Priority Chat

by - Oktober 19, 2020

Priority Chat

Adakah disini yang seringkali merasa risih kalau dapat pesan masuk, baik via e-mail, whatsapp, direct message, dsb, yang nggak straight to the point? Apalagi kalau awalnya cuma kirim P doang, hadeuh. Mudah-mudahan sih, nggak ya😂. Karena gue yakin yang masih menggunakan gaya mengirim pesan pakai P begitu bukan orang dewasa, melainkan anak-anak (beneran anak-anak lho👦🏻👧🏼). 

Well, sejauh ini gue udah nggak pernah mendapatkan inbox semacam itu, sih (cuma huruf P). Tapi ada beberapa etika dalam mengirim pesan yang baru-baru ini (obviously secara subjektif) gue sadari rasanya kurang sreg atau kurang merenah gimana gitu, serasa ada yang mengganjal.

Sejujurnya, gue kurang begitu suka dengan cara mengirim pesan yang nggak to the point, entah itu hanya dengan salam, atau manggil nama. Misalnya, benar-benar cuma "Assalamu'alaikum", nggak diiringi dengan maksud dan tujuan. Padahal, gue akan lebih menghargai dan welcome kalau pesan tersebut disampaikan langsung dengan maksud dan tujuannya. Nggak apa-apa kalau nggak mengucapkan salam, asalkan langsung ke poinnya, nggak basa basi dulu. Bahkan kalau mau pakai salam, tentu akan lebih baik—walaupun ini juga nggak harus menurut gue. Karena kuncinya adalah langsung kepada intinya, biar nggak bertele-tele. Semisal ada yang mau pinjam buku gue, bisa langsung memulai chat dengan begini; "Awl, lagi sibuk gak? Gue pinjem buku lu dong!", atau "Awl, mau tanya dong" kalau memang keperluannya hanya ingin menanyakan tentang beberapa hal. Karena gue orangnya santuy, kok. Jadi nggak perlu takut ganggu juga (kalau alasannya itu😂).

Entah sejak kapan gue mulai punya perasaan kayak gini terhadap persoalan bertukar pesan. Mungkin sejak ponsel gue pernah ada di mode rame pada suatu waktu dan gue bingung harus prioritasin chat room yang mana dulu. Oh iya, perlu gue ingatkan bahwa gue benar-benar hanya kurang suka dengan caranya, bukan orangnya. Soalnya semua orang yang nge-chat gue, udah pasti gue tahu orang baik, dan sebagian besar di antaranya memang gue kenal baik in real life😁. 

Sebetulnya ini masalah preferensi aja. Seperti yang gue sebut sebelumnya, mungkin beberapa orang ada yang merasa takut mengganggu, dan takut kesannya tergesa-gesa kalau langsung to the point. Bisa dibayangkan kok, kalau maksudnya berisi pesan yang berat dan mengagetkan, si penerima pesan bisa aja shock atau malah semakin nggak senang. 

"Apaan sih, udah lama nggak chatting-an tau-tau minjem duit," (misal yaa, wkwkw😉). Yah, setiap orang pasti punya preferensi yang berbeda soal ini. Ada yang risih kalau tau-tau minta dipinjemin duit, ada yang justru seneng karena nggak perlu basa basi (dan gue bagian yang ini🤣, masalah bersedia ngasih pinjem atau nggaknya kan gimana gue soalnya). Memang ada beberapa hal yang baiknya mungkin dikasih peringatan atau aba-aba dulu, nggak harus langsung inti. Tapi, again, depends on the context. 

Gue juga mengerti rasanya jadi orang yang nggak bisa langsung ke pada inti dan takut ganggu leisure time yang bersangkutan, karena gue dulu termasuk golongan yang satu ini. Dulu gue pikir terlalu tergesa-gesa juga kalau gue langsung menyampaikan tujuan tanpa basa basi. Maklum, kayaknya udah tabiat orang Indonesia kudu basa basi😂. Doe gue orangnya nggak suka basa basi, still, dalam obrolan secara langsung gue masih nggak bisa menghindari kebiasaan ini hanya untuk mencairkan suasana.

