarnya kita semua hanya menunggu giliran untuk kembali pada-Nya, diri-Nya yang pemilik segalanya dan paling berhak atas diri kita. Sulit banget sih, butuh berbulan bulan lamanya buat saya bener bener bangkit, terlebih melihat tante saya yang juga sama terpuruknya menerima kenyataan ini dan alhamdulillah saya sudah ikhlas saat ini.

    Yap saya jug setuju, kita harus merasa cukup. Jangan selalu mempersoalkan akan ketidakberdayaan kita, toh kita hanya manusia, cukup berjuang sekeras mungkin sisanya berserah diri kepada-Nya. Allah yang paling mengerti kita bahkan jika dibanding dengan diri kita sendiri. Jika memang kita sudah berusaha namun belum mendapat sesuatu sesuai keinginan kita ya sudah pasti itu mungkin bukan yg terbaik dan setelahnya pasti Allah akan kasih yg terbaik untuk kita.

    Semangat ya mba Awl, terus menulis.

    BalasHapus
  15. Tahun 2020, banyak langkah yang terhenti, banyak usaha dan upaya dipaksa untuk gagal.

    Tulisan ini mengingatkan Saya yang dulu waktu masih seusia dengan Mba Awl, hanya saja penyebabnya mungkin berbeda. Karena pikiran-pikiran itu muncul ketika saya punya banyak waktu merenung(sedang lengang/ karena kesibukan yang tidak berarti) atau merasa kecewa dengan sesuatu yang belum saya sadari.

    Yah, ketika uang dan kesehatan sedang tidak berpihak atau bahkan meninggalkan, ternyata saya masih bisa kuat bertahan dan bangkit karena menerima rasa cinta dari orang orang yang saya sayangi.

    Semangat Mba Awl 😉

    BalasHapus
  16. Tahun 2020 hmmm memang tahun banyak ujian ya kak heheheh. aku pun merasakan tapi ya mau gimana lagi. Alhamdulillah 2020 ini bisa mengajarkan saya berbagai hal. Terimakasih kak artikelnya sangat bermanfaat
    Semangat nulisnya kak

    BalasHapus