Tetapi seiring berjalannya waktu, sebagai penerima pesan yang mendapatkan inbox serupa cukup sering, gue mulai merasa hal ini cukup mengganggu. Kenapa? Karena sebetulnya berpengaruh juga untuk sender yang bersangkutan, yakni gue jadi nggak bisa memprioritaskan chat dari dia. Semisal gue lagi sibuk dan ada inbox lainnya yang lebih jelas dan lebih penting, pasti gue akan prioritaskan pesan yang lebih jelas tadi, walaupun jamnya lebih telat sekian menit. Nah, yang gue takutkan dari hal ini, kalau tujuannya ternyata penting tapi nggak langsung disampaikan, gue nggak bisa langsung baca karena menganggap ada yang lebih penting dari itu—karena gue punya skala prioritas tadi dalam membalas "chat".

Gue mencoba menyetarakan hal ini seperti saat kita kirim pesan ke dosen. Selama ini, seringnya yang nge-chat duluan pasti mahasiswanya kan, karena mereka yang butuh, bukan dosen. Dan setiap kali nge-chat beliau, pasti kita langsung sampaikan apa tujuan kita, entah itu mau mengumpulkan tugas, atau mau bimbingan. Supaya ketika nanti dosen tersebut baca pesan kita, beliau bisa langsung balas dan clear, deh. Kita pun bisa segera tau jawabannya langsung. Bukan maksud gue teman-teman harus menganggap gue dosen lho ya🤣, tapi maksudnya hal semacam itu kan udah pasti otomatis terjadi. Kalau kita butuh sesuatu, supaya cepat dapat respon ya kita utarakan apa keperluan itu, biar nggak terlalu lama harap-harap cemas menunggu. However, balik lagi sih, ini masalah preferensi. Inti yang sebenarnya adalah, gue takut nggak bisa memprioritaskan pesan yang penting dari teman-teman, hanya karena nggak langsung disampaikan si maksud dan tujuan tersebut. 

Soalnya nih, gue pribadi suka deg-degan duluan kalau dapet pesan dari orang yang udah lama nggak nge-chat gue. Semacam ada rasa takut kalau itu berita nggak mengenakan😅. Entah kenapa, tapi perasaan kayak gini emang real gue rasain tiap dapet pesan begitu. Terus bikin gue jadi menebak-nebak duluan, ini ada apa ya? Kenapa ya? Gue nggak ada masalah, kan? Padahal isinya mah biasa aja😂.

Karena berbagai alasan itu, sekarang otomatis gue membiasakan diri untuk nggak melakukan hal yang sama terhadap orang lain, alias langsung to the point. Misal, gue pengen catch up sama temen-temen, ya gue langsung tanya aja keberadaan mereka dan kesediaan waktu mereka, atau kalau gue mau tanya sesuatu perihal apapun, gue langsung tanyakan maksud gue.

Misalnya,
"Ne, lagi di rumah nggak? Bosen, nih, pengen main."
"Tor, aku mau tanya-tanya tentang skripsi, boleh gak?"
"Piw, lagi apa?" (nah kalau ini siasat mengirim pesan untuk yang lagi kangen sama sohib tapi gengsi bilang kangen🤣) *Paling udahannya sih gue tetep ketauan lagi nyembunyiin udang di balik batu. Nanti dijawab, "lagi rebahan nih, nape? Kangen yak?" semacam gitu lah😆

Lastly, gue nggak ada maksud untuk "memaksa" teman-teman agar sama preferensinya dengan gue, kok. Gue hanya ingin berbagi tentang apa yang menjadi keresahan gue, specifically dalam bertukar pesan. Gue juga nggak akan semata-mata membenci teman gue saat itu juga kalau pesan yang dia kirim nggak bisa langsung diutarakan, gue tetap maklum. Sebab setiap orang punya alasan dan caranya tersendiri dalam mengirim pesan, kan. Yakali kalau sampe marah-marah, egois banget dong gue😫.

Untuk teman-teman sendiri gimana, nih? Apakah ada hal yang buat kalian risih juga saat chatting atau saat nerima pesan?

You May Also Like

38 komentar

  1. Aku sebel banget kalo ada yang ngechat "P" gitu hahaha, mungkin perlu belajar etika dalam chat lagi...

    Setuju sih sama kamu kalau aku lebih suka sekali momen chatnya langsung to the point. Tapi bedanya, kalo orangnya cuma ngechat "Beel" doang dan nggak bales lagi malah bikin penasaran banget😪

    Tapi bisa juga sih ada yang ngga enakan sama kita, mungkin dia merasa kalo to the point kok kayaknya buru-buru banget gitu. Kalau dia jarang ngechat aku, masih wajar. Tapi kalau keseringaaan, langsung kutegur hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin dia pikir kita bot kali ya, yang sekalinya kirim chat asal doang bisa langsung dibalas🤣

      Ah iyaa, itu juga bikin penasaran banget, sering jg ada temen yg manggil doang dan sekalinya dibales cepet doi malah ilang lama. Emang bukan termasuk orang yg jaraaang banget kontekan sih, tapi tetep aja jadi penasaran juga😆. Setidaknya masih bisa dimengerti ya kak, kalau memang ybs punya keperluan dan jarang banget ngechat kita. Asal jangan keseringan aja😂

      Hapus
  2. OMG.. Itu chat pakai P bukannya jaman blackberry yaah 🤣

    Thankfully nggak ada yang chat demikian ke kakak. By the way, kakak sama seperti Awl, prefer orang chat to the point ke kakak 🙈 -- biasanya kakak pun demikian soalnya.

    Kalau chat dimulai dengan pembuka, isi dan penutup biar yang terima langsung sekali baca hahahaha. Mungkin karena kebiasaan itu, teman-teman dan keluarga kakak jadi terbiasa melakukan hal yang sama. Mereka sudah nggak ada yang chat hanya panggil doang tanpa intisari jelas 😁 apalagi sekarang kakak prefer call daripada chat.

    Mungkin kalau Awl mau circle Awl merubah cara chatnya, Awl bisa mulai dari diri Awl dulu ketika chat mereka. Semacam kasih contoh dan dibiasakan. Alhasil mereka tau, "Oh kalau chat Awl better to the point." hehehehe karena mereka lihat cara Awl langsung saat chat mereka 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau jaman BBM, mungkin istilahnya 'PING!!!'. Mungkin pengguna WhatsApp mengadopsi metode ini 😅

      Hapus
    2. Ah iyaa kak Eno, bener kata Rahul, mungkin emang awalnya dari bbm terus dimodifikasi sama pengguna whatsapp😆. Aku malah baru ngeh sama ping bbm, saking udah lama banget meninggalkan masa-masa ituhh wkwkw.

      Untungnya teman-teman atau kerabat kakak udh bisa langsung ngerti kebiasaan kakak ini ya, kalau aku masih harus pelan-pelan kayaknya. Sebab soal preference itu, nggak bisa langsung aku paksa untuk sama gaya chatnya dengan aku, sekalipun aku udh sering ngasih contoh gaya ngechat yang to the point🤧 Atau mungkin kalau memang nggak ngeh, aku bisa coba jelaskan preference aku ini ke mereka kali ya kak🤔😁

      Hapus
  3. Awl, aku banget ini!! Nggak sreg sama chat yang nggak langsung to the point, apalagi kalau hanya manggil "Li..." Terus pas dibalas, dia baru balasnya lagi beberapa jam kemudian. Aku kan udah keburu ngeri kenapa-kenapa atau ada berita seram apa gitu, jadi deg-degan, eh ternyata ya nggak ada apa-apa juga 😂
    Ada 1 temanku yang suka seperti itu dalam mengirim chat dan udah beberapa kali aku bilangin kalau langsung to the point aja, tapi masih nggak paham-paham 😂 #kesel #curcol
    Kalau aku sendiri, karena aku nggak suka digituin, maka aku nggak melakukan hal seperti itu ke orang lain. Aku akan langsung chat to the point menyatakan maksud chat aku. Kan chat udah gratis, jadi mau ngetik berapa ribu kata dalam 1 bubble chat kan nggak masalah 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha sering banget nemu situasi kayak begini kak🤣 kan penasaran abis jadinyaa, walaupun sohib sendiri wakaka. Kalau udh dibilangin tapi masih begitu sih kayaknya memang temen kakak ini jahil aja orangnya ya, demen banget manggil terus ngilang lama, padahal dibalesnya gercep😂. Udah bukan jamannya smsan panjang bakal kepotong, jadi harusnya nggak perlu takut kepotong juga lah yaa sekarang chatnya🤣

      Hapus
  4. Sebagai lelaki yang hidupnya kesepian, saya sih bodo amat intro nge-chat nya mau bagaimana. Yang penting notif ponsel rame, udah seneng. Apalagi si dia yang tiba-tiba nge-chat, tentu suatu keajaiban dunia.

    Tapi buat yang poin chat cuma P doang, saya juga suka gedeg sih. Kok, semalas itu saling mendoakan keselamatan. Kadang disindir pake "wa'alaikumussalaam", kadang dibalas pake huruf juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kok saya bacanya malah jadi sedih ya, padahal sering juga ponsel sepi, wkwk🤧😂. Sekalinya rame, rameee banget. Sekalinya sepi, semua gak ngechat, paling cuma grup aja yg rame.

      Mungkin kebiasaan ikut trend ngechat orang pakai P, jadi keterusan kayak gitu deh.

      Hapus
  5. Belakangan ini, sudah jarang pakai dan melihat ada chat dengan awalan 'P' itu. Tapi kalau basa-basi, masih sering saya pakai atau dapat dari teman-teman. Seperti yang Aina bilang, itu lebih kepada mencairkan suasana terlebih dahulu.

    Kalo bicara soal preferensi dan merujuk pada pesan dalam hal ini WhatsApp, saya sudah tidak lagi menggunakan fitur story WhatsApp. Tidak lagi membuat dan melihat story teman-teman lewat fitut itu. Karena saya ingin membuat WhatsApp sebagai alat komunikasi saja, bukan media sosial. Sama seperti sikap yang Aina ambil, saya juga tidak membeci orang yang masih menggunakan fitur itu, ini lebih kepada sikap yang saya ambil.

    Mungkin saat ini basa-basi tidak lagi menggunakan 'P', tapi stiker. Sebab stiker sudah bisa dibuat sendiri dengan gampang. Saya ke teman-teman juga begitu kalo becanda dalam grup. Isi WhatsApp saya mungkin tidak seramai Aina, saya masih punya energi untuk basa-basi ketimbang memikirkan apa yang mesti saya upload pada story WhatsApp

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kegiatan basa basi memang nggak bisa dihindarkan ya Rahul, karena nggak jarang ya dari situlah suasana terasa lebih akrab. Kebetulan saya pun termasuk yang jarang upload apapun di story whatsapp, dulu hampir nggak pernah malah. Akhir-akhir ini sesekali suka curhat singkat di story karena ada hal2 yg pengennya disambatin aja, dan nggak bisa disebarluaskan di medsos, jadinya cuma di whatsapp. Karena biar bagaimanapun, seperti Rahul, bagi saya WA cukup jadi sarana "komunikasi" aja. Dan orang-orang yg saya simpan kontaknya di wa itu hanya orang-orang yg saya percaya😄

      Ngomong-ngomong, stiker whatsapp sekarang udh bisa bergerak-gerak ya wkwkwk, itu kali ya salah satu sebabnya gak bosen kalau basa basi pake stiker. Apalagi banyak yg lucu😆

      Hapus
  6. Kalo ada orang nge-chat dengan P berkali kali, itu yg membuat aku jd tambah semangat untuk tidak membalasnya alias mengabaikannya..

    Kadang, kalo lagi iseng, ada teman yg P gitu, aku bakal jawab dengan

    P
    K
    I

    HAHAHAA..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wakakak iseng amat sih kak🤣 emang kalau udh kesel daripada ngomel-ngomel, enaknya dibecandain aja sekalian wkwkw. Syukur-syukur langsung "ngerti". Kalau nggak, yaa susah deh dijadiin kebisaan😌.

      Hapus
    2. waakwkw, tapi bener looh. Aku sering mem-PKI-kan orang seperti itu :))

      Hapus
  7. Aku nggak pernah mendapatkan pesan yang hanya berisi P sih (P itu sebenernya apa sih artinya? 😂), tapi kalau cuma dapet chat yang isinya hanya "Jane" sering banget! Udah aja gitu "Jane" doang tapi nggak ada chat susulannya. Ya kan saya jadi mikir yang nggak-nggak wkwkwk udah dibalas, "Iya?" pun hanya di-read doang, dibalasnya satu jam kemudian hadehhh.

    Makanya aku relate banget nih sama kalimat kamu ini, "Gue pribadi suka deg-degan duluan kalau dapet pesan dari orang yang udah lama nggak nge-chat gue. Semacam ada rasa takut kalau itu berita nggak mengenakan". Sering merasa begini juga kalau mendadak dapet chat dari seseorang yang lamaaaa nggak kontakan. Kalau di IG sih masih bisa aku cuekin (hahahaha jahat!), tapi kalau udah ke WA tuh gimana gitu rasanya.

    Makanya sekarang kalau aku nge-chat orang pun langsung to the point juga, Awl. Biasa chatnya malah nggak pake spasi, jadi langsung aja misal: "Hi Awl, lagi sibuk nggak? Aku mau ke Bandung nih, rekomendasi tempat makan dong :D". Kalau begitu kan enak yaa baca pesannya langsung hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha aku tau banget ini rasanya, sering juga dapet begini mbak🤣. Udah lah kita pas di awal bales itu harap-harap cemas karena nggak jelas cuma manggil nama, eh sekalinya dibales cepet malah ybs nggak langsung gercep bales juga. Jadi kan penasaran bangeeettss😆.

      Kayaknya buat sebagian orang (termasuk kita), wa itu udah jadi ranah yg sangat sangat privasi ya mbak Jane, alias kalau udah masuk situ seharusnya udah penting karena bukan sekadar bales story ig atau ngasih reaksi pake emoticon yang masih bisa dihindari😂 Contohnya kalau buatku pribadi, di wa masih ada chat-chat sama dosen atau ortu, tapi di medsos mah nggak, wkwkw.

      Btw aku kalau dapet pesan yg to the point kayak gitu dari mbak Jane malah akan dengan sangat hati mikirin rekomendasi yg tepat untuk diberikan apa. Jadi gak perlu harap2 cemas dulu. Kenapa yaa orang-orang yg gemar main petak umpet (manggil terus ilang) ini nggak nyoba sampe kesana😂 Padahal nggak rugi, wkwkw.

      Hapus
  8. Kita kayaknya sama deh..
    Aku semenjak kuliah jadi parno dengan panggilan telepon dan sms dari senior, alhasil kebawa sampai sekarang.

    Aku sendiri berusaha seprofesional mungkin kepada orang-orang yang akan aku hubungi.
    Biasanya sih diawali salam, lalu aku memperkenalkan diri (untuk yang baru pertama kali kuhubungi), terus diakhiri dengan maksud tujuan. Telepon pun gitu, biasanya chat dulu atau nawarin, nyaman komunikasi pake chat atau telepon.

    Aku setuju, ketika ada temen yang g pernah menghubungi kita, terus tau-tau ada chat. Jatung tuh deg-deg an dan parno! Kebanyakan jadi mikir negatif, antara minjam duit atau minta tolong dengan harga pertemanan.

    Kemarin baru aja kejadian, temen kuliahku, g pernah komunikasi, tiba-tiba ngechat. Ngechat buat minta tolong translate in abstrak tesisnya ke bahasa inggris, deadlinenya besok siang. Ya monmaap nih, temen sih temen, tapi ya g gitu juga dong.
    Aku kasih kontak si partner yang emang buka jasa translate inggris - indonesia, sekalian promosiin. Eh ternyata g dihubungin, yaudah.. case closed

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena menerapkan komunikasi sesungguhnya itu benar-benar harus dari dua arah ya mbak Pipit🤧 setuju bangeett kalau dalam soal menelepon pun baiknya kita menanyakan kehendak lawan bicara, apakah situasinya memungkinkan untuk telepon, atau apakah dia nyamannya lewat chat aja. Karena aku tau banyak sekali yg gak aware akan hal ini. Makanya kalau ada teman atau adik kelas atau siapapun yg berbaik hati meminta consent dari aku kita ada perlu ngechat, aku pasti sangat appreciate mereka:')

      Btw itu temen mbak sih udah jelas kayaknya dari awal arahnya kemana😌. Segitu udah dikasih rekomendasi sama mbak buktinya malah nggak dihubungi ya, ckck🤦🏻‍♀️ Padahal translatein bhs inggris ke bahasa juga nggak semudah itu, even yg dimintai tolongnya udah jago sekalipun.

      Hapus
  9. Sebel bener sih kalau ada yang chat cuma manggil nama, eh pas di bales tiba-tiba ngilang. Muncul lagi entah uda beberapa jam kemudian. Kadang jadi penasaran juga, nih orang chat mau ngapain dan ada perlu apa. Kadang emang basa-basi bikin suasana lebih mencari, karena kalo to the point terkesan terlalu maksa atau tiba-tiba.

    Kembali seperti kata kamu tergantung prefrensi sih.. Karena emang tiap orang gaya komunikasinya beda-beda hhhe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyap betul bangetss mbak Dev, sebetulnya memang kembali ke preferensi masing-masing. Meski memang disayangkan kalau yg seharusnya tujuan awal mengirim pesannya itu serius dan urgent tapi malah ditindak dengan asal.

      Kalau sekadar menyapa karena kangen ke saudara, keluarga atau sohibul-sohibul sih memang nggak bisa dihindari akupun sering basa basi dan iseng manggil nama. Sekalipun nggak manggil nama ya disusul dengan menanyakan kabar atau kesibukan😂

      Hapus
  10. aku hanya kirim pesan singkat kayak gitu ke suami dan ibuku aja nih, Awl. dan tu biasanya karena panggilan nggak diangkat atau pesan nggak dibales. Tapi, kalo ada pesan masuk singkat begitu nggak tak balas sih, kayak nggak ada maksud. Sampai-sampai aku lupa, P ini apa sih maksudnya?

    then, liat mba eno jawab, eh iyaa ya ampun itu kan jamannya blackberry yang maksdnya ping itu yaa. Hahaha, dulu pake ping itu juga kan maksdnya biar direspon karena ga segera direspon kan ya?

    Emang enakannya mh langsung aja kasih tulisan dengan tujuan yang dimaksd. Sudah semakin dewasa gini kadang ku merasa ga betah juga chattingan lama2, paling 2 pesan masuk udahan, hanya dengan beberapa orang deket aja yng masih suka chat lama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Samaa mbak Ghin, kayaknya harus aku perjelas di atas deh kalau sama ortu atau keluarga termasuk pengecualian, hahaha😆. Karena intensi chatnya pun pasti beda, tanpa mengungkapkan tujuan pun kadang kita hanya iseng atau kangen, sampai-sampai panggil nama pun cukup. Itupun kadang karena nggak langsung direspon, seperti kata mbak Ghina.

      Nah itu dia yang menyebalkannya, sebetulnya adanya fitur ping bbm pun aku yakin pada awalnya untuk meminta respon agar cepat dibalas, tapi karena kebebasan orang-orang dalam menginterpretasikan dan menggunakan fitur tersebut, intensinya pun bisa bergeser sesuai dengan gaya masing-masing. Akhirnya belum apa2 pun ada yg udah langsung chat pake P😂

      Kalau bukan karena terpaksa atau ada urusan pun kayaknya wegah ya mbak lama-lama diam di whatsapp. Sama kayak interaksi di dunia nyata aja, nggak selamanya kita bisa nyaman ikut nimbrung di kegiatan tersebut untuk waktu yg lama😅.

      Hapus
  11. HAHAHA aselii. Adekku suka loh chat p berkali-kali tanda "Ping" kaya jaman pakai BB supaya chatnya dibaca...Tapi itu ga bikin chatnya cepet dibaca juga sih karena aku away dari HP

    Kalau aku sih chat manapun okee kok hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkw terbukti ngirim chat P begitu malah jadi nggak langsung dibales ya neechan🤣 kayaknya ini harus ada penelitiannya deh, *atau jangan2 udah ada? wkwkwkw

      Docchi demo ii ya mbak😁👌🏻

      Hapus
    2. iya ga langsung dibales, tapi chat dia sih yang aku buka pertama kali
      pertanda itu chat penting wkwkwk
      Coba-coba dibuat penelitiannya "Hubungan orang mengirim pesan "P" berkali-kali dengan kecepatan chat tersebut dibaca" 😆😆😆

      hai. sou desu. 😉

      Hapus
  12. Belum pernah sih atau emang nggak ngeh kayaknya dengan message P.

    Kalau aku lebih milih to the point, cuman dikembalikan lagi ke situasi, tujuan dan orang yang mau aku chat.

    Bahasa chat itu tricky soalnya. Orang akan mengartikan sesuai dengan perasaan dia saat itu.
    Aku sendiri pernah ngalamin miscommunication karena bahasa chat, dan gawatnya lagi ada yang sampai sekarang belum lurus juga.

    chat memang sesimple itu, tapi efeknya yang besar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kurang lebih sependapat kak, tergantung bagaimana menyesuaikan situasi dan kondisinya ya. Tapi aku setuju bahwa bahasa chat itu memang tricky bangets, gak bisa disamakan kalau kita ngomong langsung via telepon atau video call. Kadang saat-saat seperti itulah memakai emoticon pun dibutuhkan imo😂.

      Walah, ngeri juga ya kak kalau sampe menimbulkan masalah yg besar begitu. Aku sendiri nggak ingat kapan terakhir kali ada masalah karena persoalam bertukar pesan, sejauh ini selalu menghindari hal-hal semacam itu soalnya🤧.

      Semoga masalah kak Renov bisa segera clear dan nggak ada yg bikin mengganjal lg antara kedua belah ya kak, Aamiin😥

      Hapus
  13. aku belum pernah mendapatkan chat cuma "P". Paling cuma panggilan nama. Terus ngilang. gada kabar selama beberapa jam. Akhirnya mulai ngasih tahu untuk chat to the point aja. Daripada chat ga jelas kelanjutannya.

    Aku biasanya pakai say hello dulu, kemudian langsung dilanjutkan dengan maksud dan tujuan ngechat. Kalau ada chat masuk dengan basa basi yang terlalu lama, biasanya aku langsung tanyakan keperluannya. Biar agar langsung dibalas aja. hehehhehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untung sama mas Rivai langsung ditindak ya, wkwk. Tapi setelah dikasih tau untuk to the point aja gimana tanggapan teman masvay? Langsung dipraktikan kah?😁

      Btw kesel juga kalau ada yg basa basi terlalu lama ya, apalagi kalau sampe lupa tujuan sebenernya ngechat apa, sampe2 kita sendiri yg tanyakan😆 Kalau aku pribadi belum pernah ada yg sampe begitu sih masvay, karena sebelum lawan bicara kelamaan basa basi biasanya udh aku langsung tanyakan apa keperluannya😂. Kecuali memang nggak tercium bau2 keperluan, alias cuma mau chatting ngalor ngidul sih santuy rapopo😂

      Hapus
  14. First time blogwalking here!
    Kayaknya nemu lagi blog yg asik untuk dibaca-baca.

    Kebetulan banget, baru kemarin-kemarin saya dapet pengalaman yg menyadarkan bahwa ternyata aku udah ga suka lagi sama bahasa basa-basi bahkan yg terkesan digeneralisasi biar multitafsir, lieur pokoknya!

    Ya, dari situ, akupun akan memprioritaskan orang-orang yg bicaranya jelas dan malah udah lebih ke teknis, misalnya "nah nanti setelah gabung, kamu akan begini-begini begitu, ga bisa ngelakuin ini" misalnya..

    Ya, dengan umur segini, rasanya waktu berjalan begitu cepat, kalo terbuang untuk mendengarkan yg banyak muter bahasanya, cape dan buang waktu jg ya.

    oh iya, mau ninggalin jejak ah, siapa tau mau berkunjung juga, hehe

    adynura.wordpress.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaampun udah sebulan ternyata sejak kak Ady komen pertama disini😅 Saya kira sudah dibalas gak taunya pas cek postingan lama belum toh. Maaf ya kak😫

      Semakin kesini, semakin dewasa hidup bener-bener berasa makin ingin simple ya. Apapun nggak suka kalau bertele-tele, karena nggak enak rasanya. Dikira kita nggak ada kerjaan apa ya kalau harus basa basi dulu😂 walaupun ada plus minusnya dari basa basi, setidaknya bisa lebih tau kapan waktu yg tepat untuk berbasa basi dan kapan tidak. Toh, apa susahnya kan kalau langsung diutarakan ketika punya keperluan:')

      Hapus
  15. P doank nggak ada sih. tmTapi Ping, ahaha. Suka heran emang, napa ngga langsung ketik aja gitu perlunya apa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hoalah, ping itu kan pas zaman bbm ya mbak, ternyata masih ada yg pake😂 mungkin niatnya iseng, tapi untuk apa juga iseng² begitu. Kalau memang pingin chatting kan bisa mulai dengan cara yg lain ya mbak😁

      Hapus
  16. aku pernah dapet chat ga jelas juga, dulu mungkin sering ya, kadang dari nomer asing atau kadang dari temen sendiri tapi yang lama juga ga pernah chit-chat, dan nulisnya cuman P, ga pernah aku bales, aku anggap dia ga sengaja mencet hape alias mungkin hapenya lagi eror

    malah ada yang salam duluan, chatnya lamaaa ga ada lanjutannya, kadang aku ga bales hahaha.
    pernah aku bales lahh ternyata mau minjem duit :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha sama mbak Inun, aku pernah sengaja beranggapan gitu, "ah mungkin dia salah pencet atau keyboardnya error🤣".

      Suka heran kalau hilang dulu itu karena mikir² dulu atau memang dia lagi sibuk aja yaa sampe lupa nggak lanjutin chatnya lagi😂 tapi at least masih pake salam ya mbak, gak pake P doang, karena tujuannya mau minjem duidd😅

      Hapus
  17. Chat yang paling bikin risih itu kalau ada dari orang nggak jelas atau yg nggak sopan. Biasanya diemin saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap, memang sebaiknya diamin aja biar nggak capek sendiri😅

      Hapus
  18. aku baru baca artikel ini, lagi berselancar lagi ke blognya kak awl setelah beratus tahun gak bw organik, wkwkwk

    etika berkirim pesan emang dirasa penting gak penting ya, kalo sama temen deket sih gak masalah cuman chat p doang! wkwkwk tapi kalo urusan kerjaan tiba-tiba send revisi tanpa getor pintu assalamualaikum atau selamat pagi ya itu ibarat polisi dobrak pintu rumah lu, bener gak sih? terus gak ditutup thank you. ini parah sih. etapi pernah gak sih chat kita yang gak aku balas? nah kalo ini beneran lupa awl, suka ketindih sama chat lain terus chat awl terlupakan begitu saja!! hahahah maafkan yaaa

    BalasHapus